Mitos tentang Peradaban Atlantis pertama kali dicetuskan oleh seorang filsafat 
Yunani kuno bernama Plato (427 – 347 SM) dalam buku Critias dan Timaeus
Dalam buku Timaeus Plato menceritakan bahwa dihadapan selat Mainstay 
Haigelisi, ada sebuah pulau yang sangat besar, dari sana kalian dapat pergi ke 
pulau lainnya,
di depan pulau-pulau itu adalah seluruhnya daratan yang 
dikelilingi laut samudera, itu adalah kerajaan Atlantis. Ketika itu Atlantis 
baru akan melancarkan perang besar dengan Athena, namun di luar dugaan Atlantis 
tiba-tiba mengalami gempa bumi dan banjir, tidak sampai sehari semalam, 
tenggelam sama sekali di dasar laut, negara besar yang melampaui peradaban 
tinggi, lenyap dalam semalam.
Dibagian lain pada buku Critias adalah adik sepupu dari Critias mengisahkan 
tentang Atlantis. Critias adalah murid dari ahli filsafat Socrates, tiga kali ia 
menekankan keberadaan Atlantis dalam dialog. Kisahnya berasal dari cerita lisan 
Joepe yaitu moyang lelaki Critias, sedangkan Joepe juga mendengarnya dari 
seorang penyair Yunani bernama Solon (639-559 SM).
Solon adalah yang paling 
bijaksana di antara 7 mahabijak Yunani kuno, suatu kali ketika Solon berkeliling 
Mesir, dari tempat pemujaan makam leluhur mengetahui legenda Atlantis.

Garis besar kisah pada buku tersebut Ada sebuah daratan raksasa di atas 
Samudera Atlantik arah barat Laut Tengah yang sangat jauh, yang bangga dengan 
peradabannya yang menakjubkan. Ia menghasilkan emas dan perak yang tak terhitung 
banyaknya. Istana dikelilingi oleh tembok emas dan dipagari oleh dinding perak. 
Dinding tembok dalam istana bertahtakan emas, cemerlang dan megah. Di sana, 
tingkat perkembangan
peradabannya memukau orang. Memiliki pelabuhan dan kapal 
dengan perlengkapan yang sempurna, juga ada benda yang bisa membawa orang 
terbang. Kekuasaannya tidak hanya terbatas di Eropa, bahkan jauh sampai daratan 
Afrika. Setelah dilanda gempa dahsyat,
tenggelamlah ia ke dasar laut beserta 
peradabannya, juga hilang dalam ingatan orang-orang.

Jika dibaca dari sepenggal kisah diatas maka kita akan berpikiran bahwa 
Atlantis merupakan sebuah peradaban yang sangat memukau. Dengan teknologi dan 
ilmu pengetahuan pada waktu itu sudah menjadikannya sebuah bangsa yang besar dan 
mempunyai kehidupan yang makmur.
Tapi kemudian saya mempunyai pertanyaan, 
apakah itu hanya sebuah cerita untuk pengantar tidur pada jamannya Plato atau 
memang Plato mempunyai bukti2 kuat dan otentik bahwa atlantis itu benar-benar 
pernah ada dalam kehidupan di bumi ini?
Terdapat beberapa catatan tentang usaha para ilmuwan dan orang-orang dalam 
pencarian untuk membuktikan bahwa Atlantis itu benar-benar pernah ada.
Menurut perhitungan versi Plato waktu tenggelamnya kerajaan Atlantis, kurang 
lebih 11.150 tahun yang silam. Plato pernah beberapa kali mengatakan, keadaan 
kerajaan Atlantis diceritakan turun-temurun. Sama sekali bukan rekaannya 
sendiri. Plato bahkan pergi ke Mesir minta petunjuk biksu dan rahib terkenal 
setempat waktu itu. Guru Plato yaitu Socrates ketika membicarakan tentang 
kerajaan Atlantis juga menekankan, karena hal itu adalah nyata, nilainya jauh 
lebih kuat dibanding kisah yang direkayasa.
Jika semua yang diutarakan Plato memang benar-benar nyata, maka sejak 12.000 
tahun silam, manusia sudah menciptakan peradaban. Namun di manakah kerajaan 
Atlantis itu? Sejak ribuan tahun silam orang-orang menaruh minat yang sangat 
besar terhadap hal ini. Hingga abad ke-20 sejak tahun 1960-an, laut Bermuda yang 
terletak di bagian barat Samudera Atlantik, di kepulauan Bahama, dan laut di 
sekitar kepulauan Florida pernah berturut-turut diketemukan keajaiban yang 
menggemparkan dunia.
Suatu hari di tahun 1968, kepulauan Bimini di sekitar Samudera Atlantik di 
gugusan Pulau Bahama, laut tenang dan bening bagaikan kaca yang terang, tembus 
pandang hingga ke dasar laut. Beberapa penyelam dalam perjalanan kembali ke 
kepulauan Bimini, tiba-tiba ada yang menjerit kaget. Di dasar laut ada sebuah 
jalan besar! Beberapa penyelam secara bersamaan terjun ke bawah, ternyata memang 
ada sebuah jalan besar membentang tersusun dari batu raksasa. Itu adalah sebuah 
jalan besar yang dibangun dengan menggunakan batu persegi panjang dan poligon, 
besar kecilnya batu
dan ketebalan tidak sama, namun penyusunannya sangat 
rapi, konturnya cemerlang. Apakah ini merupakan jalan posnya kerajaan 
Atlantis?
Awal tahun ‘70-an disekitar kepulauan Yasuel Samudera Atlantik, sekelompok 
peneliti telah mengambil inti karang dengan mengebor pada kedalaman 800 meter di 
dasar laut, atas ungkapan ilmiah, tempat itu memang benar-benar sebuah daratan 
pada 12.000 tahun silam. Kesimpulan yang ditarik atas dasar teknologi ilmu 
pengetahuan, begitu mirip seperti yang dilukiskan Plato! Namun, apakah di sini 
tempat tenggelamnya kerajaan Atlantis?
Tahun 1974, sebuah kapal peninjau laut Uni Soviet telah membuat 8 lembar foto 
yang jika disarikan membentuk sebuah bangunan kuno mahakarya manusia. Apakah ini 
dibangun oleh orang Atlantis?
Tahun 1979, ilmuwan Amerika dan Perancis dengan peranti instrumen yang sangat 
canggih menemukan piramida di dasar laut “segitiga maut” laut 
Bermuda.
Panjang piramida kurang lebih 300 meter, tinggi kurang lebih 200 
meter, puncak piramida dengan permukaan samudera hanya berjarak 100 meter, lebih 
besar dibanding piramida Mesir. Bagian bawah piramida terdapat dua lubang 
raksasa, air laut dengan kecepatan yang menakjubkan mengalir di dasar 
lubang.
Piramida besar ini, apakah dibangun oleh orang-orang Atlantis? 
Pasukan kerajaan Atlan pernah menaklukkan Mesir, apakah orang Atlantis membawa 
peradaban piramida ke Mesir? Benua Amerika juga terdapat piramida, apakah 
berasal dari Mesir atau berasal dari kerajaan Atlantis?
Tahun 1985, dua kelasi Norwegia menemukan sebuah kota kuno di bawah areal 
laut “segitiga maut”. Pada foto yang dibuat oleh mereka berdua, ada dataran, 
jalan
besar vertikal dan horizontal serta lorong, rumah beratap kubah, 
gelanggang aduan (binatang), kuil, bantaran sungai dll. Mereka berdua mengatakan 
mutlak percaya terhadap apa yang mereka temukan itu adalah Benua Atlantis 
seperti yang dilukiskan oleh Plato. Benarkah itu?
 

Yang lebih menghebohkan lagi adalah penelitian yang dilakukan oleh Aryso 
Santos, seorang ilmuwan asal Brazil. Santos menegaskan bahwa Atlantis itu adalah 
wilayah yang sekarang ini disebut Indonesia.
Dalam penelitiannya selama 30 
tahun yang ditulis dalam sebuah buku “Atlantis, The Lost Continent Finally 
Found, The Definitifve Localization of Plato’s Lost Civilization” dia 
menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung 
berapi, dan cara bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah 
Indonesia. Sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk 
yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec 
di Meksiko.
Santos menetapkan bahwa pada masa lalu Atlantis itu merupakan benua yang 
membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, 
terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. Di 
wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan dikelilingi oleh 
samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan 
Samudera Pasifik.

Sedangkan menurut Plato Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan 
gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian 
dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene). Dengan meletusnya 
berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di 
wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh 
air asal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan 
dan gunung Semeru/Sumeru/Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di 
Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Somasir, yang merupakan puncak 
gunung yang meletus pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari 
adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan 
lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.
Santos berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil itu 
berargumentasi, bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi itu, 
menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya 
bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani 
samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di 
dasar samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. 
Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara 
beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. Santos menamakannya 
Heinrich Events.
Dalam usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak 
Plato telah melakukan dua kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi bumi yang 
katanya datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di 
Samudera Atlantik yang ditentang oleh Santos. Penelitian militer Amerika Serikat 
di wilayah Atlantik terbukti tidak berhasil menemukan bekas-bekas benua yang 
hilang itu. Oleh karena itu tidaklah semena-mena ada peribahasa yang berkata, 
“Amicus Plato, sed magis amica veritas.” Artinya,”Saya senang kepada Plato 
tetapi saya lebih senang kepada kebenaran.”
Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos 
sependapat. Yakni pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis 
dan oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia. Kedua, jumlah 
atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia. Di antaranya ialah 
Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, 
Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari gunung itu telah atau sedang aktif 
kembali.
Ini ada lagi yang lebih unik dari Santos dan kawan-kawan tentang usaha untuk 
menguak misteri Atlantis. Sarjana Barat secara kebetulan menemukan seseorang 
yang mampu mengingat kembali dirinya sebagai orang Atlantis di kehidupan 
sebelumnya “Inggrid Benette”. Beberapa penggal kehidupan dan kondisi sosial 
dalam ingatannya masih membekas, sebagai bahan masukan agar bisa merasakan 
secara gamblang peradaban tinggi Atlantis. Dan yang terpenting adalah memberikan 
kita petunjuk tentang mengapa Atlantis musnah. Di bawah ini adalah ingatan 
Inggrid Bennette.
Kehidupan yang Dipenuhi Kecerdasan
Dalam kehidupan 
sebelumnya di Atlantis, saya adalah seorang yang berpengetahuan luas, 
dipromosikan sebagai kepala energi wanita “Pelindung Kristal” (setara dengan 
seorang kepala pabrik pembangkit listrik sekarang). Pusat energi ini letaknya 
pada sebuah ruang luas yang bangunannya beratap lengkung. Lantainya dari pasir 
dan batu tembok, di tengah-tengah kamar sebuah kristal raksasa diletakkan di 
atas alas dasar hitam. Fungsinya adalah menyalurkan energi ke seluruh kota. 
Tugas saya melindungi kristal tersebut. Pekerjaan ini tak sama dengan sistem 
operasional pabrik sekarang, tapi dengan menjaga keteguhan dalam hati, memahami 
jiwa sendiri, merupakan bagian penting dalam pekerjaan, ini adalah sebuah 
instalasi yang dikendalikan dengan jiwa. Ada seorang lelaki yang cerdas dan 
pintar, ia adalah “pelindung” kami, pelindung lainnya wanita.
Rambut saya panjang berwarna emas, rambut digelung dengan benda rajutan emas, 
persis seperti zaman Yunani. Rambut disanggul tinggi, dengan gulungan bengkok 
jatuh bergerai di atas punggung. Setiap hari rambutku ditata oleh ahli penata 
rambut, ini adalah sebagian pekerjaan rutin. Filsafat yang diyakini orang 
Atlantis adalah bahwa “tubuh merupakan kuilnya jiwa”, oleh karena itu sangat 
memperhatikan kebersihan tubuh dan cara berbusana, ini merupakan hal yang utama 
dalam kehidupan. Saya mengenakan baju panjang tembus pandang, menggunakan daun 
pita emas yang diikat di pinggang belakang setelah disilang di depan dada. 
Lelaki berpakaian rok panjang juga rok pendek, sebagian orang memakai topi, 
sebagian tidak, semuanya dibuat dengan bahan putih bening yang sama. Seperti 
pakaian seragam, namun di masa itu, sama sekali tidak dibedakan, mengenakan ini 
hanya menunjukkan sebuah status, melambangkan kematangan jiwa raga kita. Ada 
juga yang mengenakan pakaian warna lain, namun dari bahan bening yang sama, 
mereka mengenakan pakaian yang berwarna karena bertujuan untuk pengobatan. 
Hubungannya sangat besar dengan ketidakseimbangan pusat energi tubuh, warna yang 
spesifik memiliki fungsi pengobatan.
Berkomunikasi dengan Hewan
Saya sering pergi mendengarkan 
nasihat lumba-lumba. Lumba-lumba hidup di sebuah tempat yang dibangun khusus 
untuk mereka. Sebuah area danau besar yang indah, mempunyai undakan raksasa yang 
menembus ke tengah danau. Pilar dua sisi undakan adalah tiang yang megah, 
sedangkan area danau dihubungkan dengan laut melalui terusan besar. Di siang 
hari lumba-lumba berenang di sana, bermain-main, setelah malam tiba kembali ke 
lautan luas. Lumba-lumba bebas berkeliaran, menandakan itu adalah tempat yang 
sangat istimewa. Lumba-lumba adalah sahabat karib dan penasihat kami. Mereka 
sangat pintar, dan merupakan sumber keseimbangan serta keharmonisan masyarakat 
kami. Hanya sedikit orang pergi mendengarkan bahasa intelek lumba-lumba. Saya 
sering berenang bersama mereka, mengelus mereka, bermain-main dengan mereka, 
serta mendengarkan nasihat mereka. Kami sering bertukar pikiran melalui 
telepati. Energi mereka membuat saya penuh vitalitas sekaligus memberiku 
kekuatan. Saya dapat berjalan-jalan sesuai keinginan hati, misalnya jika saya 
ingin pergi ke padang luas yang jauh jaraknya, saya memejamkan mata dan 
memusatkan pikiran pada tempat tersebut. Akan ada suatu suara “wuung” yang 
ringan, saya membuka mata, maka saya sudah berada di tempat itu.
Saya paling suka bersama dengan Unicorn (kuda terbang). Mereka sama seperti 
kuda makan rumput di padang belantara. Unicorn memiliki sebuah tanduk di atas 
kepalanya, sama seperti ikan lumba-lumba, kami kontak lewat hubungan telepati. 
Secara relatif, pikiran Unicorn sangat polos. Kami acap kali bertukar pikiran, 
misalnya, “Aku ingin berlari cepat”. Unicorn akan menjawab: “Baiklah”. Kita lari 
bersama, rambut kami berterbangan tertiup angin. Jiwa mereka begitu tenang, 
damai menimbulkan rasa hormat. Unicorn tidak pernah melukai siapa pun, apalagi 
mempunyai pikiran atau maksud jahat, ketika menemui tantangan sekalipun akan 
tetap demikian.
Saya sering kali merasa sedih pada orang zaman sekarang, sebab sama sekali 
tidak percaya dengan keberadaan hewan ini, ada seorang pembina jiwa mengatakan 
kepadaku: “Saat ketika kondisi dunia kembali pada keseimbangan dan keharmonisan, 
semua orang saling menerima, saling mencintai, saat itu Unicorn akan 
kembali”.
Lingkungan yang Indah Permai
Di timur laut Atlantis 
terdapat sebidang padang rumput yang sangat luas. Padang rumput ini menyebarkan 
aroma wangi yang lembut, dan saya suka duduk bermeditasi di sana. Aromanya 
begitu hangat. Kegunaan dari bunga segar sangat banyak, maka ditanam secara 
luas. Misalnya, bunga yang berwarna biru dan putih ditanam bersama, ini bukan 
saja sangat menggoda secara visual, sangat dibutuhkan buat efektivitas getaran. 
Padang rumput ini dirawat oleh orang yang mendapat latihan khusus dan 
berkualitas tinggi serta kaya pengetahuan. “Ahli ramuan” mulai merawat mereka 
sejak tunas, kemudian memetik dan mengekstrak sari pati kehidupannya.
Di lingkungan kerja di Atlantis, jarang ada yang berposisi rendah. Serendah 
apa pun pekerjaannya, tetap dipandang sebagai anggota penting di dalam 
masyarakat kami. Masyarakat terbiasa dengan menghormati dan memuji kemampuan 
orang lain. Yang menanam buah, sayur-mayur, dan penanam jenis kacang-kacangan 
juga hidup di timur laut. Sebagian besar adalah ahli botani, ahli gizi dan pakar 
makanan lainnya. Mereka bertanggung jawab menyediakan makanan bagi segenap 
peradaban kami.

Sebagian besar orang ditetapkan sebagai pekerja fisik, misalnya tukang kebun 
dan tukang bangunan. Hal itu akan membuat kondisi tubuh mereka tetap stabil. 
Sebagian kecil dari mereka mempunyai kecerdasan, pengaturan pekerjaan 
disesuaikan dengan tingkat perkembangan kecerdasan mereka. Orang Atlantis 
menganggap, bahwa pekerjaan fisik lebih bermanfaat, ini membuat emosi (perasaan) 
mereka mendapat keseimbangan, marah dan suasana hati saat depresi dapat 
diarahkan secara konstruktif, lagi pula tubuh manusia terlahir untuk pekerjaan 
fisik, hal tersebut telah dibuktikan. Namun, selalu ada pengecualian, misalnya 
lelaki yang kewanitaan atau sebaliknya, pada akhirnya, orang pintar akan 
membimbing orang-orang ini bekerja yang sesuai dengan kondisi mereka. Setiap 
orang akan menuju ke kecerdasan, berperan sebagai tokoh sendiri, semua ini 
merupakan hal yang paling mendasar.

Seluruh kehidupan Atlantis merupakan himpunan keharmonisan yang tak terikat 
secara universal bagi tumbuh-tumbuhan, mineral, hewan dan sayur-mayur. Setiap 
orang merupakan partikel bagiannya, setiap orang tahu, bahwa pengabdian mereka 
sangat dibutuhkan. Di Atlantis tidak ada sistem keuangan, hanya ada aktivitas 
perdagangan. Kami tidak pernah membawa dompet atau kunci dan sejenisnya. Jarang 
ada keserakahan atau kedengkian, yang ada hanya kebulatan tekad.
Teknologi yang Tinggi
Di Atlantis ada sarana terbang yang 
modelnya mirip “piring terbang” (UFO), mereka menggunakan medan magnet 
mengendalikan energi perputaran dan pendaratan, sarana hubungan jenis ini biasa 
digunakan untuk perjalanan jarak jauh. Perjalanan jarak pendek hanya menggunakan 
katrol yang dapat ditumpangi dua orang. Ia mempunyai sebuah mesin yang mirip 
seperti kapal hidrofoil, prinsip kerja sama dengan alat terbang, juga 
menggunakan medan energi magnet. Yang lainnya seperti makanan, komoditi rumah 
tangga atau barang-barang yang berukuran besar, diangkut dengan cara yang sama 
menggunakan alat angkut besar yang disebut “Subbers.”
Atlantis adalah sebuah peradaban yang sangat besar, kami berkomunikasi 
menggunakan kapal untuk menyiarkan berita ke berbagai daerah. Sebagian besar 
informasi diterima oleh “orang pintar” melalui respons batin, mereka memiliki 
kemampuan menerima dengan cara yang istimewa, ini mirip dengan stasiun satelit 
penerima, dan sangat akurat. Maka, pekerjaan mereka adalah duduk dan menerima 
informasi yang disalurkan dari tempat lain. Sebenarnya, dalam pekerjaan, cara 
saya mengoperasikan kristal besar, juga dikerjakan melalui hati.
Pengobatan yang Maju
Dalam peradaban ini, tidak ada 
penyakit yang parah. Metode pengobatan yang digunakan, semuanya menggunakan 
kristal, warna, musik, wewangian dan paduan ramuan, dengan mengembangkan 
efektivitas pengobatan secara keseluruhan.
Pusat pengobatan adalah sebuah tempat yang banyak kamarnya. Saat penderita 
masuk, sebuah warna akan dicatat di tembok. Lalu pasien diarahkan ke sebuah 
kamar khusus untuk menentukan pengobatan. Di kamar pertama, asisten yang 
terlatih baik dan berpengetahuan luas tentang pengobatan akan mendeteksi 
frekwensi getaran pada tubuh pasien. Informasi dialihkan ke kamar lainnya. Di 
kamar tersebut, sang pasien akan berbaring di atas granit yang datar, sedangkan 
asisten lainnya akan mengatur rancangan pengobatan yang sesuai untuk pasien.
Setelah itu, kamar akan dipenuhi musik terapi, kristal khusus akan diletakkan 
di pasien. Seluruh kamar penuh dengan wewangian yang lembut, terakhir akan 
tampak sebuah warna. Selanjutnya, pasien diminta merenung, agar energi 
pengobatan meresap ke dalam tubuh. Dengan demikian, semua indera yang ada akan 
sehat kembali, “warna” menyembuhkan indera penglihatan, “aroma tumbuh-tumbuhan” 
menyembuhkan indera penciuman, “musik yang merdu” menyembuhkan indera 
pendengaran, dan terakhir, “air murni” menyembuhkan indera perasa. Saat meditasi 
selesai, harus minum air dari tabung. Energinya sangat besar, bagaikan seberkas 
sinar, menyinari tubuh dari atas hingga ke bawah. Seluruh tubuh bagai telah 
terpenuhi. Teknik pengobatan selalu berkaitan dengan “medan magnet” dan “energi 
matahari” , sekaligus merupakan pengobatan secara fisik dan kejiwaan.
Pendidikan Anak yang Ketat
Saat bayi masih dalam 
kandungan, sudah diberikan suara, musik serta bimbingan kecerdasan pada zaman 
itu. Semasa dalam kandungan, “orang pintar” akan memberikan pengarahan kepada 
orang tua sang calon anak. Sejak sang bayi lahir, orang tua merawat dan 
mendidiknya di rumah, menyayangi dan mencintai anak mereka. Di siang hari, 
anak-anak akan dititipkan di tempat penitipan anak, mendengar musik di sana, 
melihat getaran warna dan cerita-cerita yang berhubungan dengan cara berpikiran 
positif dan kisah bertema filosofis.
Pusat pendidikan anak, terdapat di setiap tempat. Anak-anak dididik untuk 
menjadi makhluk hidup yang memiliki inteligensi sempurna. Belajar membuka 
pikiran, agar jasmani dan rohani mereka bisa bekerja sama. Di tahap perkembangan 
anak, orang pintar memegang peranan yang sangat besar, pendidik mempunyai posisi 
terhormat dalam masyarakat Atlantis, biasanya baru bisa diperoleh ketika usia 
mencapai 60-120 tahun, tergantung pertumbuhan inteligensi. Dan merupakan tugas 
yang didambakan setiap orang.
Di seluruh wilayah, setiap orang menerima pendidikan sejak usia 3 tahun. 
Mereka menerima pendidikan di dalam gedung bertingkat. Di depan gedung sekolah 
terdapat lambang pelangi, pelangi adalah lambang pusat bimbingan. Pelajaran 
utamanya adalah mendengar dan melihat. Sang murid santai berbaring atau duduk, 
sehingga ruas tulang belakang tidak mengalami tekanan. Metode lainnya adalah 
merenung, mata ditutup dengan perisai mata, dalam perisai mata ditayangkan 
berbagai macam warna. Pada kondisi merenung, metode visualisasi seperti ini 
sangat efektif. Bersamaan itu juga diberi pita kaset bawah sadar. Saat tubuh dan 
otak dalam keadaan rileks, pengetahuan mengalir masuk ke bagian memori otak 
besar. Ini merupakan salah satu metode belajar yang paling efektif, sebab ia 
telah menutup semua jalur informasi yang dapat mengalihkan perhatian. “Orang 
pintar” membimbing si murid, tergantung tingkat kemampuan menyerap sang anak, 
dan memudahkan melihat bakat tertentu yang dimilikinya. Dengan begini, setiap 
anak memiliki kesempatan yang sama mengembangkan potensinya.
Pemikiran maju yang positif dan frekwensi getaran merupakan kunci utama dalam 
masa belajar dan meningkatkan/mendorong wawasan sanubari terbuka. Semakin tinggi 
tingkat frekwensi getaran pada otak, maka frekwensi getaran pada jiwa semakin 
tinggi. Semakin positif kesadaran inheren, maka semakin mencerminkan kesadaran 
ekstrinsik maupun kesadaran terpendam. Ketika keduanya serasi, akan membuka 
wawasan dunia yang positif: Jika keduanya tidak serasi, maka orang akan hanyut 
pada keserakahan dan kekuasaan. Bagi orang Atlantis, mengendalikan daya pikir 
orang lain adalah cara hidup yang tak beradab, dan ini tidak dibenarkan.
Dalam buku sejarah kami, kami pernah merasa tidak aman dan tenang. Karakter 
leluhur kami yang tak beradab masih saja mempengaruhi masyarakat kami waktu itu. 
Misalnya, memilih binatang untuk percobaan. Namun, kaidah inteligensi dengan 
keras melarang mencampuri kehidupan orang lain. Meskipun kita tahu ada 
risikonya, namun kita tidak boleh memaksa atau menghukum orang lain, sebab 
setiap orang harus bertanggung jawab atas perkembangan sanubarinya sendiri. Pada 
masyarakat itu, rasa tidak aman adalah demi untuk mendapatkan keamanan. Filsafat 
seperti ini sangat baik, dan sangat dihormati orang-orang ketika itu, ia adalah 
pelindung kami.
Kiamat yang Melanda Atlantis
Saya tidak bersuami. Pada 
waktu itu, orang-orang tidak ada ikatan perkawinan. Jika Anda bermaksud mengikat 
seseorang, maka akan melaksanakan sebuah upacara pengikatan. Pengikatan tersebut 
sama sekali tidak ada efek hukum atau kekuatan yang mengikat, hanya berdasarkan 
pada perasaan hati. Kehidupan seks orang Atlantis sangat dinamis untuk 
mempertahankan kesehatan. Saya memutuskan hidup bersamanya berdasarkan kesan 
akan seks, inteligensi dan daya tarik. Di masa itu, seks merupakan sebuah bagian 
penting dalam kehidupan, seks sama pentingnya dengan makan atau tidur. Ini 
adalah bagian dari “keberadaan hidup secara keseluruhan”, lagi pula tubuh kami 
secara fisik tidak menampakkan usia kami, umumnya kami dapat hidup hingga 
berusia 200 tahun lamanya.
Ada juga yang orang berhubungan seks dengan hewan, atau dengan setengah 
manusia separuh hewan, misalnya, tubuh seekor kuda yang berkepala manusia. Di 
saat itu, orang Atlantis dapat mengadakan transplantasi kawin silang, demi 
keharmonisan manusia dan hewan pada alam, namun sebagian orang melupakan hal 
ini, titik tolak tujuan mereka adalah seks. Orang yang sadar mengetahui bahwa 
ini akan mengakibatkan ketidakseimbangan pada masyarakat kami, orang-orang 
sangat cemas dan takut terhadap hal ini, tetapi tidak ada tindakan preventif. 
Ini sangat besar hubungannya dengan keyakinan kami, manusia memiliki kebebasan 
untuk memilih, dan seseorang tidak boleh mengganggu pertumbuhan inteligensi 
orang lain. Orang yang memilih hewan sebagai lawan main, biasanya kehilangan 
keseimbangan pada jiwanya, dan dianggap tidak matang.
Teknologi Maju yang Lalim
Pada masa kehidupan saya, kami 
tahu Atlantis telah sampai di pengujung ajal. Di antara kami ada sebagian orang 
yang tahu akan hal ini, namun, adalah sebagian besar orang sengaja 
mengabaikannya, atau tidak tertarik terhadap hal ini. Unsur materiil telah 
kehilangan keseimbangan. Teknologi sangat maju. Misalnya, polusi udara 
dimurnikan, suhu udara disesuaikan. Majunya teknologi, hingga kami mulai 
mengubah komposisi udara dan air. Terakhir ini menyebabkan kehancuran 
Atlantis.
Empat unsur pokok yakni: angin, air, api, dan tanah adalah yang paling 
fundamental dari galaksi dan bumi kami ini, basis materiil yang paling stabil. 
Mencoba menyatukan atau mengubah unsur pokok ini telah melanggar hukum alam. 
Ilmuwan bekerja dan hidup di bagian barat Atlantis, mereka “mengalah” pada 
keserakahan, demi kekuasaan dan kehormatan pribadi bermaksud “mengendalikan” 4 
unsur pokok. Kini alam tahu, hal ini telah mengakibatkan kehancuran total. 
Mereka mengira dirinya di atas orang lain, mereka berkhayal sebagai tokoh Tuhan, 
ingin mengendalikan unsur pokok dasar pada bintang tersebut.
Menjelang Hari Kiamat
Ramalan “kiamat” pernah beredar 
secara luas, namun hanya orang yang pintar dan yang mengikuti jalan spritual 
yang tahu penyebabnya. Akhir dari peradaban kami hanya disebabkan oleh 
segelintir manusia! Ramalan mengatakan: “Bumi akan naik, Daratan baru akan 
muncul, semua orang mulai berjuang lagi. Hanya segelintir orang bernasib mujur 
akan hidup, mereka akan menyebar ke segala penjuru di daratan baru, dan kisah 
Atlantis akan turun-temurun, kami akan kembali ke masa lalu”. Menarik pelajaran, 
Lumba-lumba pernah memberitahu kami hari “kiamat” akan tiba, kami tahu saat-saat 
tersebut semakin dekat, sebab telah dua pekan tidak bertemu lumba-lumba. Mereka 
memberitahu saat kami akan pergi ke sebuah tempat yang tenang, dan menjaga bola 
kristal, lumba-lumba memberitahu kami dapat pergi dengan aman ke barat.
Banyak orang meninggalkan Atlantis mencari daratan baru. Sebagian pergi 
sampai ke Mesir, ada juga menjelang “kiamat” meninggalkan Atlantis dengan kapal 
perahu, ke daratan baru yang tidak terdapat di peta. Daratan-daratan ini bukan 
merupakan bagian dari peradaban kami, oleh karena itu tidak dalam perlindungan 
kami. Banyak yang merasa kecewa dan meninggalkan kami, aktif mencari lingkungan 
yang maju dan aman. Oleh karenanya, Atlantis nyaris tidak ada pendatang. Namun, 
setelah perjalanan segelintir orang hingga ke daratan yang “aneh”, mereka 
kembali dengan selamat. Dan keadaan negerinya paling tidak telah memberi tahu 
kami pengetahuan tentang kehidupan di luar Atlantis.
Saya memilih tetap tinggal, memastikan kristal energi tidak mengalami 
kerusakan apa pun, hingga akhir. Kristal selalu menyuplai energi ke kota. Saat 
beberapa pekan terakhir, kristal ditutup oleh pelindung transparan yang dibuat 
dari bahan khusus. Mungkin suatu saat nanti, ia akan ditemukan, dan digunakan 
sekali lagi untuk maksud baik. Saat kristal ditemukan, ia akan membuktikan 
peradaban Atlantis, sekaligus menyingkap misteri lain yang tak terungkap selama 
beberapa abad.

Saya masih tetap ingat hari yang terpanjang, hari terakhir, detik terakhir, 
bumi kandas, gempa bumi, letusan gunung berapi, bencana kebakaran. Lempeng bumi 
saling bertabrakan dengan keras. Bumi sedang mengalami kehancuran, orang-orang 
di dalam atap lengkung bangunan kristal bersikap menyambut saat kedatangannya. 
Jiwa saya sangat tenang. Sebuah gedung berguncang keras. Saya ditarik seseorang 
ke atas tembok, kami saling berpelukan. Saya berharap bisa segera mati. Di 
langit asap tebal bergulung-gulung, saya melihat lahar bumi menyembur, kobaran 
api merah mewarnai langit. Ruang dalam rumah penuh dengan asap, kami sangat 
sesak. Lalu saya pingsan, selanjutnya, saya ingat roh saya terbang ke arah 
terang. Saya memandang ke bawah dan terlihat daratan sedang tenggelam. Air laut 
bergelora, menelan segalanya. Orang-orang lari ke segala penjuru, jika tidak 
ditelan air dahsyat pasti jatuh ke dalam kawah api. Saya mendengar dengan jelas 
suara jeritan. Bumi seperti sebuah cerek air raksasa yang mendidih, bagai seekor 
binatang buas yang kelaparan, menggigit dan menelan semua buruannya. Air laut 
telah menenggelamkan daratan.

Sumber Kehancuran
Lewat ingatan Inggrid Benette, 
diketahui tingkat perkembangan teknologi bangsa Atlantis, berbeda sekali dengan 
peradaban kita sekarang, bahkan pengalamannya akan materiil berbeda dengan ilmu 
pengetahuan modern, sebaliknya mirip dengan ilmu pengetahuan Tiongkok kuno, 
berkembang dengan cara yang lain. Peradaban seperti ini jauh melampaui peradaban 
sekarang. Mendengarnya saja seperti membaca novel fiktif. Bandingkan dengan masa 
kini, kemampuan jiwa bangsa Atlantis sangat diperhatikan, bahkan mempunyai 
kemampuan supernormal, mampu berkomunikasi dengan hewan, yang diperhatikan orang 
sekarang adalah pintar dan berbakat, dicekoki berbagai pengetahuan, namun 
mengabaikan kekuatan dalam.
Bangsa Atlantis mementingkan “inteligensi jiwa” dan “tubuh” untuk 
mengembangkan seluruh potensi terpendam pada tubuh manusia, hal ini membuat 
peradaban mereka bisa berkembang pesat dalam jangka panjang dan penyebab utama 
tidak menimbulkan gejala ketidakseimbangan. Mengenai punahnya peradaban 
Atlantis, layak direnungkan orang sekarang. Plato menggambarkan kehancuran 
Atlantis dalam dialognya sebagai berikut:
“Hukum yang diterapkan Dewa Laut membuat rakyat Atlantis hidup bahagia, 
keadilan Dewa Laut mendapat penghormatan tinggi dari seluruh dunia, peraturan 
hukum diukir di sebuah tiang tembaga oleh raja-raja masa sebelumnya, tiang 
tembaga diletakkan di tengah di dalam pulau kuil Dewa Laut. Namun masyarakat 
Atlantis mulai bejat, mereka yang pernah memuja dewa palsu menjadi serakah, 
maunya hidup enak dan menolak kerja dengan hidup berfoya-foya dan serba 
mewah.”
Plato yang acap kali sedih terhadap sifat manusia mengatakan:
“Pikiran 
sekilas yang suci murni perlahan kehilangan warnanya, dan diselimuti oleh gelora 
nafsu iblis, maka orang-orang Atlantis yang layak menikmati keberuntungan besar 
itu mulai melakukan perbuatan tak senonoh, orang yang arif dapat melihat akhlak 
bangsa Atlantis yang makin hari makin merosot, kebajikan mereka yang alamiah 
perlahan-lahan hilang, tapi orang-orang awam yang buta itu malah dirasuki nafsu, 
tak dapat membedakan benar atau salah, masih tetap gembira, dikiranya semua atas 
karunia Tuhan.”
Hancurnya peradaban disebabkan oleh segelintir manusia, banyak yang tahu 
sebabnya, akan tetapi sebagian besar orang mengabaikannya, maka timbul 
kelongsoran besar, dalam akhlak dan tidak dapat tertolong. Maka, sejumlah kecil 
orang berbuat kesalahan tidak begitu menakutkan, yang menakutkan adalah ketika 
sebagian besar orang “mengabaikan kesalahan”, hingga “membiarkan perubahan” 
selanjutnya diam-diam “menyetujui kejahatan”, tidak dapat membedakan benar dan 
salah, kabar terhadap kesalahan mengakibatkan kesenjangan sifat manusia, moral 
masyarakat merosot dahsyat, mendorong peradaban ke jalan buntu.
Kita sebagai orang modern, dapatlah menjadikan sejarah sebagai cermin 
pelajaran, merenungi kembali ilmu yang kita kembangkan, yang mengenal kehidupan 
hanya berdasarkan pengenalan yang objektif terhadap dunia materi yang nyata, dan 
mengabaikan hakikat kehidupan dalam jiwa. Makna kehidupan sejati, berangsur 
menjadi bisnis memenuhi nafsu materiil, seperti ilmuwan Atlantis, segelintir 
orang tunduk pada keserakahan, tidak mempertahankan kebenaran, demi kekuasaan 
dan kemuliaan, mengembangkan teknologi yang salah, merusak lingkungan hidup. 
Apakah kita sedang berbuat kesalahan yang sama?