Ini mungkin tulisan
paling spektakuler yang pernah saya baca tentang Indonesia.
Anda akan
paham, kenapa visi "Imperium III" bisa terjadi, dan
bagaimana Indonesia, bisa jadi bangsa terunggul di dunia. Anda mungkin belum
tahu, bahwa banyak anak-anak Indonesia, termasuk
dari Papua yang memiliki kecerdasan super-genius setara
Einstein dengan IQ rata-rata diatas 150. Dan bahwa
banyak putra-putra terbaik Indonesia berada di pusat-pusat sains dan teknologi
terunggul di dunia. Ini bukan impian, ini kenyataan yang akan terjadi. Selamat
menikmati.
Pemuda Indonesia Pada 80
Tahun “Sumpah Pemuda”
28 Oktober 1908 – 28
Oktober 2008
Oleh : Ishadi,
SK*
Jumat pagi
tanggal 18 Juli lalu saya berkesempatan breakfast meeting dengan Prof. Yohanes Surya Ph.D., yang memperkenalkan
program Tim Olympiade Fisika Indonesia (TOFI), sebuah usaha untuk menetaskan
juara fisika, di panggung dunia. Usahanya didorong obsesi untuk suatu ketika
tampil seorang pemenang Nobel Fisika dari Indonesia.
Bukan hanya mimpi, karena seorang mahasiswa
jurusan Fisika ITB, Anike Nelce Bowaire (dari Papua
; red), memperoleh penghargaan First to Nobel Prize in Physic 2005 dalam
Kejuraan Fisika Dunia di Amerika. Anike sekarang belajar di MIT –
Massachusetts Institute Of Technology di A.S., Universitas
yang melahirkan paling banyak pemenang Nobel dunia. Anike adalah anak didik
Prof. Dr. Yohanes yang mengikuti Program Olympiade Fisika Nasional sebuah
program pelatihan khusus untuk anak-anak berbakat di Indonesia.
Menurut dia,
Indonesia memerlukan paling tidak 10,000 orang yang memiliki keahlian “advance
In science and technology” sebagai persyaratan dasar sebuah bangsa untuk
mengembangkan diri sejajar dengan bangsa-bangsa maju di dunia. Sekarang ini baru
sekitar 100 orang yang tercatat memiliki keahlian dibidang itu, padahal
berdasarkan uji statistik rata rata terdapat seorang genius diantara setiap
10.000 orang di dunia. Karena Indonesia berpenduduk
230 juta secara teoritis paling tidak seharusnya terdapat 230,000 orang
jenius di Indonesia! Sebuah potensi besar untuk menemukan para
ahli di bidang “Advance Science and Technology”.
Kejeniusan seseorang diukur tingkat IQ-nya
yang minimal 140, dan tidak mempunyai korelasi dengan standard gizi yang
dikonsumsi sehari-hari. Jenius adalah sebuah bakat alam yang ada sejak
dilahirkan. Masalahnya adalah sebagian terbesar anak-anak jenius ini tidak
diolah, dilatih dan dididik secara proper. Jenius hanyalah potensi
dasar.
Sebagai contoh,
bulan September 2004, Andrey Awoitau, murid SMP
kelas 1 di Papua ditemukan mempunyai bakat jenius. Oleh Prof. Yohanes,
kemudian mebawanya ke Jakarta. Setelah dilatih secara khusus selama 8 bulan,
Andrey diikutkan pada kompetisi Olympiade Matematika Indonesia dan memperoleh
Medali Perak. Delapan bulan berikutnya lewat berbagai pelatihan lanjutan, Andrey
memperoleh Medali Emas dengan mengalahkan Ivan Christanto – Juara Dunia
Olympiade Matematika.
Bulan Agustus
2005, Prof. Yohanes melakukan penelitian acak diantara 27 SMU Negeri dan 17 SMU
Swasta di Jakarta. Hasilnya dari 1,500 siswa yang
diteliti, 300 siswa mempunyai IQ 140, dari jumlah itu 44 siswa memiliki IQ 150 –
melewati tingkat jenius. Ahli fisika dunia Albert Einstein penemu teori
relativitas memiliki IQ 150. Sedangkan Prof. Dr. Wiryono Karyo, Sekjen Departmen
Energi dan Sumber Daya Mineral mempunyai IQ 170.
Bulan November 2005, Prof. Yohanes lewat
penelitian lain terhadap 400 siswa SMA kelas 1 Kabupaten Toba, Samosir, menemukan 6 orang dengan IQ 150 – super jenius.
Sejak program TOFI (Tim Olympiade Fisika Indonesia) diluncurkan tahun 1993,
pelajar binaannya sudah merebut 54 medali emas, 33 medali perak dan 42 medali
perunggu di berbagai kompetisi Matematika/Fisika
Internasional.
Jumlah ini
bertambah ketika 3 minggu lalu TOFI memperoleh 2 medali Emas, 2 medali Perak dan
1 medali Perunggu pada International Physics Olympiad ke-39 di Hanoi, Vietnam.
Sebelumnya Kelvin Anggara (SMU Sutomo, Medan) untuk pertama kalinya dalam
sejarah memperoleh medali emas di Olympiade Kimia
Internasional di Budapest (12-21 Januari 2008).
Yang paling
terkenal, Yonatan Mailoa, siswa kelas 3 SMA Penabur BPK (IQ 153) yang
pada bulan Juni 2006, merebut Medali Emas Fisika Dunia, setelah memenangkan
kompetisi yang diikuti oleh 356 peserta dari 85 Negara. Mailoa sekarang
melanjutkan kuliah di MIT – Massachusets Institute Of Technology, A.S. Bulan
Juli 2007, Muhammad Firmansyah Kasim, murid kelas 1
SMU Negri Makasar (IQ 152) memperoleh dua medali emas: masing-masing
untuk kejuaraan Olympiade Asia di China diikuti oleh 80 Negara dan Olympiade
Dunia di Iran yang diikuti oleh 90 Negara.
Prof. Nelson Tansu Ph.D, memperoleh gelar Professor
Fisika pada umur 25 tahun dari Pennsylvania State University, hanya
sepuluh tahun setelah lulus SMU Dr. Sutomo 1 Medan, Nelson menjadi Profesor
termuda dalam sejarah perguruan tinggi di Amerika Serikat. Sementara itu Reza Pradipta berumur 23 tahun saat ini sedang kuliah
untuk memperoleh gelar Doktor Teknologi Nuklir di MIT – salah satu
perguruan Tinggi terbaik didunia.
Kita masih ingat sebuah Majalah Politik
Terkemuka A.S. ”Foreign Policy”, (yang merupakan salah satu majalah jaringan
Group ”Washington Post”,) – edisi Mei 2008, menempatkan Dr. Anis Baswedan yang sekarang Rektor Universitas
Paramadina – sebagai salah satu dari 100 ”World public intelectuals”, sejajar
dengan Al Gore, Noam Chomsky, Francis Fukuyama, Umberto Eco, Lee Kuan Yew,
sejarawan India – Ramachandra Guha dan Penulis Fareed Zakaria.
Bulan April 2004,
pada kejuaraan Fisika antar tujuh universitas paling prestigius didunia –
Harvard University; University of California – Berkeley California; Princeton
University; California Institute of Technology; Stanford University; Bremen
University dan MIT- Massachusetts Institute of Technology keluar sebagai juara
setelah mengumpulkan penghargaan terbanyak. MIT
mengirim 7 orang mahasiswa, 3 diantaranya mahasiswa Indonesia yang sedang
belajar perguruan tinggi tersebut.
Untuk
merealisasikan mimpinya Prof. Yohanes berencana mendirikan paling tidak 10 kelas
super di Indonesia. Masing-masing kelas terdiri dari 20 orang yang dipilih
diantara siswa yang mempunyai IQ diatas 140 dan ditempelkan di SMU unggulan di
Indonesia. Sekarang ini ada satu kelas yang sudah ditempelkan ke SMU 3 Jakarta.
Kalau program ini berjalan baik dipastikan dalam dua tahun, akan lebih banyak
siswa Indonesia yang menjadi juara Olimpiade Asia maupun Dunia.
Tanggal 3 sampai
10 Agustus 2008 di Bali, Indonesia menjadi tuan rumah ”Asian Science Camp”,
ajang pelatihan siswa unggul seluruh Asia. Mereka dilatih oleh enam pemenang hadiah Nobel
diantaranya: Professor Masatoshi Koshiba (2002) Nobel Fisika Jepang, Professor
Yuan Tseh Lee (1986) Nobel Kimia Taiwan, Professor Douglas Osherroff (1996)
Nobel Fisika USA, Professor Richard Robers Erns (1991) Nobel Kimia Switzerland.
Indonesia mengikut sertakan 350 peserta.
Beberapa mantan juara Olyimpiade Fisika yang
telah menjadi peneliti di luar negri menjadi pembicara diantaranya Prof. Nelson
Tansu, Profesor termuda di A.S., Prof Johny
Setiawan yang bekerja di Max Planck Institute for Astronomy –
satu-satunya astronomy non-Jerman di Institute itu –yang menemukan delapan
planet di tata surya lain, tiga diantaranya planet HD 47536c; HD 110014b dan HD
110014c, akan dipublikasikan tahun depan dalam jurnal astronomi, dan Dr. Rizal Fajar satu dari 8 scientist yang merancang dan
menerbangkan ”probe” – laboratorium penelitian angkasa luar A.S., yang berhasil
mendarat di Planet Mars.
Indonesia
nyatanya tidak hanya kaya sumber daya alam (SDA), namun juga sumber daya manusia
(SDM). Mantan Presiden Habibie adalah seorang jenius yang lulus dari Perguruan
Tinggi Rheinisch – Westfalische Technice Hohscule, Achen, Jerman dengan
nilai Summa Cumlaude dibidang ”teknologi pesawat terbang” – Habiebie menjadi
doktor pertama di dunia yang memperoleh Summa Cum-laude di bidang
itu.
Prof. Habibie selama
bermukim di Jerman menjadi warga negara kehormatan negara itu dan menjadi salah
satu Vice President Pabrik Pesawat Terbang MBB – Messerschmitt Bolkow
Blohm. Dialah yang menemukan rumus keretakan pesawat terbang. Penemuan itu
sangat membantu upaya mendisain pesawat penumpang raksasa yang dibuat di pabrik
Boeing maupun Air Bus. Rumus nya dipakai untuk mendisain pesawat Jumbo Boeing
747 dan Boeing 777 serta Air Bus A380.
Temuannya menyebabkan Habibie dikenal sebagai
”Mr. Crakers”. Habibie tahun 1976 merintis pendirian industri penerbangan IPTN
(Industri Pesawat Terbang Nurtanio) di Bandung. Banyak orang muda Indonesia
pintar yang didorong keperluan memperoleh fasilitas labaratorium dan lingkungan
budaya peneliti yang advance terpaksa sementara bermukim di luar
negri.
Ketika IPTN
berhenti mendisain dan memproduksi pesawat, ratusan pegawai ahli yang sebelumnya
belajar di berbagai universitas ternama dunia hengkang ke berbagai negara dan
menjadi tenaga inti diperusahaan yang ditempati. Di Malaysia terdapat 200
karyawan ex IPTN yang menjadi tenaga inti dari Pabrik Komponen Pesawat di negara
itu. Pabrik itu menjadi supplier untuk Air Bus A320, sebagian bahkan di
“forward” ke PT Dirgantara Bandung karena mereka sendiri sudah
“over-load”!
Di pabrik
pesawat Embraer Brazil ada 100 tenaga Teknik Penerbangan Indonesia 5 diantaranya
sudah menjadi tenaga tetap. Di pabrik Lalu, de Havilland, Kanada terdapat 10
orang Teknisi Penerbangan, sementara di Pabrik
Boeing A.S. terdapat 20 orang tenaga teknik Indonesia, termasuk Profesor
Sulaiman Kamil Mantan Direktur Teknologi IPTN. Di Pabrik Pesawat terbang CASA
Spanyol tempat sebagian tenaga IPTN sebelumnya belajar dan dilatih terdapat
seorang Trainer Indonesia Ir. Math. Risdaya Fadil.
Pesawat terbesar didunia Air Bus A380, yang
tahun lalu melakukan penerbangan perdana – didisain oleh ratusan tenaga ahli
dari berbagai negara. Tenaga ahli Indonesia
merupakan kelompok terbanyak yang berasal dari luar Eropah!
Tidak
hanya di Industri Pesawat terbang, di Silicon
Valley pusat ITC termasuk pabrik Microsoft terdapat 100 ahli IT Indonesia yang
bekerja disana. Ahli Indonesia banyak juga
yang bekerja di NASA – National Space and Auronatica di Florida A.S.
Kalau saja kelak iklim riset science sudah lebih kondusif dipastikan ratusan
tenaga ahli Indonesia akan pulang kampung dan bekerja disini. Karena pengalaman
empiris membuktikan orang Indonesia yang merantau tidak betah berlama lama
diluar negri. Bangsa Indonesia bukan bagian dari bangsa yang suka ber migrasi
kenegara lain.
Selain kaya
Sumber Daya Alam Indonesia juga kaya dengan SDM – Sumber Daya Manusia Unggul –
terdiri dari orang orang muda yang cerdas, hebat dan berbakat. Mereka yang akan
membawa Indonesia sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ke lima di
dunia setelah Cina, India, Uni Eropah dan A.S. menurut ”Visi Indonesia 2030.
Hidup Pemuda Indonesia.
Sragen, 28
Oktober 2008.*
Ishadi S.K.