Penguasa Pelabuhan Barus, dikenal dengan nama Bangsa Malai. Malai dalam bahasa Sanskrit atau Tamil, berarti bukit (gunung). Seperti namanya, Bangsa Malai bermukim di sekitar perbukitan (dataran tinggi).
Asal Muasal Bangsa Malai
Diperkirakan bangsa Malai, bermula dari 4 (empat) bangsa, yakni Arab-Cina-Eropa-Hindia, terkadang disingkat ACEH (sampai sekarang istilah ACEH masih dinisbatkan kepada keturunan Bangsa Malai yang tinggal di ujung utara pulau sumatera).
Bangsa yang pertama datang adalah Bangsa Hindia Malaya (Himalaya). Bangsa Himalaya merupakan interaksi antara Bangsa Hindia (keturunan Kusy keturunan Ham bin Nabi Nuh), dengan Bangsa Malaya (keturunan Bangsa Malaya Purba/Atlantis/Sundaland [Penduduk Asli Nusantara], yang selamat dari bencana banjir Nuh).
Pada awalnya mereka tinggal di kaki gunung Himalaya, sekitar tahun 6.000SM mereka datang ke pulau sumatera. Mereka menyusul kerabatnya bangsa Polinesia (keturunan Heth keturunan Ham bin Nabi Nuh), yang telah terlebih dahulu datang, dan bertempat tinggal di bagian timur Nusantara.
Pada sekitar tahun 4.500SM, datang Bangsa Cina atau Bangsa Formosa (keturunan Shini keturunan Yafits bin Nabi Nuh). Bangsa ini membawa budaya Agraris dari tempat asalnya.
Setelah itu sekitar tahun 2.500SM, datang Bangsa Eropa atau Bangsa Troya/Romawi Purba (keturunan Rumi keturunan Yafits bin Nabi Nuh), mereka membawa Peradaban Harappa, yang dikenal sudah sangat maju.
Dan terakhir sekitar tahun 2.200SM datang Bangsa Arab Purba atau Bangsa Khabiru (keturunan 'Ad keturunan Sam bin Nabi Nuh). Bangsa Khabiru adalah pengikut setia Nabi Hud, mereka datang dengan membawa keyakinan Monotheisme, di dalam masyarakat pulau sumatera.
Penyatuan ke-empat bangsa ini di kenal dengan nama Bangsa Malai (Bangsa Aceh Purba/Melayu Proto), dengan mata pencaharian utama sebagai nelayan dan petani.
Bangsa Malai sebagaimana leluhur pertamanya Bangsa Himalaya, mendiami daerah dataran tinggi, yaitu di sepanjang Bukit Barisan (dari Pegunungan Pusat Gayo di utara, sampai daerah sekitar Gunung Dempo di selatan).
Bermula dari Bukit Barisan inilah, Bangsa Malai menyebar ke pelosok Nusantara, seperti di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Semenanjung Malaya, Siam, Kambujiya, Sunda, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.
Bangsa Malai Pelindung Nusantara
Menurut para sejarawan, Bangsa Mongoloid begitu mendominasi daerah di sebelah utara Nusantara.
Muncul pertanyaan, mengapa bangsa Mongoloid tidak sampai meluaskan kekuasaan sampai ke selatan, bukankah nusantara adalah daerah yang sangat layak untuk dikuasai? Daerahnya subur, serta tersimpan beraneka bahan tambang seperti emas, timah dan sebagainya.
Apa yang mereka takutkan?
Jawabnya hanya satu, karena Nusantara ketika itu, dilindungi Bangsa Malai. Bangsa Malai dikenal memiliki kekuatan maritim yang kuat, dan balatentaranya memiliki ilmu beladiri yang mumpuni.
Siti Qanturah Leluhur Bani Jawi
Pada sekitar tahun 1670SM, dikhabarkan Nabi Ibrahim (keturunan Syalikh keturunan Sam bin Nabi Nuh) telah sampai berdakwah di negeri Bangsa Malai. Beliau diceritakan memperistri puteri Bangsa Malai, yang bernama Siti Qanturah (Qatura/Keturah).
Dari pernikahan itu Nabi Ibrahim di karuniai 6 anak, yang bernama : Zimran, Jokshan, Medan, Midian, Ishbak dan Shuah. Dari anak keturunan Siti Qanturah kelak akan memunculkan bangsa Media (Madyan), Khaldea dan Melayu Deutro (berdasarkan perkiraan, Nabi Ibrahim hidup di masa Dinasti Hyksos berkuasa di Mesir Kuno (1730SM-1580SM), sementara versi lain menyebutkan, Nabi Ibrahim menikah dengan Siti Qanturah, pada sekitar tahun 2025SM).
Bangsa Melayu Deutro (Malai Muda), yang saat ini mendiami kepulauan Nusantara, juga mendapat sebutan Bani Jawi. Bani Jawi yang berasal dari kata Bani (Kaum/Kelompok) JiWi (Ji = satu ; Wi = Widhi atau Tuhan). Jadi makna Bani Jawi (JiWi) adalah kaum yang meyakini adanya satu Tuhan.
Keterangan mengenai Bani Jawi sebagai keturunan Nabi Ibrahim, ditulis oleh sejarawan terkemuka Ibnu Athir dalam bukunya yang terkenal 'al-Kamil fi al-Tarikh'.
Catatan :
- Melayu Deutro adalah istilah yang digunakan para sejarawan modern, untuk
meng-indentifikasikan Bani Jawi, dimana Ibnu Athir menerangkan bahwa Bani Jawi
adalah keturunan Nabi Ibrahim.
Keterangan Ibnu Athir ini semakin nyata, ketika baru-baru ini, dari penelitian seorang Profesor Universiti Kebangsaaan Malaysia (UKM), diperoleh data bahwa, di dalam darah DNA Melayu, terdapat 27% Variant Mediterranaen (merupakan DNA bangsa-bangsa EURO-Semitik).
Variant Mediterranaen sendiri terdapat juga di dalam DNA keturunan Nabi Ibrahim yang lain, seperti pada bangsa Arab dan Bani Israil. - Suku Jawa adalah suku terbesar dari Bani Jawi. Dan sejak dahulu, mereka
menganut monotheisme, seperti keyakinan adanya Sang Hyang Widhi atau
Sangkan Paraning Dumadi.
Selain suku Jawa, pemahaman monotheisme juga terdapat di dalam masyarakat Sunda Kuno. Hal ini bisa kita jumpai pada Keyakinan Sunda Wiwitan. Mereka meyakini adanya 'Allah Yang Maha Kuasa', yang dilambangkan dengan ucapan bahasa 'Nu Ngersakeun' atau disebut juga 'Sang Hyang Keresa'. - Tulisan kami bukan sekedar cerita, legenda atau mitos, akan tetapi juga
didukung oleh fakta-fakta ilmiah. Mengenai keberadaan Kota Barus, mari kita
ikuti bacaan berikut...
SEJARAH KOTA BARUS
Sebagai pelabuhan niaga samudera, Barus (Lobu Tua) diperkirakan sudah ada sejak 3000 tahun sebelum Masehi. Bahkan ada juga yang memperkirakan lebih jauh dari itu, sekitar 5000 tahun sebelum Nabi Isa lahir.
Perkiraan terakhir itu didasarkan pada temuan bahan pengawet dari berbagai mummy Fir'aun Mesir kuno yang salah satu bahan pengawetnya menggunakan kamper atau kapur barus. Getah kayu itu yang paling baik kualitasnya kala itu hanya ditemukan di sekitar Barus.
Sejarawan di era kemerdekaan, Prof Muhammad Yamin memperkirakan perdagangan rempah-rempah diantara kamper sudah dilakukan pedagang Nusantara sejak 6000 tahun lalu ke berbagai penjuru dunia.
Seorang pengembara Yunani, Claudius Ptolomeus menyebutkan bahwa selain pedagang Yunani, pedagang Venesia, India, Arab, dan juga Tiongkok lalu lalang ke Barus untuk mendapatkan rempah-rempah.
Lalu pada arsip tua India, Kathasaritsagara, sekitar tahun 600 M, mencatat perjalanan seorang Brahmana mencari anaknya hingga ke Barus. Brahmana itu mengunjungi Keladvipa (pulau kelapa diduga Sumatera) dengan rute Ketaha (Kedah-Malaysia), menyusuri pantai Barat hingga ke Karpuradvipa (Barus).
Sumber :
http://naulibasa-magz.com/index.php/web/news/index/5/1903532242
bagus sekali artikel ini. Dalam mengenal bangsa kita sebagai bani jawi, sudah tentu tiada pertikaian bodoh tentang adat2 yang diwarisi bersama dari leluhur kita.
BalasHapussila kunjungi laman ini untuk perbincangan.
http://mistisfiles.blogspot.com/2010/01/melayu-misteri-antara-bangsa-atau.html
waaaa....nusantara dilindungi bangsa malay ?????
BalasHapusalay kaleee !!!!
@anonim: bangsa malay-nya yg mana dulu, bukan malay sekarang dong, baca dulu, jangan alay gitu dong!
BalasHapus@Anonim: tolong dibaca lagi, bangsa malai, bukan bangsa malay yg sekarang... jangan alay gtu lah!
BalasHapusPseudo-Sains kah ini....????????????
BalasHapusmasalahnya belum ada bukti2 yang valid 7 terekam serta teruji secara ilmiah....
kawie2020, sangat diragukan kalo org malai itu asal...kenapa???
BalasHapusjelas sekali...orang malaisi itu kenapa penduduk aslinya sedikit sekali, apalagi bila tanpa tambahan orang2 Minangkabau di negeri 9, org2 Jawa, Bugis, Makasar, di semenanjung, orang2 India serta China.. (bayangkan bila tanpa tambahan pendatang..... akan sangat sedikit sekali jumlah orang malisi itu)
sedangkan penduduk asli "orang asli" kan tinggal di utara semenanjung dengan orang semang di selatan thai....
sangat berbeda dengan orang Jawa, yang mana orang2 di pulau Jawa adalah jumlahnya sangat banyak dan terpadat di dunia...yang terdiri dari penduduk asli Jawa, sunda, Betawi sejak dahulu... dengan peninggalan artefak dan candi serta bukti peradaban yang sangat banyak....
suatu ciri yang sangat berbeda dgn yg ada di malaisi
saya percaya. mungkin inilah yang dimaksud bani tamim di hadits = bani jawi
BalasHapusKeladvipa (pulau kelapa) apakah tidak lebih tepat diduga berada di Pulau Jawa yaitu Sunda Kelapa. Catatan tentang Sunda Kelapa ini ada pada masa Majapahit (abad 14 M)dan tulisan para pedagang Eropa yang berkunjung ke Nusantara.
BalasHapusSebagaimana kita ketahui, Sunda Kelapa adalah cikal bakal kota Jakarta sekarang
Gerakan Freemason lah yang sengaja menghantar orang-orang asing seperti orang Cina & India ke Tanah Melayu, ia merupakan usaha untuk meneutralkan kekuatan rakyat tempatan.
BalasHapusbayangkan tidak ada keturunan cina dan india di wilayah nusantara ini... tentunya rumpun nusantara lebih teguh lagi dari segi JATI DIRInya... kerana rumpun nusantara ini sejarah peradabannya sangat maju asal dari bangsa lemuria(sundaland/atlantis)dari susur galur Nuh as yang puterinya dikatakan menikahi dengan Ibrahim as....
BalasHapusInilah nenek moyang bangsa Malai yg terpecah kepada beratus etnik bertaburan di seluruh Asia Tenggara...sekaligus menafikan bahawa rumpun Nusantara/Austroesia ini dari Afrika atau tanah besar China...
gak bisa buka mistisfiles.blogspot.com,,napa yah?
BalasHapusOrang sumatra tengah dulunya lazim juga disebut dengan orang jawi. karena itu di malaysia huruf arab melayu disebut juga dengan huruf jawi. di museum sang nila utama pekanbaru riau terdapat sebuah fotocopy lukisan wajah seorang pahlawan yaitu tuanku tambusai. dibagian bawahnya ada catatan yang dibuat oleh pelukis. artinya kira kira begini. ini adalah roman wajah tuanku tambusai. beliau terjun ke medan laga membela tanah jawi menghadapi kaum kafir belanda. sedapat dapat saya lukis menyerupai bentuk aslinya. dari hamba yang hina..nama pelukis. so! bisa jadi orang nusantara ini dulunya disebut orang jawa ataupun jawi
BalasHapusmelayu atau jawa sama jer satu rumpun kalau kita semua bergabong lagi baik...
BalasHapusbetul..betul....betul...kita memang satu rumpun...keturunan Adam dah Hawa.....
BalasHapusMakasih sob udah share , blog ini sangat membantu sekali .............
BalasHapusbisnistiket.co.id