Mitos tentang Peradaban Atlantis pertama kali dicetuskan oleh seorang filsafat
Yunani kuno bernama Plato (427 – 347 SM) dalam buku Critias dan Timaeus
Dalam buku Timaeus Plato menceritakan bahwa dihadapan selat Mainstay
Haigelisi, ada sebuah pulau yang sangat besar, dari sana kalian dapat pergi ke
pulau lainnya,
di depan pulau-pulau itu adalah seluruhnya daratan yang
dikelilingi laut samudera, itu adalah kerajaan Atlantis. Ketika itu Atlantis
baru akan melancarkan perang besar dengan Athena, namun di luar dugaan Atlantis
tiba-tiba mengalami gempa bumi dan banjir, tidak sampai sehari semalam,
tenggelam sama sekali di dasar laut, negara besar yang melampaui peradaban
tinggi, lenyap dalam semalam.
Dibagian lain pada buku Critias adalah adik sepupu dari Critias mengisahkan
tentang Atlantis. Critias adalah murid dari ahli filsafat Socrates, tiga kali ia
menekankan keberadaan Atlantis dalam dialog. Kisahnya berasal dari cerita lisan
Joepe yaitu moyang lelaki Critias, sedangkan Joepe juga mendengarnya dari
seorang penyair Yunani bernama Solon (639-559 SM).
Solon adalah yang paling
bijaksana di antara 7 mahabijak Yunani kuno, suatu kali ketika Solon berkeliling
Mesir, dari tempat pemujaan makam leluhur mengetahui legenda Atlantis.
Garis besar kisah pada buku tersebut Ada sebuah daratan raksasa di atas
Samudera Atlantik arah barat Laut Tengah yang sangat jauh, yang bangga dengan
peradabannya yang menakjubkan. Ia menghasilkan emas dan perak yang tak terhitung
banyaknya. Istana dikelilingi oleh tembok emas dan dipagari oleh dinding perak.
Dinding tembok dalam istana bertahtakan emas, cemerlang dan megah. Di sana,
tingkat perkembangan
peradabannya memukau orang. Memiliki pelabuhan dan kapal
dengan perlengkapan yang sempurna, juga ada benda yang bisa membawa orang
terbang. Kekuasaannya tidak hanya terbatas di Eropa, bahkan jauh sampai daratan
Afrika. Setelah dilanda gempa dahsyat,
tenggelamlah ia ke dasar laut beserta
peradabannya, juga hilang dalam ingatan orang-orang.
Jika dibaca dari sepenggal kisah diatas maka kita akan berpikiran bahwa
Atlantis merupakan sebuah peradaban yang sangat memukau. Dengan teknologi dan
ilmu pengetahuan pada waktu itu sudah menjadikannya sebuah bangsa yang besar dan
mempunyai kehidupan yang makmur.
Tapi kemudian saya mempunyai pertanyaan,
apakah itu hanya sebuah cerita untuk pengantar tidur pada jamannya Plato atau
memang Plato mempunyai bukti2 kuat dan otentik bahwa atlantis itu benar-benar
pernah ada dalam kehidupan di bumi ini?
Terdapat beberapa catatan tentang usaha para ilmuwan dan orang-orang dalam
pencarian untuk membuktikan bahwa Atlantis itu benar-benar pernah ada.
Menurut perhitungan versi Plato waktu tenggelamnya kerajaan Atlantis, kurang
lebih 11.150 tahun yang silam. Plato pernah beberapa kali mengatakan, keadaan
kerajaan Atlantis diceritakan turun-temurun. Sama sekali bukan rekaannya
sendiri. Plato bahkan pergi ke Mesir minta petunjuk biksu dan rahib terkenal
setempat waktu itu. Guru Plato yaitu Socrates ketika membicarakan tentang
kerajaan Atlantis juga menekankan, karena hal itu adalah nyata, nilainya jauh
lebih kuat dibanding kisah yang direkayasa.
Jika semua yang diutarakan Plato memang benar-benar nyata, maka sejak 12.000
tahun silam, manusia sudah menciptakan peradaban. Namun di manakah kerajaan
Atlantis itu? Sejak ribuan tahun silam orang-orang menaruh minat yang sangat
besar terhadap hal ini. Hingga abad ke-20 sejak tahun 1960-an, laut Bermuda yang
terletak di bagian barat Samudera Atlantik, di kepulauan Bahama, dan laut di
sekitar kepulauan Florida pernah berturut-turut diketemukan keajaiban yang
menggemparkan dunia.
Suatu hari di tahun 1968, kepulauan Bimini di sekitar Samudera Atlantik di
gugusan Pulau Bahama, laut tenang dan bening bagaikan kaca yang terang, tembus
pandang hingga ke dasar laut. Beberapa penyelam dalam perjalanan kembali ke
kepulauan Bimini, tiba-tiba ada yang menjerit kaget. Di dasar laut ada sebuah
jalan besar! Beberapa penyelam secara bersamaan terjun ke bawah, ternyata memang
ada sebuah jalan besar membentang tersusun dari batu raksasa. Itu adalah sebuah
jalan besar yang dibangun dengan menggunakan batu persegi panjang dan poligon,
besar kecilnya batu
dan ketebalan tidak sama, namun penyusunannya sangat
rapi, konturnya cemerlang. Apakah ini merupakan jalan posnya kerajaan
Atlantis?
Awal tahun ‘70-an disekitar kepulauan Yasuel Samudera Atlantik, sekelompok
peneliti telah mengambil inti karang dengan mengebor pada kedalaman 800 meter di
dasar laut, atas ungkapan ilmiah, tempat itu memang benar-benar sebuah daratan
pada 12.000 tahun silam. Kesimpulan yang ditarik atas dasar teknologi ilmu
pengetahuan, begitu mirip seperti yang dilukiskan Plato! Namun, apakah di sini
tempat tenggelamnya kerajaan Atlantis?
Tahun 1974, sebuah kapal peninjau laut Uni Soviet telah membuat 8 lembar foto
yang jika disarikan membentuk sebuah bangunan kuno mahakarya manusia. Apakah ini
dibangun oleh orang Atlantis?
Tahun 1979, ilmuwan Amerika dan Perancis dengan peranti instrumen yang sangat
canggih menemukan piramida di dasar laut “segitiga maut” laut
Bermuda.
Panjang piramida kurang lebih 300 meter, tinggi kurang lebih 200
meter, puncak piramida dengan permukaan samudera hanya berjarak 100 meter, lebih
besar dibanding piramida Mesir. Bagian bawah piramida terdapat dua lubang
raksasa, air laut dengan kecepatan yang menakjubkan mengalir di dasar
lubang.
Piramida besar ini, apakah dibangun oleh orang-orang Atlantis?
Pasukan kerajaan Atlan pernah menaklukkan Mesir, apakah orang Atlantis membawa
peradaban piramida ke Mesir? Benua Amerika juga terdapat piramida, apakah
berasal dari Mesir atau berasal dari kerajaan Atlantis?
Tahun 1985, dua kelasi Norwegia menemukan sebuah kota kuno di bawah areal
laut “segitiga maut”. Pada foto yang dibuat oleh mereka berdua, ada dataran,
jalan
besar vertikal dan horizontal serta lorong, rumah beratap kubah,
gelanggang aduan (binatang), kuil, bantaran sungai dll. Mereka berdua mengatakan
mutlak percaya terhadap apa yang mereka temukan itu adalah Benua Atlantis
seperti yang dilukiskan oleh Plato. Benarkah itu?
Yang lebih menghebohkan lagi adalah penelitian yang dilakukan oleh Aryso
Santos, seorang ilmuwan asal Brazil. Santos menegaskan bahwa Atlantis itu adalah
wilayah yang sekarang ini disebut Indonesia.
Dalam penelitiannya selama 30
tahun yang ditulis dalam sebuah buku “Atlantis, The Lost Continent Finally
Found, The Definitifve Localization of Plato’s Lost Civilization” dia
menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung
berapi, dan cara bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah
Indonesia. Sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk
yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec
di Meksiko.
Santos menetapkan bahwa pada masa lalu Atlantis itu merupakan benua yang
membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan,
terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. Di
wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan dikelilingi oleh
samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan
Samudera Pasifik.
Sedangkan menurut Plato Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan
gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian
dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene). Dengan meletusnya
berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di
wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh
air asal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan
dan gunung Semeru/Sumeru/Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di
Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Somasir, yang merupakan puncak
gunung yang meletus pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari
adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan
lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.
Santos berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil itu
berargumentasi, bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi itu,
menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya
bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani
samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di
dasar samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa.
Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara
beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. Santos menamakannya
Heinrich Events.
Dalam usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak
Plato telah melakukan dua kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi bumi yang
katanya datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di
Samudera Atlantik yang ditentang oleh Santos. Penelitian militer Amerika Serikat
di wilayah Atlantik terbukti tidak berhasil menemukan bekas-bekas benua yang
hilang itu. Oleh karena itu tidaklah semena-mena ada peribahasa yang berkata,
“Amicus Plato, sed magis amica veritas.” Artinya,”Saya senang kepada Plato
tetapi saya lebih senang kepada kebenaran.”
Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos
sependapat. Yakni pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis
dan oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia. Kedua, jumlah
atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia. Di antaranya ialah
Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu,
Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari gunung itu telah atau sedang aktif
kembali.
Ini ada lagi yang lebih unik dari Santos dan kawan-kawan tentang usaha untuk
menguak misteri Atlantis. Sarjana Barat secara kebetulan menemukan seseorang
yang mampu mengingat kembali dirinya sebagai orang Atlantis di kehidupan
sebelumnya “Inggrid Benette”. Beberapa penggal kehidupan dan kondisi sosial
dalam ingatannya masih membekas, sebagai bahan masukan agar bisa merasakan
secara gamblang peradaban tinggi Atlantis. Dan yang terpenting adalah memberikan
kita petunjuk tentang mengapa Atlantis musnah. Di bawah ini adalah ingatan
Inggrid Bennette.
Kehidupan yang Dipenuhi Kecerdasan
Dalam kehidupan
sebelumnya di Atlantis, saya adalah seorang yang berpengetahuan luas,
dipromosikan sebagai kepala energi wanita “Pelindung Kristal” (setara dengan
seorang kepala pabrik pembangkit listrik sekarang). Pusat energi ini letaknya
pada sebuah ruang luas yang bangunannya beratap lengkung. Lantainya dari pasir
dan batu tembok, di tengah-tengah kamar sebuah kristal raksasa diletakkan di
atas alas dasar hitam. Fungsinya adalah menyalurkan energi ke seluruh kota.
Tugas saya melindungi kristal tersebut. Pekerjaan ini tak sama dengan sistem
operasional pabrik sekarang, tapi dengan menjaga keteguhan dalam hati, memahami
jiwa sendiri, merupakan bagian penting dalam pekerjaan, ini adalah sebuah
instalasi yang dikendalikan dengan jiwa. Ada seorang lelaki yang cerdas dan
pintar, ia adalah “pelindung” kami, pelindung lainnya wanita.
Rambut saya panjang berwarna emas, rambut digelung dengan benda rajutan emas,
persis seperti zaman Yunani. Rambut disanggul tinggi, dengan gulungan bengkok
jatuh bergerai di atas punggung. Setiap hari rambutku ditata oleh ahli penata
rambut, ini adalah sebagian pekerjaan rutin. Filsafat yang diyakini orang
Atlantis adalah bahwa “tubuh merupakan kuilnya jiwa”, oleh karena itu sangat
memperhatikan kebersihan tubuh dan cara berbusana, ini merupakan hal yang utama
dalam kehidupan. Saya mengenakan baju panjang tembus pandang, menggunakan daun
pita emas yang diikat di pinggang belakang setelah disilang di depan dada.
Lelaki berpakaian rok panjang juga rok pendek, sebagian orang memakai topi,
sebagian tidak, semuanya dibuat dengan bahan putih bening yang sama. Seperti
pakaian seragam, namun di masa itu, sama sekali tidak dibedakan, mengenakan ini
hanya menunjukkan sebuah status, melambangkan kematangan jiwa raga kita. Ada
juga yang mengenakan pakaian warna lain, namun dari bahan bening yang sama,
mereka mengenakan pakaian yang berwarna karena bertujuan untuk pengobatan.
Hubungannya sangat besar dengan ketidakseimbangan pusat energi tubuh, warna yang
spesifik memiliki fungsi pengobatan.
Berkomunikasi dengan Hewan
Saya sering pergi mendengarkan
nasihat lumba-lumba. Lumba-lumba hidup di sebuah tempat yang dibangun khusus
untuk mereka. Sebuah area danau besar yang indah, mempunyai undakan raksasa yang
menembus ke tengah danau. Pilar dua sisi undakan adalah tiang yang megah,
sedangkan area danau dihubungkan dengan laut melalui terusan besar. Di siang
hari lumba-lumba berenang di sana, bermain-main, setelah malam tiba kembali ke
lautan luas. Lumba-lumba bebas berkeliaran, menandakan itu adalah tempat yang
sangat istimewa. Lumba-lumba adalah sahabat karib dan penasihat kami. Mereka
sangat pintar, dan merupakan sumber keseimbangan serta keharmonisan masyarakat
kami. Hanya sedikit orang pergi mendengarkan bahasa intelek lumba-lumba. Saya
sering berenang bersama mereka, mengelus mereka, bermain-main dengan mereka,
serta mendengarkan nasihat mereka. Kami sering bertukar pikiran melalui
telepati. Energi mereka membuat saya penuh vitalitas sekaligus memberiku
kekuatan. Saya dapat berjalan-jalan sesuai keinginan hati, misalnya jika saya
ingin pergi ke padang luas yang jauh jaraknya, saya memejamkan mata dan
memusatkan pikiran pada tempat tersebut. Akan ada suatu suara “wuung” yang
ringan, saya membuka mata, maka saya sudah berada di tempat itu.
Saya paling suka bersama dengan Unicorn (kuda terbang). Mereka sama seperti
kuda makan rumput di padang belantara. Unicorn memiliki sebuah tanduk di atas
kepalanya, sama seperti ikan lumba-lumba, kami kontak lewat hubungan telepati.
Secara relatif, pikiran Unicorn sangat polos. Kami acap kali bertukar pikiran,
misalnya, “Aku ingin berlari cepat”. Unicorn akan menjawab: “Baiklah”. Kita lari
bersama, rambut kami berterbangan tertiup angin. Jiwa mereka begitu tenang,
damai menimbulkan rasa hormat. Unicorn tidak pernah melukai siapa pun, apalagi
mempunyai pikiran atau maksud jahat, ketika menemui tantangan sekalipun akan
tetap demikian.
Saya sering kali merasa sedih pada orang zaman sekarang, sebab sama sekali
tidak percaya dengan keberadaan hewan ini, ada seorang pembina jiwa mengatakan
kepadaku: “Saat ketika kondisi dunia kembali pada keseimbangan dan keharmonisan,
semua orang saling menerima, saling mencintai, saat itu Unicorn akan
kembali”.
Lingkungan yang Indah Permai
Di timur laut Atlantis
terdapat sebidang padang rumput yang sangat luas. Padang rumput ini menyebarkan
aroma wangi yang lembut, dan saya suka duduk bermeditasi di sana. Aromanya
begitu hangat. Kegunaan dari bunga segar sangat banyak, maka ditanam secara
luas. Misalnya, bunga yang berwarna biru dan putih ditanam bersama, ini bukan
saja sangat menggoda secara visual, sangat dibutuhkan buat efektivitas getaran.
Padang rumput ini dirawat oleh orang yang mendapat latihan khusus dan
berkualitas tinggi serta kaya pengetahuan. “Ahli ramuan” mulai merawat mereka
sejak tunas, kemudian memetik dan mengekstrak sari pati kehidupannya.
Di lingkungan kerja di Atlantis, jarang ada yang berposisi rendah. Serendah
apa pun pekerjaannya, tetap dipandang sebagai anggota penting di dalam
masyarakat kami. Masyarakat terbiasa dengan menghormati dan memuji kemampuan
orang lain. Yang menanam buah, sayur-mayur, dan penanam jenis kacang-kacangan
juga hidup di timur laut. Sebagian besar adalah ahli botani, ahli gizi dan pakar
makanan lainnya. Mereka bertanggung jawab menyediakan makanan bagi segenap
peradaban kami.
Sebagian besar orang ditetapkan sebagai pekerja fisik, misalnya tukang kebun
dan tukang bangunan. Hal itu akan membuat kondisi tubuh mereka tetap stabil.
Sebagian kecil dari mereka mempunyai kecerdasan, pengaturan pekerjaan
disesuaikan dengan tingkat perkembangan kecerdasan mereka. Orang Atlantis
menganggap, bahwa pekerjaan fisik lebih bermanfaat, ini membuat emosi (perasaan)
mereka mendapat keseimbangan, marah dan suasana hati saat depresi dapat
diarahkan secara konstruktif, lagi pula tubuh manusia terlahir untuk pekerjaan
fisik, hal tersebut telah dibuktikan. Namun, selalu ada pengecualian, misalnya
lelaki yang kewanitaan atau sebaliknya, pada akhirnya, orang pintar akan
membimbing orang-orang ini bekerja yang sesuai dengan kondisi mereka. Setiap
orang akan menuju ke kecerdasan, berperan sebagai tokoh sendiri, semua ini
merupakan hal yang paling mendasar.
Seluruh kehidupan Atlantis merupakan himpunan keharmonisan yang tak terikat
secara universal bagi tumbuh-tumbuhan, mineral, hewan dan sayur-mayur. Setiap
orang merupakan partikel bagiannya, setiap orang tahu, bahwa pengabdian mereka
sangat dibutuhkan. Di Atlantis tidak ada sistem keuangan, hanya ada aktivitas
perdagangan. Kami tidak pernah membawa dompet atau kunci dan sejenisnya. Jarang
ada keserakahan atau kedengkian, yang ada hanya kebulatan tekad.
Teknologi yang Tinggi
Di Atlantis ada sarana terbang yang
modelnya mirip “piring terbang” (UFO), mereka menggunakan medan magnet
mengendalikan energi perputaran dan pendaratan, sarana hubungan jenis ini biasa
digunakan untuk perjalanan jarak jauh. Perjalanan jarak pendek hanya menggunakan
katrol yang dapat ditumpangi dua orang. Ia mempunyai sebuah mesin yang mirip
seperti kapal hidrofoil, prinsip kerja sama dengan alat terbang, juga
menggunakan medan energi magnet. Yang lainnya seperti makanan, komoditi rumah
tangga atau barang-barang yang berukuran besar, diangkut dengan cara yang sama
menggunakan alat angkut besar yang disebut “Subbers.”
Atlantis adalah sebuah peradaban yang sangat besar, kami berkomunikasi
menggunakan kapal untuk menyiarkan berita ke berbagai daerah. Sebagian besar
informasi diterima oleh “orang pintar” melalui respons batin, mereka memiliki
kemampuan menerima dengan cara yang istimewa, ini mirip dengan stasiun satelit
penerima, dan sangat akurat. Maka, pekerjaan mereka adalah duduk dan menerima
informasi yang disalurkan dari tempat lain. Sebenarnya, dalam pekerjaan, cara
saya mengoperasikan kristal besar, juga dikerjakan melalui hati.
Pengobatan yang Maju
Dalam peradaban ini, tidak ada
penyakit yang parah. Metode pengobatan yang digunakan, semuanya menggunakan
kristal, warna, musik, wewangian dan paduan ramuan, dengan mengembangkan
efektivitas pengobatan secara keseluruhan.
Pusat pengobatan adalah sebuah tempat yang banyak kamarnya. Saat penderita
masuk, sebuah warna akan dicatat di tembok. Lalu pasien diarahkan ke sebuah
kamar khusus untuk menentukan pengobatan. Di kamar pertama, asisten yang
terlatih baik dan berpengetahuan luas tentang pengobatan akan mendeteksi
frekwensi getaran pada tubuh pasien. Informasi dialihkan ke kamar lainnya. Di
kamar tersebut, sang pasien akan berbaring di atas granit yang datar, sedangkan
asisten lainnya akan mengatur rancangan pengobatan yang sesuai untuk pasien.
Setelah itu, kamar akan dipenuhi musik terapi, kristal khusus akan diletakkan
di pasien. Seluruh kamar penuh dengan wewangian yang lembut, terakhir akan
tampak sebuah warna. Selanjutnya, pasien diminta merenung, agar energi
pengobatan meresap ke dalam tubuh. Dengan demikian, semua indera yang ada akan
sehat kembali, “warna” menyembuhkan indera penglihatan, “aroma tumbuh-tumbuhan”
menyembuhkan indera penciuman, “musik yang merdu” menyembuhkan indera
pendengaran, dan terakhir, “air murni” menyembuhkan indera perasa. Saat meditasi
selesai, harus minum air dari tabung. Energinya sangat besar, bagaikan seberkas
sinar, menyinari tubuh dari atas hingga ke bawah. Seluruh tubuh bagai telah
terpenuhi. Teknik pengobatan selalu berkaitan dengan “medan magnet” dan “energi
matahari” , sekaligus merupakan pengobatan secara fisik dan kejiwaan.
Pendidikan Anak yang Ketat
Saat bayi masih dalam
kandungan, sudah diberikan suara, musik serta bimbingan kecerdasan pada zaman
itu. Semasa dalam kandungan, “orang pintar” akan memberikan pengarahan kepada
orang tua sang calon anak. Sejak sang bayi lahir, orang tua merawat dan
mendidiknya di rumah, menyayangi dan mencintai anak mereka. Di siang hari,
anak-anak akan dititipkan di tempat penitipan anak, mendengar musik di sana,
melihat getaran warna dan cerita-cerita yang berhubungan dengan cara berpikiran
positif dan kisah bertema filosofis.
Pusat pendidikan anak, terdapat di setiap tempat. Anak-anak dididik untuk
menjadi makhluk hidup yang memiliki inteligensi sempurna. Belajar membuka
pikiran, agar jasmani dan rohani mereka bisa bekerja sama. Di tahap perkembangan
anak, orang pintar memegang peranan yang sangat besar, pendidik mempunyai posisi
terhormat dalam masyarakat Atlantis, biasanya baru bisa diperoleh ketika usia
mencapai 60-120 tahun, tergantung pertumbuhan inteligensi. Dan merupakan tugas
yang didambakan setiap orang.
Di seluruh wilayah, setiap orang menerima pendidikan sejak usia 3 tahun.
Mereka menerima pendidikan di dalam gedung bertingkat. Di depan gedung sekolah
terdapat lambang pelangi, pelangi adalah lambang pusat bimbingan. Pelajaran
utamanya adalah mendengar dan melihat. Sang murid santai berbaring atau duduk,
sehingga ruas tulang belakang tidak mengalami tekanan. Metode lainnya adalah
merenung, mata ditutup dengan perisai mata, dalam perisai mata ditayangkan
berbagai macam warna. Pada kondisi merenung, metode visualisasi seperti ini
sangat efektif. Bersamaan itu juga diberi pita kaset bawah sadar. Saat tubuh dan
otak dalam keadaan rileks, pengetahuan mengalir masuk ke bagian memori otak
besar. Ini merupakan salah satu metode belajar yang paling efektif, sebab ia
telah menutup semua jalur informasi yang dapat mengalihkan perhatian. “Orang
pintar” membimbing si murid, tergantung tingkat kemampuan menyerap sang anak,
dan memudahkan melihat bakat tertentu yang dimilikinya. Dengan begini, setiap
anak memiliki kesempatan yang sama mengembangkan potensinya.
Pemikiran maju yang positif dan frekwensi getaran merupakan kunci utama dalam
masa belajar dan meningkatkan/mendorong wawasan sanubari terbuka. Semakin tinggi
tingkat frekwensi getaran pada otak, maka frekwensi getaran pada jiwa semakin
tinggi. Semakin positif kesadaran inheren, maka semakin mencerminkan kesadaran
ekstrinsik maupun kesadaran terpendam. Ketika keduanya serasi, akan membuka
wawasan dunia yang positif: Jika keduanya tidak serasi, maka orang akan hanyut
pada keserakahan dan kekuasaan. Bagi orang Atlantis, mengendalikan daya pikir
orang lain adalah cara hidup yang tak beradab, dan ini tidak dibenarkan.
Dalam buku sejarah kami, kami pernah merasa tidak aman dan tenang. Karakter
leluhur kami yang tak beradab masih saja mempengaruhi masyarakat kami waktu itu.
Misalnya, memilih binatang untuk percobaan. Namun, kaidah inteligensi dengan
keras melarang mencampuri kehidupan orang lain. Meskipun kita tahu ada
risikonya, namun kita tidak boleh memaksa atau menghukum orang lain, sebab
setiap orang harus bertanggung jawab atas perkembangan sanubarinya sendiri. Pada
masyarakat itu, rasa tidak aman adalah demi untuk mendapatkan keamanan. Filsafat
seperti ini sangat baik, dan sangat dihormati orang-orang ketika itu, ia adalah
pelindung kami.
Kiamat yang Melanda Atlantis
Saya tidak bersuami. Pada
waktu itu, orang-orang tidak ada ikatan perkawinan. Jika Anda bermaksud mengikat
seseorang, maka akan melaksanakan sebuah upacara pengikatan. Pengikatan tersebut
sama sekali tidak ada efek hukum atau kekuatan yang mengikat, hanya berdasarkan
pada perasaan hati. Kehidupan seks orang Atlantis sangat dinamis untuk
mempertahankan kesehatan. Saya memutuskan hidup bersamanya berdasarkan kesan
akan seks, inteligensi dan daya tarik. Di masa itu, seks merupakan sebuah bagian
penting dalam kehidupan, seks sama pentingnya dengan makan atau tidur. Ini
adalah bagian dari “keberadaan hidup secara keseluruhan”, lagi pula tubuh kami
secara fisik tidak menampakkan usia kami, umumnya kami dapat hidup hingga
berusia 200 tahun lamanya.
Ada juga yang orang berhubungan seks dengan hewan, atau dengan setengah
manusia separuh hewan, misalnya, tubuh seekor kuda yang berkepala manusia. Di
saat itu, orang Atlantis dapat mengadakan transplantasi kawin silang, demi
keharmonisan manusia dan hewan pada alam, namun sebagian orang melupakan hal
ini, titik tolak tujuan mereka adalah seks. Orang yang sadar mengetahui bahwa
ini akan mengakibatkan ketidakseimbangan pada masyarakat kami, orang-orang
sangat cemas dan takut terhadap hal ini, tetapi tidak ada tindakan preventif.
Ini sangat besar hubungannya dengan keyakinan kami, manusia memiliki kebebasan
untuk memilih, dan seseorang tidak boleh mengganggu pertumbuhan inteligensi
orang lain. Orang yang memilih hewan sebagai lawan main, biasanya kehilangan
keseimbangan pada jiwanya, dan dianggap tidak matang.
Teknologi Maju yang Lalim
Pada masa kehidupan saya, kami
tahu Atlantis telah sampai di pengujung ajal. Di antara kami ada sebagian orang
yang tahu akan hal ini, namun, adalah sebagian besar orang sengaja
mengabaikannya, atau tidak tertarik terhadap hal ini. Unsur materiil telah
kehilangan keseimbangan. Teknologi sangat maju. Misalnya, polusi udara
dimurnikan, suhu udara disesuaikan. Majunya teknologi, hingga kami mulai
mengubah komposisi udara dan air. Terakhir ini menyebabkan kehancuran
Atlantis.
Empat unsur pokok yakni: angin, air, api, dan tanah adalah yang paling
fundamental dari galaksi dan bumi kami ini, basis materiil yang paling stabil.
Mencoba menyatukan atau mengubah unsur pokok ini telah melanggar hukum alam.
Ilmuwan bekerja dan hidup di bagian barat Atlantis, mereka “mengalah” pada
keserakahan, demi kekuasaan dan kehormatan pribadi bermaksud “mengendalikan” 4
unsur pokok. Kini alam tahu, hal ini telah mengakibatkan kehancuran total.
Mereka mengira dirinya di atas orang lain, mereka berkhayal sebagai tokoh Tuhan,
ingin mengendalikan unsur pokok dasar pada bintang tersebut.
Menjelang Hari Kiamat
Ramalan “kiamat” pernah beredar
secara luas, namun hanya orang yang pintar dan yang mengikuti jalan spritual
yang tahu penyebabnya. Akhir dari peradaban kami hanya disebabkan oleh
segelintir manusia! Ramalan mengatakan: “Bumi akan naik, Daratan baru akan
muncul, semua orang mulai berjuang lagi. Hanya segelintir orang bernasib mujur
akan hidup, mereka akan menyebar ke segala penjuru di daratan baru, dan kisah
Atlantis akan turun-temurun, kami akan kembali ke masa lalu”. Menarik pelajaran,
Lumba-lumba pernah memberitahu kami hari “kiamat” akan tiba, kami tahu saat-saat
tersebut semakin dekat, sebab telah dua pekan tidak bertemu lumba-lumba. Mereka
memberitahu saat kami akan pergi ke sebuah tempat yang tenang, dan menjaga bola
kristal, lumba-lumba memberitahu kami dapat pergi dengan aman ke barat.
Banyak orang meninggalkan Atlantis mencari daratan baru. Sebagian pergi
sampai ke Mesir, ada juga menjelang “kiamat” meninggalkan Atlantis dengan kapal
perahu, ke daratan baru yang tidak terdapat di peta. Daratan-daratan ini bukan
merupakan bagian dari peradaban kami, oleh karena itu tidak dalam perlindungan
kami. Banyak yang merasa kecewa dan meninggalkan kami, aktif mencari lingkungan
yang maju dan aman. Oleh karenanya, Atlantis nyaris tidak ada pendatang. Namun,
setelah perjalanan segelintir orang hingga ke daratan yang “aneh”, mereka
kembali dengan selamat. Dan keadaan negerinya paling tidak telah memberi tahu
kami pengetahuan tentang kehidupan di luar Atlantis.
Saya memilih tetap tinggal, memastikan kristal energi tidak mengalami
kerusakan apa pun, hingga akhir. Kristal selalu menyuplai energi ke kota. Saat
beberapa pekan terakhir, kristal ditutup oleh pelindung transparan yang dibuat
dari bahan khusus. Mungkin suatu saat nanti, ia akan ditemukan, dan digunakan
sekali lagi untuk maksud baik. Saat kristal ditemukan, ia akan membuktikan
peradaban Atlantis, sekaligus menyingkap misteri lain yang tak terungkap selama
beberapa abad.
Saya masih tetap ingat hari yang terpanjang, hari terakhir, detik terakhir,
bumi kandas, gempa bumi, letusan gunung berapi, bencana kebakaran. Lempeng bumi
saling bertabrakan dengan keras. Bumi sedang mengalami kehancuran, orang-orang
di dalam atap lengkung bangunan kristal bersikap menyambut saat kedatangannya.
Jiwa saya sangat tenang. Sebuah gedung berguncang keras. Saya ditarik seseorang
ke atas tembok, kami saling berpelukan. Saya berharap bisa segera mati. Di
langit asap tebal bergulung-gulung, saya melihat lahar bumi menyembur, kobaran
api merah mewarnai langit. Ruang dalam rumah penuh dengan asap, kami sangat
sesak. Lalu saya pingsan, selanjutnya, saya ingat roh saya terbang ke arah
terang. Saya memandang ke bawah dan terlihat daratan sedang tenggelam. Air laut
bergelora, menelan segalanya. Orang-orang lari ke segala penjuru, jika tidak
ditelan air dahsyat pasti jatuh ke dalam kawah api. Saya mendengar dengan jelas
suara jeritan. Bumi seperti sebuah cerek air raksasa yang mendidih, bagai seekor
binatang buas yang kelaparan, menggigit dan menelan semua buruannya. Air laut
telah menenggelamkan daratan.
Sumber Kehancuran
Lewat ingatan Inggrid Benette,
diketahui tingkat perkembangan teknologi bangsa Atlantis, berbeda sekali dengan
peradaban kita sekarang, bahkan pengalamannya akan materiil berbeda dengan ilmu
pengetahuan modern, sebaliknya mirip dengan ilmu pengetahuan Tiongkok kuno,
berkembang dengan cara yang lain. Peradaban seperti ini jauh melampaui peradaban
sekarang. Mendengarnya saja seperti membaca novel fiktif. Bandingkan dengan masa
kini, kemampuan jiwa bangsa Atlantis sangat diperhatikan, bahkan mempunyai
kemampuan supernormal, mampu berkomunikasi dengan hewan, yang diperhatikan orang
sekarang adalah pintar dan berbakat, dicekoki berbagai pengetahuan, namun
mengabaikan kekuatan dalam.
Bangsa Atlantis mementingkan “inteligensi jiwa” dan “tubuh” untuk
mengembangkan seluruh potensi terpendam pada tubuh manusia, hal ini membuat
peradaban mereka bisa berkembang pesat dalam jangka panjang dan penyebab utama
tidak menimbulkan gejala ketidakseimbangan. Mengenai punahnya peradaban
Atlantis, layak direnungkan orang sekarang. Plato menggambarkan kehancuran
Atlantis dalam dialognya sebagai berikut:
“Hukum yang diterapkan Dewa Laut membuat rakyat Atlantis hidup bahagia,
keadilan Dewa Laut mendapat penghormatan tinggi dari seluruh dunia, peraturan
hukum diukir di sebuah tiang tembaga oleh raja-raja masa sebelumnya, tiang
tembaga diletakkan di tengah di dalam pulau kuil Dewa Laut. Namun masyarakat
Atlantis mulai bejat, mereka yang pernah memuja dewa palsu menjadi serakah,
maunya hidup enak dan menolak kerja dengan hidup berfoya-foya dan serba
mewah.”
Plato yang acap kali sedih terhadap sifat manusia mengatakan:
“Pikiran
sekilas yang suci murni perlahan kehilangan warnanya, dan diselimuti oleh gelora
nafsu iblis, maka orang-orang Atlantis yang layak menikmati keberuntungan besar
itu mulai melakukan perbuatan tak senonoh, orang yang arif dapat melihat akhlak
bangsa Atlantis yang makin hari makin merosot, kebajikan mereka yang alamiah
perlahan-lahan hilang, tapi orang-orang awam yang buta itu malah dirasuki nafsu,
tak dapat membedakan benar atau salah, masih tetap gembira, dikiranya semua atas
karunia Tuhan.”
Hancurnya peradaban disebabkan oleh segelintir manusia, banyak yang tahu
sebabnya, akan tetapi sebagian besar orang mengabaikannya, maka timbul
kelongsoran besar, dalam akhlak dan tidak dapat tertolong. Maka, sejumlah kecil
orang berbuat kesalahan tidak begitu menakutkan, yang menakutkan adalah ketika
sebagian besar orang “mengabaikan kesalahan”, hingga “membiarkan perubahan”
selanjutnya diam-diam “menyetujui kejahatan”, tidak dapat membedakan benar dan
salah, kabar terhadap kesalahan mengakibatkan kesenjangan sifat manusia, moral
masyarakat merosot dahsyat, mendorong peradaban ke jalan buntu.
Kita sebagai orang modern, dapatlah menjadikan sejarah sebagai cermin
pelajaran, merenungi kembali ilmu yang kita kembangkan, yang mengenal kehidupan
hanya berdasarkan pengenalan yang objektif terhadap dunia materi yang nyata, dan
mengabaikan hakikat kehidupan dalam jiwa. Makna kehidupan sejati, berangsur
menjadi bisnis memenuhi nafsu materiil, seperti ilmuwan Atlantis, segelintir
orang tunduk pada keserakahan, tidak mempertahankan kebenaran, demi kekuasaan
dan kemuliaan, mengembangkan teknologi yang salah, merusak lingkungan hidup.
Apakah kita sedang berbuat kesalahan yang sama?