Minggu, 24 Juli 2011

Sirna Hilang Kertaning Bumi


Beratus tahun yang lalu, kerajaan besar Majapahit, pemersatu Nusantara, runtuh. Tahun kejadian, ditandai dengan Candrasengkala – Sirna Hilang Kertaning Bhumi - (Sirna=0, Hilang=0, Kertaning=Kemakmuran=4, Bhumi=1) - 1400 Tahun Jawa atau 1478 tahun masehi.

Konon diakhir jaman majapahit, pemuka agama, penasehat negara, wiku, resi, banyak yang hilang kebijakannya. Para cerdik cendekia yang mestinya obyektif, hanya menjadi ilmuwan tukang, mengeluarkan
pendapat bukan karena kebenaran, tapi hanya berdasarkan pesanan, bahkan ada pemuka agama jelas-jelas berkhianat menjadi corong musuh majapahit. Kaum ningrat gelisah, resah dan susah, dikejar-kejar dosa yang telah dibuat. Korupsi, penyelewengan, pengkhianatan, permusuhan antar saudara, menjadi cerita dari mulut ke mulut di masyarakat saat itu. Carut marut dan ketidak stabilan, menyebabkan saudagar berdagang tak pernah untung, dan kesemuanya itu menyebabkan rakyat jelata makin menderita.

Penyebab utamanya, kelompok-kelompok penyelenggara negara saat itu, kurang melaksanakan swadharma atau kewajibannya sebagai warga bangsa. Kelompok-kelompok Ksatriya penanggung jawab subsistem pencapaian tujuan (politis), Wesya - subsistem adaptif (ekonomi) dan Brahmana - subsistem sosio-kultural, sibuk dengan kepentingannya sendiri. Banyak oknum-oknum yang melakukan cross-function sehingga terjadi conflict of interest. Kaum Brahmana, terjun ke bidang politik sehingga terjadi perpecahaan antara pemeluknya. Para Ksatria jadi backing Wesya - kaum pedagang, untuk memperkaya diri. Wesya berkolaborasi dengan para Ksatria pemberontak, untuk melindungi usaha dagangnya. Keadaan makin tidak terkendali, kerusakan makin menjadi-jadi, masalah buntu tanpa solusi, sehingga rakyat kehilangan motivasi - kehilangan kepercayaan terhadap raja, sehingga negara yang tadinya jaya dan berkuasa, lalu ambruk, runtuh tercerai berai. Krisis motivasi juga menghilangkan kepercayaan terhadap agama yang dominan saat itu, lalu menumbuh suburkan Agama Islam sebagai kepercayaan yang baru.

Hilangnya konsep swadharma, kerja adalah ibadah, ditambah hilangnya budi pekerti, maraknya pengkhianatan, perang saudara, menyebabkan majapahit jatuh dan runtuh.

Ketika Majapahit jatuh, banyak kitab-kitab kuno dibawa ke Pulau Bali, salah satunya lontar Negara Kertagama. Di kitab itu, terdapat konsep Catur Purusaartha. Konsep inilah yang digunakan untuk membendung arus perubahan, sehingga budaya dan agama di pulau Bali masih seperti sekarang ini. Apakah konsep Catur Purusaartha tersebut juga dapat dipergunakan untuk mengatasi krisis motivasi yang telah dan akan makin menghebat?

* diolah dari berbagai sumber.

1 komentar:

  1. YA...Kenyataan itu berlanjut hingga sekarang. Para pejabat sibuk rebutan jabatan, mengamburkan uang untuk Pemilahan Umum/Pilkada setelah menjabat sibuk untuk korupsi mencari ganti.
    Kaum agamawan juga bersaing rebutan umat bahkan mengadu umat manusia dengan klaim ajaran agamanya yang paling benar.
    Manamungkin Umat akan mendapatkan pencerahan

    BalasHapus

Kupas Tuntas Hubungan Peradaban Kuno Atlantis, Legenda Lemuria dengan Indonesia