Jumat, 26 Februari 2010

Kejayaan Nusantara Kuno, Bukti Bahwa Pulau-pulau Indonesia yang sangat Kaya Raya sejak masa Peradaban Kuno

Masa lampau Indonesia sangat kaya raya. Ini dibuktikan oleh informasi dari berbagai sumber kuno. Kali ini kami akan membahas kekayaan tiap pulau yang ada di Indonesia. Pulau-pulau itu akan kami sebutkan menjadi tujuh bagian besar yaitu Sumatera, Jawa, Kepulauan Sunda kecil, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Papua.

Sumatera - Pulau Emas

Dalam berbagai prasasti, pulau Sumatera disebut dengan nama Sansekerta: Suwarnadwipa (“pulau emas”) atau Suwarnabhumi (“tanah emas”). Nama-nama ini sudah dipakai dalam naskah-naskah India sebelum Masehi. Sumatera juga dikenal sebagai pulau Andalas.

Pada masa Dinasti ke-18 Fir'aun di Mesir (sekitar 1.567SM-1.339SM), di pesisir barat pulau sumatera telah ada pelabuhan yang ramai, dengan nama Barus. Barus (Lobu Tua - daerah Tapanuli) diperkirakan sudah ada sejak 3000 tahun sebelum Masehi. Barus dikenal karena merupakan tempat asal kapur barus. Ternyata kamper atau kapur barus digunakan sebagai salah satu bahan pengawet mummy Fir'aun Mesir kuno.

Di samping Barus, di Sumatera terdapat juga kerajaan kuno lainnya. Sebuah manuskrip Yahudi Purba menceritakan sumber bekalan emas untuk membina negara kota Kerajaan Nabi Sulaiman diambil dari sebuah kerajaan purba di Timur Jauh yang dinamakan Ophir. Kemungkinan Ophir berada di Sumatera Barat. Di Sumatera Barat terdapat gunung Ophir. Gunung Ophir (dikenal juga dengan nama G. Talamau) merupakan salah satu gunung tertinggi di Sumatera Barat, yang terdapat di daerah Pasaman. Kabarnya kawasan emas di Sumatera yang terbesar terdapat di Kerajaan Minangkabau. Menurut sumber kuno, dalam kerajaan itu terdapat pegunungan yang tinggi dan mengandung emas. Konon pusat Kerajaan Minangkabau terletak di tengah-tengah galian emas. Emas-emas yang dihasilkan kemudian diekspor dari sejumlah pelabuhan, seperti Kampar, Indragiri, Pariaman, Tikus, Barus, dan Pedir. Di Pulau Sumatera juga berdiri Kerajaan Srivijaya yang kemudian berkembang menjadi Kerajaan besar pertama di Nusantara yang memiliki pengaruh hingga ke Thailand dan Kamboja di utara, hingga Maluku di timur.

Kini kekayaan mineral yang dikandung pulau Sumatera banyak ditambang. Banyak jenis mineral yang terdapat di Pulau Sumatera selain emas. Sumatera memiliki berbagai bahan tambang, seperti batu bara, emas, dan timah hitam. Bukan tidak mungkin sebenarnya bahan tambang seperti emas dan lain-lain banyak yang belum ditemukan di Pulau Sumatera. Beberapa orang yakin sebenarnya Pulau Sumatera banyak mengandung emas selain dari apa yang ditemukan sekarang. Jika itu benar maka Pulau Sumatera akan dikenal sebagai pulau emas kembali.

Jawa - Pulau Padi

Dahulu Pulau Jawa dikenal dengan nama JawaDwipa. JawaDwipa berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti "Pulau Padi" dan disebut dalam epik Hindu Ramayana. Epik itu mengatakan "Jawadwipa, dihiasi tujuh kerajaan, Pulau Emas dan perak, kaya dengan tambang emas", sebagai salah satu bagian paling jauh di bumi. Ahli geografi Yunani, Ptolomeus juga menulis tentang adanya “negeri Emas” dan “negeri Perak” dan pulau-pulau, antara lain pulau “”Iabadiu” yang berarti “Pulau Padi”.
Ptolomeus menyebutkan di ujung barat Iabadiou (Jawadwipa) terletak Argyre (kotaperak). Kota Perak itu kemungkinan besar adalah kerajaan Sunda kuno, Salakanagara yang terletak di barat Pulau Jawa. Salakanagara dalam sejarah Sunda (Wangsakerta) disebut juga Rajatapura. Salaka diartikan perak sedangkan nagara sama dengan kota, sehingga Salakanagara banyak ditafsirkan sebagai Kota perak.

Di Pulau Jawa ini juga berdiri kerajaan besar Majapahit. Majapahit tercatat sebagai kerajaan terbesar di Nusantara yang berhasil menyatukan kepulauan Nusantara meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Borneo, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, dan sebagian kepulauan Filipina. Dalam catatan Wang Ta-yuan, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua. Mata uangnya dibuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga. Selain itu, catatan kunjungan biarawan Roma tahun 1321, Odorico da Pordenone, menyebutkan bahwa istana Raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata.

Menurut banyak pakar, pulau tersubur di dunia adalah Pulau Jawa. Hal ini masuk akal, karena Pulau Jawa mempunyai konsentrasi gunung berapi yang sangat tinggi. Banyak gunung berapi aktif di Pulau Jawa. Gunung inilah yang menyebabkan tanah Pulau Jawa sangat subur dengan kandungan nutrisi yang di perlukan oleh tanaman.
Raffles pengarang buku The History of Java merasa takjub pada kesuburan alam Jawa yang tiada tandingnya di belahan bumi mana pun. “Apabila seluruh tanah yang ada dimanfaatkan,” demikian tulisnya, “bisa dipastikan tidak ada wilayah di dunia ini yang bisa menandingi kuantitas, kualitas, dan variasi tanaman yang dihasilkan pulau ini.”

Kini pulau Jawa memasok 53 persen dari kebutuhan pangan Indonesia. Pertanian padi banyak terdapat di Pulau Jawa karena memiliki kesuburan yang luar biasa. Pulau Jawa dikatakan sebagai lumbung beras Indonesia. Jawa juga terkenal dengan kopinya yang disebut kopi Jawa. Curah hujan dan tingkat keasaman tanah di Jawa sangat pas untuk budidaya kopi. Jauh lebih baik dari kopi Amerika Latin ataupun Afrika.
Hasil pertanian pangan lainnya berupa sayur-sayuran dan buah-buahan juga benyak terdapat di Jawa, misalnya kacang tanah, kacang hijau, daun bawang, bawang merah, kentang, kubis, lobak, petsai, kacang panjang, wortel, buncis, bayam, ketimun, cabe, terong, labu siam, kacang merah, tomat, alpokat, jeruk, durian, duku, jambu biji, jambu air, jambu bol, nenas, mangga, pepaya, pisang, sawo, salak,apel, anggur serta rambutan. Bahkan di Jawa kini dicoba untuk ditanam gandum dan pohon kurma. Bukan tidak mungkin jika lahan di Pulau Jawa dipakai dan diolah secara maksimal untuk pertanian maka Pulau Jawa bisa sangat kaya hanya dari hasil pertanian.

Kepulauan Sunda kecil (Bali, NTB dan NTT) - Kepulauan Wisata

Ptolemaeus menyebutkan, ada tiga buah pulau yang dinamai Sunda yang terletak di sebelah timur India. Berdasarkan informasi itu kemudian ahli-ahli ilmu bumi Eropa menggunakan kata Sunda untuk menamai wilayah dan beberapa pulau di timur India. Sejumlah pulau yang kemudian terbentuk di dataran Sunda diberi nama dengan menggunakan istilah Sunda pula yakni Kepulauan Sunda Besar dan Kepulauan Sunda Kecil. Kepulauan Sunda Besar ialah himpunan pulau besar yang terdiri dari Sumatera, Jawa, Madura dan Kalimantan. Sedangkan Sunda Kecil merupakan gugusan pulau Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Sumba, dan Timor.

Daerah Kepulauan Sunda kecil ini dikenal sebagai daerah wisata karena keindahan alamnya yang menakjubkan. Sejak dulu telah ada yang berwisata ke daerah ini. Perjalanan Rsi Markandiya sekitar abad 8 dari Jawa ke Bali, telah melakukan perjalanan wisata dengan membawa misi-misi keagaman. Demikian pula Empu Kuturan yang mengembangkan konsep Tri Sakti di Bali datang sekitar abad 11. Pada tahun 1920 wisatawan dari Eropa mulai datang ke Bali. Bali di Eropa dikenal juga sebagai the Island of God.

Di Tempat lain di Kepulauan Sunda Kecil tepatnya di daerah Nusa Tenggara Barat dikenal dari hasil ternaknya berupa kuda, sapi, dan kerbau. Kuda Nusa tenggara sudah dikenal dunia sejak ratusan tahun silam. Abad 13 M Nusa Tenggara Barat telah mengirim kuda-kuda ke Pulau Jawa. Nusa Tenggara Barat juga dikenal sebagai tempat pariwisata raja-raja. Raja-raja dari kerajaan Bali membangun Taman Narmada pada tahun 1727 M di daerah Pulau Lombok untuk melepas kepenatan sesaat dari rutinitas di kerajaan.

Daerah Sunda Kecil yang tidak kalah kayanya adalah Nusa Tenggara Timur, karena di daerah ini terdapat kayu cendana yang sangat berharga. Cendana adalah tumbuhan asli Indonesia yang tumbuh di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Cendana dari Nusa Tenggara Timur telah diperdagangkan sejak awal abad masehi. Sejak awal abad masehi, banyak pedagang dari wilayah Indonesia bagian barat dan Cina berlayar ke berbagai wilayah penghasil cendana di Nusa Tenggara Timur terutama Pulau Sumba dan Pulau Timor. Konon Nabi Sulaiman memakai cendana untuk membuat tiang-tiang dalam bait Sulaiman, dan untuk alat musik. Nabi Sulaiman mengimpor kayu ini dari tempat-tempat yang jauh yang kemungkinan cendana tersebut berasal dari Nusa Tenggara Timur.

Kini Kepulauan Sunda kecil ini merupakan tempat pariwisata yang terkenal di dunia. Bali merupakan pulau terindah di dunia. Lombok juga merupakan salah satu tempat terindah di dunia. Sementara itu di Nusa tenggara Timur terdapat Pulau yang dihuni binatang purba satu-satunya di dunia yang masih hidup yaitu komodo. Kepulauan Sunda kecil merupakan tempat yang misterius dan sangat menawan. Kepulauan ini bisa mendapat banyak kekayaan para pelancong dari seluruh dunia jika dikelola secara maksimal.

Kalimantan - Pulau Lumbung energi

Dahulu nama pulau terbesar ketiga di dunia ini adalah Warunadwipa yang artinya Pulau Dewa Laut. Kalimantan dalam berita-berita China (T’ai p’ing huan yu chi) disebut dengan istilah Chin li p’i shih. Nusa Kencana" adalah sebutan pulau Kalimantan dalam naskah-naskah Jawa Kuno. Orang Melayu menyebutnya Pulau Hujung Tanah (P'ulo Chung). Borneo adalah nama yang dipakai oleh kolonial Inggris dan Belanda.

Pada zaman dulu pedagang asing datang ke pulau ini mencari komoditas hasil alam berupa kamfer, lilin dan sarang burung walet melakukan barter dengan guci keramik yang bernilai tinggi dalam masyarakat Dayak. Para pendatang India maupun orang Melayu memasuki muara-muara sungai untuk mencari lahan bercocok tanam dan berhasil menemukan tambang emas dan intan di Pulau ini.

Di Kalimantan berdiri kerajaan Kutai. Kutai Martadipura adalah kerajaan tertua bercorak Hindu di Nusantara. Nama Kutai sudah disebut-sebut sejak abad ke 4 (empat) pada berita-berita India secara tegas menyebutkan Kutai dengan nama “Quetaire” begitu pula dengan berita Cina pada abat ke 9 (sembilan) menyebut Kutai dengan sebutan “Kho They” yang berarti kerajaan besar. Dan pada abad 13 (tiga belas) dalam kesusastraan kuno Kitab Negara Kertagama yang disusun oleh Empu Prapanca ditulis dengan istilah “Tunjung Kute”. Peradaban Kutai masa lalu inilah yang menjadi tonggak awal zaman sejarah di Indonesia.

Kini Pulau Kalimantan merupakan salah satu lumbung sumberdaya alam di Indonesia memiliki beberapa sumberdaya yang dapat dijadikan sebagai sumber energi, diantaranya adalah batubara, minyak, gas dan geothermal. Hutan Kalimantan mengandung gambut yang dapat digunakan sebagai sumber energi baik untuk pembangkit listrik maupun pemanas sebagai pengganti batu bara. Yang luar biasa ternyata Kalimantan memiliki banyak cadangan uranium yang bisa dipakai untuk pembangkit listrik tenaga nuklir. Disamping itu Kalimantan juga memiliki potensi lain yakni sebagai penyedia sumber energi botani atau terbaharui. Sumber energi botani atau bioenergi ini adalah dari CPO sawit. Pulau Kalimantan memang sangat kaya.

Sulawesi - Pulau besi

Orang Arab menyebut Sulawesi dengan nama Sholibis. Orang Belanda menyebut pulau ini dengan nama Celebes. Pulau ini telah dihuni oleh manusia sejak 30.000 tahun yang lalu terbukti dengan adanya peninggalan purba di Pulau ini. Contohnya lokasi prasejarah zaman batu Lembah Besoa.

Nama Sulawesi konon berasal dari kata ‘Sula’ yang berarti pulau dan ‘besi’. Pulau Sulawesi sejak dahulu adalah penghasil bessi (besi), sehingga tidaklah mengherankan Ussu dan sekitar danau Matana mengandung besi dan nikkel. Di sulawesi pernah berdiri Kerajaan Luwu yang merupakan salah satu kerajaan tertua di Sulawesi. Wilayah Luwu merupakan penghasil besi. Bessi Luwu atau senjata Luwu (keris atau kawali) sangat terkenal akan keampuhannya, bukan saja di Sulawesi tetapi juga di luar Sulawesi. Dalam sejarah Majapahit, wilayah Luwu merupakan pembayar upeti kerajaan, selain dikenal sebagai pemasok utama besi ke Majapahit, Maluku dan lain-lain. Menurut catatan yang ada, sejak abad XIV Luwu telah dikenal sebagai tempat peleburan besi.

Di Pulau Sulawesi ini juga pernah berdiri Kerajaan Gowa Tallo yang pernah berada dipuncak kejayaan yang terpancar dari Sombaopu, ibukota Kerajaan Gowa ke timur sampai ke selat Dobo, ke utara sampai ke Sulu, ke barat sampai ke Kutai dan ke selatan melalui Sunda Kecil, diluar pulau Bali sampai ke Marege (bagian utara Australia). Ini menunjukkan kekuasaan yang luas meliputi lebih dari 2/3 wilayah Nusantara.

Selama zaman yang makmur akan perdagangan rempah-rempah pada abad 15 sampai 19, Sulawesi sebagai gerbang kepulauan Maluku, pulau yang kaya akan rempah-rempah. Kerajaan besar seperti Makasar dan Bone seperti yang disebutkan dalam sejarah Indonesia timur, telah memainkan peranan penting. Pada abad ke 14 Masehi, orang Sulawesi sudah bisa membuat perahu yang menjelajahi dunia. Perahu pinisi yang dibuat masyarakat Bugis pada waktu itu sudah bisa berlayar sampai ke Madagaskar di Afrika, suatu perjalanan mengarungi samudera yang memerlukan tekad yang besar dan keberanian luar biasa. Ini membuktikan bahwa suku Bugis memiliki kemampuan membuat perahu yang mengagumkan, dan memiliki semangat bahari yang tinggi. Pada saat yang sama Vasco da Gama baru memulai penjelajahan pertamanya pada tahun 1497 dalam upaya mencari rempah-rempah, dan menemukan benua-benua baru di timur, yang sebelumnya dirintis Marco Polo.

Sampai saat ini Sulawesi sangat kaya akan bahan tambang meliputi besi, tembaga, emas, perak, nikel, titanium, mangan semen, pasir besi/hitam, belerang, kaolin dan bahan galian C seperti pasir, batu, krikil dan trass. Jika saja dikelola dengan baik demi kemakmuran rakyat maka menjadi kayalah seluruh orang Sulawesi.

Maluku - Kepulauan rempah-rempah

Maluku memiliki nama asli "Jazirah al-Mulk" yang artinya kumpulan/semenanjung kerajaan yang terdiri dari kerajaan-kerajaan kecil. Maluku dikenal dengan kawasan Seribu Pulau serta memiliki keanekaragaman sosial budaya dan kekayaan alam yang berlimpah. Orang Belanda menyebutnya sebagai ‘the three golden from the east’ (tiga emas dari timur) yakni Ternate, Banda dan Ambon. Sebelum kedatangan Belanda, penulis dan tabib Portugis, Tome Pirez menulis buku ‘Summa Oriental’ yang telah melukiskan tentang Ternate, Ambon dan Banda sebagai ‘the spices island’.

Pada masa lalu wilayah Maluku dikenal sebagai penghasil rempah-rempah seperti cengkeh dan pala. Cengkeh adalah rempah-rempah purbakala yang telah dikenal dan digunakan ribuan tahun sebelum masehi. Pohonnya sendiri merupakan tanaman asli kepulauan Maluku (Ternate dan Tidore), yang dahulu dikenal oleh para penjelajah sebagai Spice Islands.

Pada 4000 tahun lalu di kerajaan Mesir, Fir’aun dinasti ke-12, Sesoteris III. Lewat data arkeolog mengenai transaksi Mesir dalam mengimpor dupa, kayu eboni, kemenyan, gading, dari daratan misterius tempat “Punt” berasal. Meski dukungan arkeologis sangat kurang, negeri “Punt” dapat diidentifikasi setelah Giorgio Buccellati menemukan wadah yang berisi benda seperti cengkih di Efrat tengah. Pada masa 1.700 SM itu, cengkih hanya terdapat di kepulauan Maluku, Indonesia. Pada abad pertengahan (sekitar 1600 Masehi) cengkeh pernah menjadi salah satu rempah yang paling popular dan mahal di Eropa, melebihi harga emas.

Selain cengkeh, rempah-rempah asal Maluku adalah buah Pala. Buah Pala (Myristica fragrans) merupakan tumbuhan berupa pohon yang berasal dari kepulauan Banda, Maluku. Akibat nilainya yang tinggi sebagai rempah-rempah, buah dan biji pala telah menjadi komoditi perdagangan yang penting pada masa Romawi. Melihat mahalnya harga rempah-rempah waktu itu banyak orang Eropa kemudian mencari Kepulauan rempah-rempah ini. Sesungguhnya yang dicari Christoper Columbus ke arah barat adalah jalan menuju Kepulauan Maluku, ‘The Island of Spices’ (Pulau Rempah-rempah), meskipun pada akhirnya Ia justru menemukan benua baru bernama Amerika. Rempah-rempah adalah salah satu alasan mengapa penjelajah Portugis Vasco Da Gama mencapai India dan Maluku.

Kini sebenarnya Maluku bisa kembali berjaya dengan hasil pertaniannya jika terus dikembangkan dengan baik. Maluku bisa kaya raya dengan hasil bumi dan lautnya.

Papua - Pulau surga

Papua adalah pulau terbesar kedua di dunia. Pada sekitar Tahun 200 M , ahli Geography bernama Ptolamy menyebutnya dengan nama LABADIOS. Pada akhir tahun 500 M, pengarang Tiongkok bernama Ghau Yu Kua memberi nama TUNGKI, dan pada akhir tahun 600 M, Kerajaan Sriwijaya menyebut nama Papua dengan menggunakan nama JANGGI. Tidore memberi nama untuk pulau ini dan penduduknya sebagai PAPA-UA yang sudah berubah dalam sebutan menjadi PAPUA. Pada tahun 1545, Inigo Ortiz de Retes memberi nama NUEVA GUINEE dan ada pelaut lain yang memberi nama ISLA DEL ORO yang artinya Pulau Emas. Robin Osborne dalam bukunya, Indonesias Secret War: The Guerilla Struggle in Irian Jaya (1985), menjuluki provinsi paling timur Indonesia ini sebagai surga yang hilang.

Tidak diketahui apakah pada peradaban kuno sebelum masehi di Papua telah terdapat kerajaan. Bisa jadi zaman dahulu telah terdapat peradaban maju di Papua. Pada sebuah konferensi tentang lampu jalan dan lalulintas tahun 1963 di Pretoria (Afrika Selatan), C.S. Downey mengemukakan tentang sebuah pemukiman terisolir di tengah hutan lebat Pegunungan Wilhelmina (Peg. Trikora) di Bagian Barat New Guinea (Papua) yang memiliki sistem penerangan maju. Para pedagang yang dengan susah payah berhasil menembus masuk ke pemukiman ini menceritakan kengeriannya pada cahaya penerangan yang sangat terang benderang dari beberapa bulan yang ada di atas tiang-tiang di sana. Bola-bola lampu tersebut tampak secara aneh bersinar setelah matahari mulai terbenam dan terus menyala sepanjang malam setiap hari. Kita tidak tahu akan kebenaran kisah ini tapi jika benar itu merupakan hal yang luar biasa dan harus terus diselidiki.

Papua telah dikenal akan kekayaan alamnya sejak dulu. Pada abad ke-18 Masehi, para penguasa dari kerajaan Sriwijaya, mengirimkan persembahan kepada kerajaan China. Di dalam persembahan itu terdapat beberapa ekor burung Cendrawasih, yang dipercaya sebagai burung dari taman surga yang merupakan hewan asli dari Papua. Dengan armadanya yang kuat Sriwijaya mengunjungi Maluku dan Papua untuk memperdagangkan rempah – rempah, wangi – wangian, mutiara dan bulu burung Cenderawasih. Pada zaman Kerajaan Majapahit sejumlah daerah di Papua sudah termasuk dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Pada abad XVI Pantai Utara sampai Barat daerah Kepala Burung sampai Namatota ( Kab.Fak-fak ) disebelah Selatan, serta pulau – pulau disekitarnya menjadi daerah kekuasaan Sultan Tidore.

Tanah Papua sangat kaya. Tembaga dan Emas merupakan sumber daya alam yang sangat berlimpah yang terdapat di Papua. Papua terkenal dengan produksi emasnya yang terbesar di dunia dan berbagai tambang dan kekayaan alam yang begitu berlimpah. Papua juga disebut-sebut sebagai surga kecil yang jatuh ke bumi. Papua merupakan surga keanekaragaman hayati yang tersisa di bumi saat ini. Pada tahun 2006 diberitakan suatu tim survei yang terdiri dari penjelajah Amerika, Indonesia dan Australia mengadakan peninjauan di sebagian daerah pegunungan Foja Propinsi Papua Indonesia. Di sana mereka menemukan suatu tempat ajaib yang mereka namakan "dunia yang hilang",dan "Taman Firdaus di bumi", dengan menyaksikan puluhan jenis burung, kupu-kupu, katak dan tumbuhan yang belum pernah tercatat dalam sejarah. Jika dikelola dengan baik, orang Papua pun bisa lebih makmur dengan kekayan alam yang melimpah tersebut.


Demikianlah sedikit tulisan mengenai pulau-pulau di Indonesia yang sangat kaya. Dari tulisan tersebut sebenarnya Indonesia sudah dikenal sebagai bumi yang kaya sejak zaman peradaban kuno. Kita tidak tahu peradaban kuno apa yang sebenarnya telah ada di Kepulauan Nusantara ini. Bisa jadi telah ada peradaban kuno dan makmur di Indonesia ini yang tidak tercatat sejarah.
Ilmuwan Brazil Prof. Dr. Aryso Santos, menegaskan teori bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia. Indonesia adalah wilayah yang dianggap sebagai ahli waris Atlantis. Plato menyebutkan bahwa Atlantis adalah negara makmur yang bermandi matahari sepanjang waktu.

Oppenheimer dalam buku “Eden in the East: the Drowned Continent of Southeast Asia”, mengajukan bahwa Sundaland (Indonesia) adalah Taman Firdaus (Taman Eden). bahwa Taman Firdaus (Eden) itu bukan di Timur Tengah, tetapi justru di Sundaland. Indonesia memang merupakan lahan yang subur dan indah yang terletak di jalur cincin api (pacific ring of fire), yang ditandai keberadaan lebih dari 500 gunung berapi di Indonesia. Indonesia bisa saja disebut sebagai surga yang dikelilingi cincin api. Tapi terlepas dari benar atau tidaknya kita semua sepakat mengatakan bahwa sebenarnya Indonesia adalah negeri yang sangat kaya akan hasil bumi, laut maupun budayanya.

Kebudayaan asli Indonesia sudah berumur ribuan tahun sebelum peradaban Mesir maupun Mesopotamia mulai menulis di atas batu. Peradaban bangsa Indonesia mungkin memang tidak dimulai dengan tradisi tulisan, akan tetapi tradisi lisan telah hidup dan mengakar dalam jiwa masyarakat kuno bangsa kita.
Alam Indonesia yang kaya-raya dan dirawat dengan baik oleh nenek moyang kita juga menjadi salah satu faktor yang membuat kepulauan nusantara menjadi sumber perhatian dunia. Indonesia merupakan negara yang terletak di khatulistiwa yang memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah di samping letaknya yang strategis secara geografis. Sumber daya alam tersebut mulai dari kekayaan laut, hutan, hingga barang tambang yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Kini mulai banyak ditemukan tambang baru di Indonesia. Orang Indonesia akan terkejut dengan kekayaan alam apa lagi yang akan muncul dari dalam bumi Indonesia ini.

Bumi yang kaya ini jika dikelola dengan baik akan membuat setiap rakyat Indonesia bisa memperoleh kemakmuran yang luar biasa sehingga bisa jadi suatu saat rakyat Indonesia sudah tidak perlu dikenakan pajak seperti saat ini, dan segala fasilitas bisa dinikmati dengan gratis berkat dari kekayaan alam yang melimpah yang dibagi kepada rakyat secara adil. Yang dibutuhkan Indonesia adalah penguasa baik, adil dan pandai yang amat mencintai rakyat dan menolak segala bentuk kebijakan yang menyulitkan masyarakat. Sudah saatnya Indonesia bangkit menuju kejayaannya. Jika hal itu terlaksana Indonesia bisa menjadi negara paling kaya di dunia.

Rabu, 24 Februari 2010

Jawaban Soal Atlantis Di Indonesia

Oleh Ahmad Yulden Erwin

Setelah berkonsultasi dengan “pakar” soal Atlantis dari Indonesia, hehehe, saya dapat jawaban sebagai berikut: “Ada banyak versi tentang Atlantis, Edgar Cayce bilang bahwa Lemuria itu nama benuanya, dan Atlantis itu nama negaranya (diperkirakan eksis 24.000 – 10.000 SM.) Negara Atlantis itu terbagi dalam beberapa daerah atau pulau atau kalau sekarang istilahnya mungkin provinsi atau negara bagian. Daerah kekuasaan Atlantis terbentang dari sebelah barat Amerika sekarang sampai ke Indonesia. Atlantis menurut para ahli terkena bencana alam besar paling sedikit 3 kali sehingga menenggelamkan negara itu.

Jadi, kemungkinan besar Atlantis itu tenggelam tidak sekaligus, tetapi perlahan-lahan, dan terakhir yang meluluh lantakkan negara itu terjadi sekitar tahun 10.000 SM. Pada masa itu es di kutub mencair dan menenggelamkan negara itu. Terjadi banjir besar yang dahsyat, dan penduduk Atlantis pun mengungsi ke dataran-dataran yang lebih tinggi yang tidak tenggelam oleh bencana tersebut. Itulah sebabnya di beberapa kebudayaan mulai dari timur sampai barat, terdapat mitos-mitos yang sejenis dengan kisah perahu Nabi Nuh.

Kemungkinan besar karena memang mereka berasal dari satu kebudayaan dan tempat yang sama. Mereka mengungsi ke daerah yang sekarang kita kenal dengan Amerika, India, Eropa, Australia, Cina, dan Timur Tengah. Mereka membawa ilmupengetahuan-teknologi dan kebudayaan Atlantis ke daerah yang baru.”

Di kalangan para Spiritualis, termasuk Madame Blavitszki — pendiri Teosofi — yang mengklaim bahwa ajarannya berasal dari seorang “bijak” berasal dari benua Lemuria di India, Atlantis ini lebih dikenal dengan nama benuanya, yaitu Lemuria. Di dalam kebudayaan Lemuria, spiritualitasnya didasari oleh sifat feminin, atau mereka lebih memuja para dewi sebagai simbol energi feminin, ketimbang memuja para dewa sebagai simbol energi maskulin.

Hal ini cocok dengan spiritulitas di Indonesia yang pada dasarnya memuja dewi atau energi feminin, seperti Dwi Sri dan Nyi Roro Kidul (di Jawa) atau Bunda Kanduang (di Sumatera Barat, Bunda Kanduang dianggap sebagai simbol dari nilai-nilai moral dan Ketuhanan). Bahkan di Aceh pada masa lalu yang dikenal sebagai Serambi Mekkah pernah dipimpin 4 kali oleh Sultana (raja perempuan) sebelum masuk pengaruh kebudayaan dari Arab Saudi yang sangat maskulin. Sebelum itu di kerajaan Kalingga, di daerah Jawa Barat sekarang, pernah dipimpin oleh Ratu Sima yang terkenal sangat bijak dan adil. Di dalam kebudayaan lain, kita sangat jarang mendengar bahwa penguasa tertinggi (baik spiritual atau politik adalah perempuan), kecuali di daerah yang sekarang disebut sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Setelah masa Atlantis (Lemuria) ada 5 ras yang berkuasa, yaitu: kulit kuning, merah, coklat, hitam, dan pucat. Pada masa itu kebudayaan yang menonjol adalah kulit merah, jadi kemungkinan besar kebudayaan Indian/Aztec/Maya juga berasal dari Atlantis. Tetapi, kemudian kebudayaan itu terkebelakang dan selanjutnya kebudayaan kulit hitam/coklat di India yang mulai menguasai dunia. Inilah kemungkinan besar jaman kejayaan yang kemudian dikenal menjadi Epos Ramayana (7000 tahun lalu) dan Epos Mahabarata (5000 tahun lalu). Tetapi, kemudian kebudayaan ini pun hancur setelah terjadi perang Baratayuda yang amat dahsyat itu, kemungkinan perang itu menggunakan teknologi laser dan nuklir (sisa radiasi nuklir di daerah yang diduga sebagai padang Kurusetra sampai saat ini masih bisa dideteksi cukup kuat).

Selanjutnya, kebudayaan itu mulai menyebar ke mesir, mesopotamia (timur tengah), cina, hingga ke masa sekarang. Kemungkinan besar setelah perang Baratayuda yang meluluhlantakkan peradaban di dunia waktu itu, ilmu pengetahuan dan teknologi (baik spiritual maupun material) tak lagi disebarkan secara luas, tetapi tersimpan hanya pada sebagian kecil kelompok esoteris yang ada di Mesir, India Selatan, Tibet, Cina, Indonesia (khususnya Jawa) dan Yahudi. Ilmu Rahasia ini sering disebut sebagai “Alkimia”, yaitu ilmu yang bisa mengubah tembaga menjadi emas (ini hanyalah simbol yang hendak mengungkapkan betapa berharganya ilmu ini, namun juga sangat berbahaya jika manusia tidak mengimbanginya dengan kebijakan spiritual)

Kelompok-kelompok Esoteris ini mulai menyadari bahwa mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi saja, tanpa mengembangkan kebajikan spiritual, akan sangat berbahaya bagi peradaban dunia. Itulah sebabnya kelompok-kelompok Esoteris ini memulai kerjanya dengan mengembangkan ilmu spiritual seperti tantra, yoga, dan meditasi (tentu saja dengan berbagai versi) untuk meningkatkan Kesadaran dan menumbuhkan Kasih dalam diri manusia. Ajaran-ajaran spiritual inilah yang kemudian menjadi dasar dari berbagai agama di dunia. Sedangkan ilmu pengetahuan dan teknologi disimpan dahulu dan hanya diajarkan kepada orang-orang yang dianggap telah mampu mengembangkan Kesadaran dan Kasih dalam dirinya.

Tetapi, manusia memang mahluk paling ironik dari berbagai spesies yang ada di bumi. Berabad kemudian, ilmu spiritual ini justru berkembang menjadi agama formal yang bahkan menjadi kekuatan politik. Agama justru berkembang menjadi pusat konflik dan pertikaian di mana- mana. Sungguh ironik, ilmu yang tadinya dimaksudkan untuk mencegah konflik, justru menjadi pusat konflik selama berabad-abad. Tapi, itu bukan salah dari agama, tetapi para pengikut ajaran agama itulah yang tidak siap untuk memasuki inti agama: spiritualitas.

Pada masa abad pertengahan di Eropa, masa Aufklarung dan Renaissance, kelompok-kelompok Esoteris ini mulai bergerak lagi. Kali ini mereka mulai menggunakan media yang satunya lagi — ilmu pengetahuan dan teknologi — untuk mengantisipasi perkembangan agama yang sudah cenderung menjadi alat politis dan sumber konflik antar bangsa dan peradaban. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang selama ini disimpan mulai diajarkan secara lebih luas. Kita mengenal tokoh-tokoh seperti Leonardo Da Vinci, Dante Alegheri, Copernicus, Galio Galilae, Bruno, Leibniz, Honore de Balzac, Descartes, Charles Darwin bahkan sampai ke Albert Einstein T.S. Elliot, dan Carl Gustave Jung adalah tokoh-tokoh ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni modern yang berhubungan — kalau tidak bisa dikatakan dididik — oleh kelompok-kelompok Esoteris ini.

Tetapi, sejarah ironik kembali berkembang, kebudayaan dunia saat ini menjadi sangat materialistis. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang seharusnya digunakan untuk “menyamankan” kehidupan sehari-hari manusia, sehingga manusia punya lebih banyak waktu untuk mengembangkan potensi spiritualitas di dalam dirinya, justru menjadi sumber pertikaian dan alat politik. Konflik terjadi di mana-mana. Ribuan senjata nuklir yang kekuatannya 1000 kali lebih kuat dari bom yang dijatuhkan di Hirosima dan Nagasaki pada tahun 1945, kini ada di bumi, dan dalam hitungan detik siap meluluhlantakkan spesies di bumi.

Belum lagi eksploitasi secara membabi buta terhadap alam yang menyebabkan kerusakan lingkungan dan pemanasan global di mana-mana. Menurut para ahli, hutan di bumi saat ini dalam jangka seratus tahun telah berkurang secara drastis tinggal 15%. Ini punya dampak pada peningkatan efek rumah kaca yang menimbulkan pemanasan global, diperkirakan kalau manusia tidak secara bijak bertindak mengatasi kerusakan lingkungan ini, maka 30 sampai 50 tahun lagi, sebagian besar kota-kota di dunia akan tenggelam, termasuk New York City, Tokyo, Rio De Jenero, dan Jakarta. Dan sejarah tenggelamnya negeri Atlantis akan terulang kembali.

Jaman ini adalah jaman penentuan bagi kebudayaan “Lemuria” atau “Atlantis” yang ada di bumi. Pada saat ini dua akar konflik, yaitu “agama” dan “materialisme” telah bersekutu dan saling memanfaatkan satu sama lain serta menyebarkan konflik di muka bumi. Agama menjadi cenderung dogmatik, formalistik, fanatik, dan anti-human persis seperti perkembangan agama di Eropa dan timur tengah sebelum masa Aufklarung. Esensi agama, yaitu spiritualitas yang bertujuan untuk mengembangkan Kesadaran dan Kasih dalam diri manusia, malah dihujat sebagai ajaran sesat, bid’ah, syirik, dll. Agama justru bersekutu kembali dengan pusat-pusat kekuasaan politik, terbukti pada saat ini begitu banyak “partai-partai agama” yang berkuasa di berbagai negara, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Di sisi lain perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlandaskan pada paham materialisme juga sudah terlanjur menguasai dunia. Persekutuan antara kaum agama dan materialisme, atau “agama-materialistik” ini mulai menggejala di mana-mana, berwujud dalam bentuk-bentuk teror yang mengancam dunia.

Sudah saatnya, para spiritualis di “Lemuria” mulai bersatu kembali. Segala pertikaian remeh temeh tentang materialisme-spiritualistik atau spiritualisme-materialistik harus diselesaikan sekarang. Tugas yang sangat penting tengah menanti, bukan tugas prophetik, tetapi tugas yang benar-benar menyangkut keberlangsungan eksisteksi seluruh spesies di “Lemuria”, di bumi yang amat indah ini. Tugas ini tidak bisa dikerjakan oleh satu dua orang Buddha atau Nabi atau Wali atau Resi atau Avatar seperti pada masa lalu. Tetapi, seluruh “manusia-biasa” juga harus terlibat di dalam tugas ini.

Jika hipotesis Prof. Santos memang benar, bahwa Atlantis pada masa lalu itu berada di Indonesia, maka hal itu berarti kita yang tinggal di sini punya tugas (karma) yang penting. Ini bukan suatu kebetulan. Kita yang tinggal di Indonesia harus bangkit kembali, bangkit Kesadarannya, bangkit Kasihnya, bangkit Sains dan Teknologinya untuk mengubah jalannya sejarah Lemuria yang selama ini sudah salah arah. Kejayaan masa lalu bukan hanya untuk dikenang, atau dibanggakan, tetapi harus menjadi “energi-penggerak” kita untuk mengambil tanggung jawab dan tugas demi kejayaan Indonesia dan keberlanjutan peradaban Lemuria beserta seluruh spesies yang ada di bumi ini. Seperti kata Bapak Anand Krishna, dalam bukunya yang bertajuk Indonesia Jaya, “Masa depanmu jauh lebih indah dan jaya daripada masa lalumu, wahai putra-putri Indonesia!”

Indonesia Bangkit! Lemuria Jaya!

Senin, 22 Februari 2010

Bukti-Bukti Mutakhir Tentang Kehebatan Pelaut Nenek Moyang Indonesia jauh Sebelum Cheng Ho dan Columbus [Jejak Warisan Pelaut Nusantara di Afrika]

Ceng Ho dan Colombus adalah dua pelaut ulung yang tersohor di penjuru dunia. Mereka terkenal sebagai figur tangguh yang berani menantang ganasnya samudra dengan perahu sejarahnya. Tapi tahukah anda, ternyata kepiawaian mereka jauh ketinggalan dari pelaut Nusantara. Mungkin anda tidak percaya begitu saja. Tapi, demi membuktikan kebenaran itulah Robert dick-read, peneliti asal Inggris bersusah payah menyusun buku ini.

Dengan berdasar pada sumber sejarah yang berlimpah, Dick bercerita tentang pelaut-pelaut nusantara yang sudah menjejakkan kaki di Afrika sejak abad ke-5 M. Jauh sebelum bangsa Eropa mengenal Afrika dan jauh sebelum bangsa Arab berlayar ke Zanzibar. Ceng Ho apalagi, pelaut China yang pernah mengadakan muhibah ke Semarang pada abad ke-14 M ini jelas ketinggalan dari moyang kita.

Yang menarik, penelitian Dick-read tentang pelaut nusantara ini seperti kebetulan. Awalnya, ia datang ke mozambik pada 1957 untuk meneliti masa lalu Afrika. Disana. untuk pertama kalinya mendengar bagaimana masyarakat Madagaskar fasih berbicara dengan bahasa Austronesia laiknya pemukim di wilayah pasifik. Ia juga tertarik dengan perompak Madagaskar yang menggunakan Kano (perahu yang mempunyai penyeimbang di kanan-kiri) yang mirip perahu khas Asia timur. Ketertarikannya memuncak setelah ia banyak menghadiri seminar tentang masa lalu Afrika, yang menyiratkan adanya banyak hubungan antara Nusantara dan sejarah Afrika.

Dalam penelusurannya, Dick-read menemukan bukti-bukti mutakhir bahwa pelaut Nusantara telah menaklukkan samudra hindia dan berlayar sampai Afrika Sebelum bangsa Eropa, Arab, dan Cina memulai penjelajahan bahari mereka.

Diantara bukti tersebut adalah banyaknya kesamaan alat-alat musik, teknologi perahu, bahan makanan, budaya dan bahasa bangsa Zanj (ras Afro-Indonesia) dengan yang ada di Nusantara. Di sana, ditemukan sebuah alat musik sejenis Xilophon atau yang kita kenal sebagai Gambang dan beberapa jenis alat musik dari bambu yang merupakan alat musik khas Nusantara. Ada juga kesamaan pada seni pahat patung milik suku Ife, Nigeria dengan patung dan relief perahu yang ada di Borobudur.

Beberapa tanaman khas Indonesia yang juga tak luput di hijrahkan ke sana, semisal pisang raja, ubi jalar, keladi dan jagung. Menurut penelitian George Murdock, profesor berkebangsaan Amerika pada 1959, tanaman-tanaman itu dibawa orang-orang Indonesia saat melakukan perjalan ke Madagaskar (h.237).

Bukan itu saja, di dalam buku ini anda akan menemukan berbagai hipotesa mengejutkan mengenai kehebatan pelaut Nusantara. Diantaranya, rentang antara abad ke-5 dan ke-7 M, kapal-kapal Nusantara banyak mendominasi pelayaran dagang di Asia. Pada waktu itu perdagangan bangsa Cina banyak bergantung pada jasa para pelaut Nusantara. Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa perkapalan Cina ternyata banyak mengadopsi teknologi dari Indonesia. Bahkan kapal Jung yang banyak dipakai orang Cina ternyata dipelajari dari pelaut Nusantara.

Di afrika juga ada masyarakat yang disebut Zanj yang mendominasi pantai timur Afrika hampir sepanjang millennium pertama masehi. Lalu siapakah Zanj, yang namanya merupakan asal dari nama bangsa Azania, Zanzibar dan Tanzania? Tak banyak diketahui. Tapi ada petunjuk yang mengarahkan kesamaan Zanj Afrika dengan Zanaj atau Zabag di Sumatera.

Dalam hal ini, Dick mengajukan dugaan kuat keterikatan Zanj, Swarnadwipa dan Sumatera. Swarnadwipa yang berarti Pulau emas merupakan nama lain Sumatera. Hal ini dapat dilihat dalam legenda Hindhu Nusantara. Dick menduga, banyaknya emas di Sumatera ini dibawa oleh Zanj dan pelaut nusantara dari Zimbabwe, Afrika. Karena, Dick juga menemukan bukti yang menyatakan tambang-tambang emas di Zimbabwe mulanya dirintis oleh pelaut Nusantara yang datang ke sana. Sebagian tak kembali dan membentuk ras Afro-Indonesia. Mungkin ras inilah yang disebut Zanj (halaman 113).

Terlepas dari percaya atau tidak, nyatanya penulis telah menjabarkan banyak bukti yang menceritakan kehebatan pelaut Nusantara. Hal ini tentu menjadi kebangaan tersendiri bagi kita sebagai keturunannya.

Tapi, jangan berhenti sampai kebanggaan itu saja. Kita juga harus malu dan berbenah diri jika faktanya dunia kemaritiman kita saat ini jauh dari kehebatan mereka. Yang kita lihat sekarang, ikan kita banyak dicuri, banyak penyelundupan melalui laut, sedang armada dan peralatan kelautan kita tidak mencukupi untuk menjaga keamanan. Yang terparah, kredibilitas bangsa pun ikut kalah, ini bisa kita cermati dari kasus ambalat dan ekstradisi Indonesia-Singapura yang merugikan kita.

Akhirnya, Adalah tugas kita semua sebagai bangsa untuk kembali menegakkan kejayaan kemaritiman yang pernah diraih oleh para moyang kita. Agar kita bisa berdaulat di lautan sendiri.

Tradisi besar maritim Nusantara

Jauh sebelum kedatangan orang-orang Eropa di perairan Nusantara pada paruh pertama abad XVI, pelaut-pelaut negeri ini telah menguasai laut dan tampil sebagai penjelajah samudra. Kronik China serta risalah-risalah musafir Arab dan Persia menorehkan catatan agung tentang tradisi besar kelautan nenek moyang bangsa Indonesia.

Serangkaian penelitian mutakhir yang dilakukan Robert Dick-Read (Penjelajah Bahari: Pengaruh Peradaban Nusantara di Afrika, 2008) bahkan memperlihatkan fenomena mengagumkan. Afrikanis dari London University ini, antara lain, menyoroti bagaimana peran pelaut-pelaut nomaden dari wilayah berbahasa Austronesia, yang kini bernama Indonesia, meninggalkan jejak peradaban yang cukup signifikan di sejumlah tempat di Afrika. Buku ini bercerita tentang pelaut-pelaut Nusantara yang berlayar sampai ke Afrika pada masa lampau, jauh sebelum bangsa Eropa mengenal Afrika selain gurun Saharanya, dan jauh sebelum bangsa Arab dan Shirazi menemukan kota kota-kota eksotis di pantai timur Afrika seperti Kilwa,Lamu dan Zanzibar.

Pendek kata, penelitian dalam buku ini mengungkap bukti-bukti mutakhir bahwa para pelaut Nusantara telah menaklukkan samudra jauh sebelum bangsa eropa,Arab dan China memulai zaman penjelajajahn bahari mereka. Sejak abad ke-5 M,para pelaut Nusantara telah mampu menyeberangi Samudera Hindia hingga mencapai Afrika.

Para petualang Nusantara ini bukan hanya singgah di Afrika. Mereka juga meninggalkan banyak jejak di kebudayaan di seluruh Afrika. Mereka memperkenalkan jenis-jenis tanaman baru, teknologi, musik, dan seni yang pengaruhnya masih bisa ditemukan dalam kebudayaan Afrika sekarang.

Dalam buku ini, ada beberapa hipotesis yang cukup mengejutkan :

- antara abad ke-5 dan ke-7, kapal-kapal Nusantara mendominasi pelayaran dagang di Asia

- pada abad-abad itu, perdagangan bansga China banyak bergantung pada jasa para
pelaut Nusantara

- sebagian teknologi kapal jung dipelajari bangsa China dari pelaut-pelaut Nusantara,
bukan sebaliknya

- dari manakah asal emas berlimpah yang membuat Sumatera dijuluki Swarnadwipa
(Pulau Emas) ? Mungkinakah dari Zimbabwe

- Mungkinkah tambang-tambang emas kuno di Zimbabwe dibangun oleh para perantau Nusantara ?

Dan masih banyak lagi data sejarah yang dipaparkan buku ini, yang pasti akan banyak mengubah pandangan kitas tentang kehebatan peradaban Nusantara pada masa kuno. Sebuah bacaan yang dapat menambah wawasan kita mengenai kehebatan nenek moyang bangsa ini.

Para penjelajah laut dari Nusantara diperkirakan sudah menjejakkan kaki mereka di Benua Afrika melalui Madagaskar sejak masa-masa awal tarikh Masehi. Jauh lebih awal daripada bangsa Eropa mengenal Afrika selain Gurun Sahara-nya dan jauh sebelum bangsa Arab dan Zhirazi dengan perahu dhow mereka menemukan kota-kota eksotis di Afrika, seperti Kilwa, Lamu, dan Zanzibar.

”Meskipun (para pelaut Nusantara) tidak meninggalkan catatan dan bukti-bukti konkret mengenai perjalanan mereka, sisa-sisa peninggalan mereka di Afrika jauh lebih banyak daripada yang diketahui secara umum,” tulis Dick-Read pada pengantar buku terbarunya.

Catatan hasil penelitian Dick-Read kian memperkaya khazanah literatur tentang peran pelaut-pelaut Indonesia pada masa lampau. Bukti-bukti mutakhir tentang penjelajahan pelaut Indonesia pada abad ke-5 yang dibentangkan Dick-Read makin mempertegas pandangan selama ini bahwa sejak lebih dari 1.500 tahun lampau nenek moyang bangsa Indonesia adalah pelaut sejati.

Meskipun sejak 500 tahun sebelum Masehi orang-orang China sudah mengembangkan beragam jenis kapal dalam berbagai ukuran, hingga abad VII kecil sekali peran kapal China dalam pelayaran laut lepas.

Jung-jung China lebih banyak melayani angkutan sungai dan pantai.

Tentang hal ini, Oliver W Wolters (1967) mencatat bahwa dalam hal hubungan perdagangan melalui laut antara Indonesia dan China—juga antara China dan India Selatan serta Persia—pada abad V-VII, terdapat indikasi bahwa bangsa China hanya mengenal pengiriman barang oleh bangsa Indonesia.

I-Tsing, pengelana dari China yang banyak menyumbang informasi terkait masa sejarah awal Nusantara, secara eksplisit mengakui peran pelaut-pelaut Indonesia. Dalam catatan perjalanan keagamaan I-Tsing (671-695 Masehi) dari Kanton ke Perguruan Nalanda di India Selatan disebutkan bahwa ia menggunakan kapal Sriwijaya, negeri yang ketika itu menguasai lalu lintas pelayaran di ”Laut Selatan”.

Dengan kata lain, arus perdagangan barang dan jasa menjelang akhir milenium pertama di ”jalur sutra” melalui laut-meminjam istilah arkeolog Hasan Muarif Ambary (alm)-sangat bergantung pada peran pelaut-pelaut Indonesia. Tesis Dick-Read bahkan lebih jauh lagi, bahwa pada awal milenium pertama kapal-kapal Kun Lun (baca: Indonesia) sudah ikut terlibat dalam perdagangan di Mediterania.

Masyarakat bahari

Denys Lombard (Nusa Jawa: Silang Budaya, Jilid 2), mengidentifikasikannya sebagai orang-orang laut, sedangkan Dick-Read merujuk ke sumber yang lebih spesifik: orang-orang Bajo atau Bajau. Mereka ini semula berdiam di kawasan Selat Melaka, terutama di sekitar Johor saat ini, sebelum akhirnya menyebar ke berbagai penjuru Nusantara, dan pada sekitar abad XIV sebagian besar bermukim di wilayah timur Indonesia.

Peran yang dimainkan para pelaut Indonesia pada masa silam tersebut terus berlanjut hingga kedatangan orang-orang Eropa di Nusantara. Para penjelajah laut dan pengelana samudra inilah yang membentuk apa yang disebut Adrian B Lapian, ahli sejarah maritim pertama Indonesia, sebagai jaringan hubungan masyarakat bahari di Tanah Air.

Anthony Reid (Sejarah Modern Awal Asia Tenggara, 2004) menyebut kelompok masyarakat berbahasa Austronesia ini sebagai perintis yang merajut kepulauan di Asia Tenggara ke dalam sistem perdagangan global.

Akan tetapi, pada abad XVIII masyarakat Nusantara dengan budaya maritimnya yang kental itu mengalami kemunduran. Monopoli perdagangan dan pelayaran yang diberlakukan pemerintahan kolonial Belanda, walau tidak mematikan, sangat membatasi ruang gerak kapal-kapal pelaut Indonesia.

Ironisnya, setelah 68 tahun Indonesia merdeka, setelah PBB mengakui Deklarasi Djoeanda (1957) bahwa Indonesia adalah negara kepulauan, tradisi besar itu masih saja dilupakan.

Kini, kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat nelayan dijumpai di banyak tempat, sementara di sisi lain, kekayaan laut kita terus dikuras entah oleh siapa…

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/09/05/00153641/tradisi.besar.yang.dilupakan


Sebagai penduduk Indonesia sudah sepatutnya kita berbangga diri. Pasalnya, nenek moyang bangsa Indonesia ternyata adalah orang yang gemar berpetualang menjelajahi penjuru Bumi dengan menyeberangi samudra hingga mampu menyebarkan berbagai peninggalan yang masih dapat dijumpai hingga kini di berbagai tempat dataran benua Afrika.

Hal itu menjadi bukti bahwa jauh sebelum bangsa Eropa membanggakan diri karena mengklaim bahwa pelayarannya adalah yang terhebat di dunia karena berhasil melakukan perjalanan keliling samudra pada abad XVI, ternyata nenek moyang bangsa Indonesia sudah terlebih dahulu melakukannya. Bahkan penjelajahan penduduk Indonesia dibarengi dengan fasilitas perahu dengan teknologi modern dan sarana pendukung yang serba canggih pada masa itu, hingga membuat perjalanan menyusuri ’dunia baru’ bukanlah sesuatu hal yang sulit dilakukan.

Sehingga dapat dikatakan jika pelayaran itu sangat heroik dan jauh di luar batas kemampuan berlayar bangsa mana pun di dunia pada era tersebut. Padahal itu dilakukan pelaut Nusantara seribu tahun lebih sebelum petualangan Columbus di era modern.

Penjelajahan Bahari akan mengajak pembaca untuk sejenak menikmati romantisme kejayaan bangsa Indonesia kuno. Buku ini merupakan karya ilmiah hasil penelitian Robert Dick-Read, seorang Afrikanis dari London University yang disusun berdasarkan sumber data melimpah dan dapat dipertanggungjawabkan, yang merupakan hasil dari penelitian seni dan budaya di banyak daerah yang ada peninggalan sejarah dari Nusantara. Karir dan reputasi penulis dipertaruhkan dalam isi buku ini, karena hasil intrepertasinya bisa mengundang berbagai pertanyaan dan kecaman dari ahli sejarah yang berbeda pandangan dengannya.

Dari berbagai sumber yang telah diteliti, penjelajah laut dari Nusantara menginjakkan kakinya pertama kali di benua Afrika melalui Madagaskar. Kedigdayaan pelaut Nusantara yang tercatat pertama kali dalam sejarah adalah masa ketika kerajaan Sriwijaya, yang ibu kotanya di Palembang, tepatnya di tepi sungai Musi, berhasil membangun angkatan laut kerajaan terkuat, besar dan tangguh, yang belum pernah terjadi sebelumnya di Indonesia.

Memang sejarah modern mencatat bahwa pelayaran keliling lautan luas pertama kali dilakukan oleh armada Cheng Ho dari negeri Cina dan pelaut Eropa di zaman Columbus. Padahal fakta itu tidak sepenuhnya benar. Meskipun tidak ada catatan otentik yang tersisa, namun dapat disebut bahwa pelaut Nusantara yang dipelopori armada laut Sriwijaya sudah terlebih dahulu berhasil mengarungi samudra.

Menurut Robert Dick-Read, bukti mutakhir bahwa para pelaut Nusantara telah menaklukkan samudra jauh sebelum bangsa Eropa, Arab, Cina, dan India memulai zaman penjelajahan bahari masih bisa ditelusuri buktinya. Karena sejak abad ke-5 masehi, para pelaut Nusantara sudah mampu menyeberangi Samudra Hindia hingga mencapai benua Afrika dan masih meninggalkan jejak nyata hingga sekarang.

Sebuah inskripsi kuno pada abad VII masehi yang ditemukan di Palembang menyebutkan bahwa kerajaan Sriwijaya adalah kelompok pertama pelaut Nusantara yang berhasil menyebarkan armadanya hingga daratan Afrika. Pasalnya, pada zaman keemasan Sriwijaya, saat itu penguasa kerajaan membutuhkan emas dalam jumlah besar dan mereka mendatangkan pasokan emas itu dari pertambangan emas kuno yang ada di Zimbabwe. Ditambah bukti adanya banyak penduduk Madagaskar pada masa lalu yang melakukan hubungan dengan penghuni Sumatra Selatan semakin menguatkan asumsi bahwa angkatan laut kerajaan Sriwijaya telah berhasil menduduki tanah yang ditemukannya itu.

Para petualang Nusantara ini tidak sekedar hanya singgah di dataran Afrika, melainkan juga menetap dan meninggalkan banyak kebudayaan di seluruh dataran yang berhasil disinggahinya. Banyaknya jejak pelaut Nusantara tersebut meninggalkan kebudayaan diantaranya dengan ditemukannya teknologi, tanaman baru, musik, dan seni yang pengaruhnya masih bisa dijumpai dalam kehidupan masyarakat Afrika sekarang.

Misalnya dalam kehidupan masyarakat Zanj yang menghuni daerah Madagaskar bagian utara, mereka menangkap buruan dengan menggunakan keranjang yang sebenarnya mirip dengan teknik menangkap ikan di semenanjung Malaya dan Indonesia. Tidak banyak yang diketahui untuk mengungkap asal usul ras tersebut, namun ada satu petunjuk yang akan menggiring kita untuk menemukan jawabannya, yaitu Zanj adalah ras keturunan Afro-Indonesia yang menetap di Afrika Timur.

Bahkan, tanaman ubi jalar, pisang raja, dan beragam jenis pisang yang hidup di daratan Afrika Timur juga merupakan tanaman yang dibawa oleh penjelajah Indonesia yang melakukan perjalanan ke Madagaskar. Dan pada waktu yang sama tanaman itu menyebar sampai Afrika Barat karena dibawa melalui perjalanan darat melalui Somalia, Ethiopia Selatan, dan Sudan (hal. 237).

Fakta di atas juga digunakan Alexander Adelaar (pakar lainnya) ketika mempelajari asal-usul bahasa Madagaskar. Dari hasil analisisnya, dia bahkan berani membeberkan hipotesis bahwa bahasa penduduk Madagskar (Malagasi) dan Melayu sangat mirip. Tidak hanya itu, kekuatan unsur genetik dan budaya Afrika di Madagaskar yang sangat besar, serta banyaknya jumlah kata dalam perbendaharaan kata masyarakat Afrika semakin memperkuat asumsi bahwa pulau tersebut dulu dihuni bangsa Afro-Indonesia, yang merupakan cikal bakal penduduk Nusantara.

Dalam buku ini, pembaca akan menemukan berbagai hipotesis mengejutkan yang mungkin selama ini belum pernah terpikirkan sebelumnya. Karena tidak ada literatur yang dengan secara gamblang menulis bukti bahwa antara abad ke-5 dan ke-7, kapal Nusantara telah berhasil mendominasi pelayaran dagang di kawasan Asia hingga mampu menjelajah jauh sampai ujung Afrika.

Bahkan jika selama ini masyarakat banyak percaya bahwa peradaban bangsa Cina menjadi pusat peradaban dunia tempo dulu, fakta itu termentahkan setelah membaca buku ini. Meskipun tak dimungkiri jika peranan Cina juga cukup besar di Asia, namun pada abad V sampai VII masehi perdagangan bangsa Cina banyak tergantung pada jasa dan suplai produk para pelaut Nusantara, bukan sebaliknya seperti yang selama ini tertulis diberbagai literatur.

Buku ini menyajikan beragam data sejarah yang selama ini belum banyak diketahui masyarakat luas, bahkan kalangan sejarawan. Sehingga pembaca berpotensi akan banyak mengalami perubahan paradigma berpikir setelah membaca secara detail rangkaian fakta kehebatan peradaban Nusantara pada masa kuno yang pelayarannya mampu menyeberangi samudra hingga menemukan benua Afrika.

Judul Buku : Penjelajahan Bahari (Pengaruh Peradaban Nusantara di Afrika)
Penulis : Robert Dick-Read
Edisi : Juni 2008
Tebal : 378 halaman
Penerbit : PT Mizan Pustaka
Peresensi : Erik Purnama Putra, Mahasiswa Psikologi UMM dan Aktivis Pers Koran Kampus Bestari

Sumber (Harian Bhirawa)

Bukti-Bukti Mutakhir Tentang Kehebatan Pelaut Nenek Moyang Indonesia jauh Sebelum Cheng Ho dan Columbus [Jejak Warisan Pelaut Nusantara di Afrika]

Legenda Atlantis, Indonesia Masuk Wilayahnya?

Peta dugaan kota Atlantis di Indonesia (Google map/NASA)

ATLANTIS adalah legenda, Atlantis adalah misteri, dan Atlantis selalu mengundang pertanyaan. Benua yang disebut sebagai taman eden atau surga itu diyakini menjadi pusat peradaban dunia pada zaman es.

Meskipun manusia sudah mencari sisa-sisa keberadaan kota ini selama ratusan tahun dan lebih dari 5.000 buku mengenai Atlantis diterbitkan, tidak ada satu pun yang bisa memastikan di mana sebenarnya Atlantis berada dan benarkah Atlantis itu memang ada atau hanya dongeng yang dikisahkan filsuf Yunani, Plato. Ratusan ekspedisi yang menjelajahi Siprus, Afrika, Laut Mediterania, Amerika Selatan, Kepulauan Karibia hingga Mesir untuk mencari jejak Atlantis pun belum memperoleh bukti valid di mana surga Atlantis berada.

Setelah puluhan wilayah sebelumnya tidak juga memberi bukti valid, Indonesia kini disebut-sebut sebagai tempat Atlantis sesungguhnya, sebuah surga dunia yang tenggelam dalam waktu sehari semalam. Di antara begitu banyak pakar yang meyakini Atlantis berada di Indonesia adalah Profesor Arysio Santos. Geolog dan fisikawan nuklir asal Brasil ini melakukan penelitian selama 30 tahun untuk meneliti keberadaan Atlantis. Lewat bukunya, Atlantis: The Lost Continent Finally Found, Santos memberikan sejumlah paparan serta analisisnya. Santos menelusur lokasi Atlantis berdasarkan pendekatan ilmu geologi, astronomi, paleontologi, arkeologi, linguistik, etnologi, dan comparative mythology.

Menurut Santos, tidak kunjung ditemukannya jejak Atlantis karena orang-orang mencari di tempat yang salah. Mereka seharusnya mencari lokasi tersebut di Indonesia karena berbagai bukti yang kuat mendukung hal tersebut. Pendapat Santos ini memang masih diperdebatkan mengingat hingga kini belum ada ekspedisi khusus untuk mencari lokasi Atlantis di kepuluan Indonesia. Dalam keyakinan Santos, Atlantis merupakan benua yang membentang dari bagian selatan dari India bagian selatan, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Paparan Sunda.

Santos meyakini benua menghilang akibat letusan beberapa gunung berapi yang terjadi bersamaan pada akhir zaman es sekira 11.600 tahun lalu. Di antara gunung besar yang meletus zaman itu adalah Gunung Krakatau Purba (induk Gunung Krakatau yang meletus pada 1883) yang konon letusannya sanggup menggelapkan seluruh dunia. Letusan gunung berapi yang terjadi bersamaan ini menimbulkan gempa, pencairan es, banjir, serta gelombang tsunami sangat besar. Saat gunung berapi itu meletus, ledakannya membuka Selat Sunda. Peristiwa itu juga mengakibatkan tenggelamnya sebagian permukaan bumi yang kemudian disebut Atlantis.

Bencana mahadahsyat ini juga mengakibatkan punahnya hampir 70 persen spesies mamalia yang hidup pada masa itu, termasuk manusia. Mereka yang selamat kemudian berpencar ke berbagai penjuru dunia dengan membawa peradaban mereka di wilayah baru. “Kemungkinan besar dua atau tiga spesies manusia seperti ‘hobbit’ yang baru-baru ini ditemukan di Pulau Flores musnah dalam waktu yang hampir sama,” tulis Santos. Sebelum terjadinya bencana banjir itu, beberapa wilayah Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Nusa Tenggara diyakini masih menyatu dengan semenanjung Malaysia serta Benua Asia.

Berdasarkan cerita Plato, Atlantis merupakan negara makmur yang bermandi matahari sepanjang waktu. Dasar inilah yang menjadi salah satu teori Santos mengenai keberadaan Atlantis di Indonesia. Perlu dicatat bahwa Atlantis berjaya saat sebagian besar dunia masih diselimuti es di mana temperatur bumi kala itu diperkirakan lebih dingin 15 derajat Celsius daripada sekarang. Wilayah yang bermandi sinar matahari sepanjang waktu pastilah berada di garis khatulistiwa dan Indonesia memiliki prasyarat untuk itu. Dalam cerita yang dituturkan Plato, Atlantis juga digambarkan menjadi pusat peradaban dunia dari budaya, kekayaan alam, ilmu/teknologi, bahasa, dan lain-lain.

Plato juga menceritakan negara Atlantis yang kaya dengan bahan mineral serta memiliki sistem bercocok tanam yang sangat maju. Merujuk cerita Plato, wilayah Atlantis haruslah berada di daerah yang diyakini beriklim tropis yang memungkinkan adanya banyak bahan mineral dan pertanian yang maju karena sistem bercocok tanam yang maju hanya akan tumbuh di daerah yang didukung iklim yang tepat seperti iklim tropis. Kekayaan Indonesia termasuk rempah-rempah menjadi kemungkinan lain akan keberadaan Atlantis di wilayah Nusantara ini. Kemasyhuran Indonesia sebagai surga rempah dan mineral bahkan kemudian dicari-cari Dunia Barat.

Menurut Santos, pulau-pulau di Indonesia yang mencapai ribuan itu merupakan puncak-puncak gunung dan dataran-dataran tinggi benua Atlantis yang dulu tenggelam. Satu hal yang ditekankan Santos adalah banyak peneliti selama ini terkecoh dengan nama Atlantis. Mereka melihat kedekatan nama Atlantis dengan Samudera Atlantik yang terletak di antara Eropa, Amerika dan Afrika. Padahal pada masa kuno hingga era Christoper Columbus atau sebelum ditemukannya Benua Amerika, Samudra Atlantik yang dimaksud adalah terusan Samudra Pasifik dan Hindia.

Sekali lagi Indonesia memiliki syarat untuk itu karena Indonesia berada di antara dua samudera tersebut. Jika terdapat begitu banyak kemungkinan Indonesia menjadi lokasi sesungguhnya Atlantis lalu, mengapa selama ini nama Indonesia jarang disebut-sebut dalam referensi Atlantis? Santos menilai keengganan Dunia Barat melakukan ekspedisi ataupun mengakui Indonesia sebagai wilayah Atlantis adalah karena hal itu akan mengubah catatan sejarah tentang siapa penemu perdaban. Dengan adanya sejumlah bukti mengenai keberadaan Atlantis di Indonesia maka teori yang mengatakan Barat sebagai penemu dan pusat peradaban dunia akan hancur.

“Kenyataan Atlantis (berada di Indonesia) kemungkinan besar akan mengakibatkan perlunya revisi besar-besaran dalam ilmu humaniora, seperti antropologi, sejarah, linguistik, arkelogi, evolusi, paleantropologi dan bahkan mungkin agama,” tulis Santos dalam bukunya. Selain Santos, banyak arkeolog Amerika Serikat yang juga meyakini Atlantis adalah sebuah pulau besar bernama Sunda Land yang luasnya dua kali negara India. Daratan itu kini tinggal Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Salah satu pulau di Indonesia yang kemungkinan bisa menjadi contoh terbaik dari keberadaan sisa-sisa Atlantis adalah Pulau Natuna, Riau.

Berdasarkan penelitian, gen yang dimiliki penduduk asli Natuna mirip dengan bangsa Austronesia tertua. Rumpun bangsa Austronesia yang menjadi cikal bakal bangsa-bangsa Asia merupakan sebuah fenomena besar dalam sejarah keberadaan manusia. Rumpun ini kini tersebar dari Madagaskar di barat hingga Pulau Paskah di Timur. Rumpun bangsa ini juga melahirkan 1.200 bahasa yang kini tersebar di berbagai belahan bumi dan dipakai lebih dari 300 juta orang. Yang menarik, 80 persen dari rumpun penutur bahasa Austronesia tinggal di Kepulauan Nusantara Indonesia. Namun, pendapat Santos dkk yang meyakini bahwa Atlantis berada di Indonesia ini masih harus dikaji karena kurang dilengkapi bukti-bukti.

Pakar Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Wahyu Hantoro mengatakan analisa Santos masih berupa hipotesa. Wahyu juga menilai pelu dijelaskan lebih lanjut kategorisasi jenis kebudayaan tinggi yang ada pada zaman Atlantis serta gelombang setinggi apa yang bisa membuat Paparan Sunda terbelah.(Koran SI/Koran SI/mbs)

Dua puluh empat syarat menjadi Atlantis, mungkinkah Indonesia?

Seorang Brasil Profesor Arysio Nunes dos Santos dalam bukunya berjudul “Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitive Localization of Plato’s Lost Civilization” yang menyatakan bahwa Atlantis adalah Indonesia, masih banyak komentar (bahkan yakin) bahwa benua Atlantis adalah Indonesia, tepatnya Sundaland (paparan Sunda).

Di bawah ini saya kutipkan 24 syarat Atlantis (di mana saja di seluruh dunia) hasil kesepakatan para peneliti Atlantis dari 15 negara yang berkumpul di Pulau Milos, Yunani, dari 11 hingga 13 Juli 2005. Mereka bertukar pikiran mengenai keberadaan Benua Atlantis.

Selama konferensi dengan judul “Hipotesis Atlantis – Mencari Benua yang Hilang”, para spesialis dalam bidang arkeologi, geologi, volkanologi dan ilmu-ilmu lain memperesentasikan pandangannya tentang keberadaan Atlantis, waktu menghilangnya, penyebabnya, dan kebudayaannya.

Para ilmuwan menduga bahwa bencana yang dimaksud adalah Tsunami dan gempa bumi akibat meletus'nya gunung berapi. Seorang Brasil Profesor Arysio Nunes dos Santos dalam bukunya berjudul “Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitive Localization of Plato’s Lost Civilization” yang menyatakan bahwa Atlantis adalah Indonesia. apakah dengan pendapat dari proffesor brasil itu Keberadaan Atlantis Terkuak di Indonesia ????

Ada 24 syarat Atlantis (di mana saja di seluruh dunia) hasil kesepakatan para peneliti Atlantis dari 15 negara yang berkumpul di Pulau Milos, Yunani, dari 11 hingga 13 Juli 2005. Mereka bertukar pikiran mengenai keberadaan Benua Atlantis, peserta konferensi akhirnya setuju pada 24 kriteria yang secara geografis harus memenuhi persyaratan keberadaan lokasi Atlantis, yaitu:

1. Metropolis Atlantis harus terletak di suatu tempat yang tanahnya pernah ada atau sebagian masih ada.

2. Metropolis Atlantis harus mempunyai morfologi yang jelas berupa selang-seling daratan dan perairan yang berbentuk cincin memusat.

3. Atlantis harus berada di luar Pilar-pilar Hercules.

4. Metropolis Atlantis lebih besar dari Libya dan Anatolia, dan Timur Tengah dan Sinai (gabungan).

5. Atlantis harus pernah dihuni oleh masyarakat maju/beradab/cerdas (literate population) dengan ketrampilan dalam bidang metalurgi dan navigasi.

6. Metropolis Atlantis harus secara rutin dapat dicapai melalui laut dari Athena.

7. Pada waktu itu, Atlantis harus berada dalam situasi perang dengan Athena.

8. Metropolis Atlantis harus mengalami penderitaan dan kehancuran fisik parah yang tidak terperikan (unprecedented proportions).

9. Metropolis Atlantis harus tenggelam seluruhnya atau sebagian di bawah air.

10. Waktu kehancuran Metropolis Atlantis adalah 9000 tahun Mesir, sebelum abad ke-6 SM.

11. Bagian dari Atlantis berada sejauh 50 stadia (7,5 km) dari kota.

12. Atlantis padat penduduk yang cukup untuk mendukung suatu pasukan besar (10.000 kereta perang, 1.200 kapal, 1.200.000 pasukan)

13. Ciri agama penduduk Atlantis adalah mengurbankan banteng-banteng.

14. Kehancuran Atlantis dibarengi oleh adanya gempa bumi.

15. Setelah kehancuran Atlantis, jalur pelayaran tertutup.

16. Gajah-gajah hidup di Atlantis.

17. Tidak mungkin terjadi proses-proses selain proses-proses fisik atau geologis yang menyebabkan kehancuran Atlantis.

18. Banyak mata air panas dan dingin, dengan kandungan endapan mineral, terdapat di Atlantis.

19. Atlantis terletak di dataran pantai berukuran 2000 X 3000 stadia, dikelilingi oleh pegunungan yang langsung berbatasan dengan laut.

20. Atlantis menguasai negara-negara lain pada zamannya.

21. Angin di Atlantis berhembus dari arah utara (hanya terjadi di belahan bumi utara)

22. Batuan Atlantis terdiri dari bermacam warna: hitam, putih, dan merah.

23. Banyak saluran-saluran irigasi dibuat di Atlantis.

24. Setiap 5 dan 6 tahun sekali, penduduk Atlantis berkurban banteng.

Dibawah ini ada beberapa kutipan dari Plato mengenai Atlantis

Lokasi Atlantis

"Kekuatan ini datang dari samudera Atlantik. Pada waktu itu, samudera Atlantik dapat dilayari dan ada sebuah pulau yang terletak di hadapan selat yang engkau sebut pilar-pilar Herkules. Pulau itu lebih luas dibandingkan dengan gabungan Libya dan Asia dan pilar-pilar ini juga merupakan pintu masuk ke pulau-pulau lain di sekitarnya, dan dari pulau-pulau itu engkau dapat sampai ke seluruh benua yang menjadi pembatas laut Atlantik. Laut yang ada di dalam pilar-pilar Herkules hanyalah seperti sebuah pelabuhan yang memiliki pintu masuk sempit. Namun laut yang di luarnya adalah laut yang sesungguhnya, dan benua yang mengelilinginya dapat disebut benua tanpa batas. Di wilayah Atlantis ini, ada sebuah kerajaan besar yang memerintah keseluruhan pulau dan pulau lain disekitarnya serta sebagian wilayah di benua lainnya" (Timaeus)

Asal mula bangsa Atlantis

"Sebelumnya aku telah berbicara mengenai pembagian wilayah yang diadakan bagi para dewa dan bagaimana mereka tersebar ke seluruh dunia dalam proporsi yang berbeda-beda. Dan Poseidon, menerima bagiannya, yaitu pulau Atlantis." (Critias)

"Di tengah-tengah pulau itu ada sebuah dataran yang dianggap terbaik dan memiliki tanah yang subur. Di situ ada sebuah gunung yang tidak terlalu tinggi di masing sisi-sisinya. Di gunung itu tinggal seorang pria fana bernama Evenor yang memiliki seorang istri bernama Leucippe. Mereka memiliki satu anak perempuan bernama Cleito. Ketika Cleito telah dewasa, ayah dan ibunya meninggal dunia. Poseidon jatuh cinta dan bersetubuh dengannya." (Critias)

Karakteristik Tanah Atlantis

"Poseidon lalu memecahkan tanah di sekitar bukit tempat tinggal Cleito sehingga bukit itu terpisah dari dataran lain. Bukit itu sekarang dikelilingi oleh laut yang berbentuk lingkaran. Poseidon membuat dua bagian daratan seperti ini sehingga jumlahnya menjadi dua daratan yang dikelilingi tiga wilayah perairan." (Critias)

"Masing-masing daratan memiliki sirkumferen yang berjarak sama dari tengah pulau tersebut. Jadi tidak ada satu orang dan satu kapalpun yang dapat mencapai pulau itu. Poseidon lalu membuat dua mata air di tengah-tengah pulau, satu air hangat dan satu lagi air dingin. ia juga membuat berbagai macam makanan muncul dari tanah yang subur." (Critias)

Nenek Moyang bangsa Atlantis

"Poseidon dan Cleito memiliki lima pasang anak kembar laki-laki. Ia lalu membagi pulau Atlantis menjadi sepuluh bagian. Ia memberikan kepada anak tertua dari pasangan kembar pertama tempat kediaman ibu mereka dan wilayah yang mengelilinginya yang merupakan tanah terluas dan terbaik. Ia juga menjadikannya raja atas saudara-saudaranya. Poseidon memberi nama anak itu Atlas. Dan karenanya seluruh pulau dan samudera itu disebut Atlantik." (Critias)

Kemakmuran Bangsa Atlantis

"Tanah Atlantis adalah tanah yang terbaik di dunia dan karenanya mampu menampung pasukan dalam jumlah besar." (Critias)

"Tanah itu juga mendapatkan keuntungan dari curah hujan tahunan, memiliki persediaan yang melimpah di semua tempat." (Critias)

"Orichalcum bisa digali di banyak wilayah di pulau itu. Pada masa itu Orichalcum lebih berharga dibanding benda berharga apapun, kecuali emas. Di pulau itu juga banyak terdapat kayu untuk pekerjaan para tukang kayu dan cukup banyak persediaan untuk hewan-hewan ternak ataupun hewan liar, yang hidup di sungai ataupun darat, yang hidup di gunung ataupun dataran. Bahkan di pulau itu juga terdapat banyak gajah" (Critias)

Struktur Masyarakat Atlantis

"Pada masa itu, wilayah Atlantis didiami oleh berbagai kelas masyarakat. Ada tukang batu, tukang kayu, ada suami-suami dan para prajurit. Bagi para prajurit, mereka mendapat wilayah sendiri dan semua keperluan untuk kehidupan dan pendidikan disediakan dengan berlimpah. Mereka tidak pernah menganggap bahwa kepunyaan mereka adalah milik mereka sendiri. Mereka menganggapnya sebagai kepunyaan bersama. Mereka juga tidak pernah menuntut makanan lebih banyak dari yang dibutuhkan." (Critias)

"Para prajurit ini tinggal di sekitar kuil Athena dan Hephaestus di puncak bukit. Di tempat itu mereka kemudian membuat pagar untuk melindungi tempat itu. Di sebelah utara, mereka membangun ruangan untuk makan di musim dingin dan membuat bangunan-bangunan yang dapat digunakan untuk kebutuhan bersama." (Critias)

"Mereka tidak memuja emas dan perak karena bagi mereka, semua itu tidak ada gunanya. mereka juga membangun rumah sederhana dimana anak-anak mereka dapat bertumbuh." (Critias)

'Inilah cara mereka hidup, mereka menjadi penjaga kaum mereka sendiri dan menjadi pemimpin bagi seluruh kaum Helenis yang dengan sukarela menjadi pengikut mereka. Lalu mereka juga menjaga jumlah perempuan dan laki-laki dalam jumlah yang sama untuk berjaga-jaga bila terjadi perang. Dengan cara inilah mereka mengelola wilayah mereka dan seluruh wilayah Hellas dengan adil. Atlantis menjadi sangat termashyur di seluruh Eropa dan Asia karena ketampanan dan kebaikan hati para penduduknya." (Critias)

Teknologi Atlantis

"Mereka membangun kuil, istana dan pelabuhan-pelabuhan. Mereka juga mengatur seluruh wilayah dengan susunan sebagai berikut : pertama mereka membangun jembatan untuk menghubungkan wilayah air dengan daratan yang mengelilingi kota kuno. Lalu membuat jalan dari dan ke arah istana. Mereka membangun istana di tempat kediaman dewa-dewa dan nenek moyang mereka yang terus dipelihara oleh generasi berikutnya. Setiap raja menurunkan kemampuannya yang luar biasa kepada raja berikutnya hingga mereka mampu membangun bangunan yang luar biasa besar dan indah." (Critias)

"Dan mereka membangun sebuah kanal selebar 300 kaki dengan kedalaman 100 kaki dan panjang 50 stadia (9 km). Mereka juga membuat jalan masuk yang cukup besar untuk dilewati bahkan oleh kapal terbesar dan Lewat kanal ini mereka dapat berlayar menuju zona terluar." (Critias)

Kehancuran Pulau Atlantis

"9.000 tahun adalah jumlah tahun yang telah berlangsung sejak perang yang terjadi antara mereka yang berdiam di luar pilar-pilar Herkules dengan mereka yang berdiam di dalamnya. Perang inilah yang akan aku deskripsikan." (Critias)

"Pasukan yang satu dipimpin oleh kota-kota Athena. Di pihak lain, pasukannya dipimpin langsung oleh raja-raja dari Atlantis, yaitu seperti yang telah aku jelaskan, sebuah pulau yang lebih besar dibanding gabungan Libya dan Asia, yang kemudian dihancurkan oleh sebuah gempa bumi dan menjadi tumpukan lumpur yang menjadi penghalang bagi para penjelajah yang berlayar ke bagian samudera yang lain." (Critias)

"Banyak air bah yang telah terjadi selama 9.000 tahun, yaitu jumlah tahun yang telah terjadi ketika aku berbicara. Dan selama waktu itu juga telah terjadi banyak perubahan. Tidak pernah terjadi dalam sejarah begitu banyak akumulasi tanah yang jatuh dari pegunungan di satu wilayah. Namun tanah telah berjatuhan dan menimbun wilayah Atlantis dan menutupinya dari pandangan mata." (Critias)

"Karena hanya dalam semalam, hujan yang luar biasa lebat menyapu bumi dan pada saat yang bersamaan terjadi gempa bumi. Lalu muncul air bah yang menggenang seluruh wilayah." (Critias)

"Namun sesudah itu, muncul gempa bumi dan banjir yang dashyat. Dan dalam satu hari satu malam, semua penduduknya tenggelam ke dalam perut bumi dan pulau Atlantis lenyap ke dalam samudera luas. Dan karena alasan inilah, bagian samudera disana menjadi tidak dapat dilewati dan dijelajahi karena ada tumpukan lumpur yang diakibatkan oleh kehancuran pulau tesebut." (Timaeus)

Penutup - Pelajaran dari Atlantis

"Selama banyak generasi, karakter yang mulia hidup di dalam diri mereka, mereka patuh kepada hukum dan memiliki ketertarikan yang kuat kepada dewa. Mereka memiliki jalan hidup yang baik, menggabungkan kelemahlembutan dengan kebijaksanaan di dalam berbagai aspek kehidupan dan dalam hubungannya dengan sesama." (Critias)

"Mereka tidak mau mengangkat senjata melawan sesamanya, dan mereka akan segera bergegas menolong rajanya ketika ada usaha untuk menggulingkannya. Mereka menolak segala kejahatan dan hanya melakukan kebaikan. Mereka hanya menaruh sedikit perhatian untuk kehidupan mereka sendiri. Mereka menganggap remeh harta benda emas dan perak yang sepertinya hanya menjadi beban bagi mereka." (Critias)

"Bahkan ketika mereka berkelimpahan di dalam kemewahan, mata hati mereka tidak dibutakan olehnya. Mereka sadar bahwa kekayaan mereka akan bertambah oleh perbuatan baik dan persahabatan antara satu dengan yang lain yang juga disertai dengan penghormatan antara sesama. Karakter-karakter semacam itu terus bertumbuh di antara mereka." (Critias)

"Namun, karakter-karakter mulia tersebut mulai memudar dan menjadi terlalu sering dikompromikan. Mereka bercampur dengan sifat-sifat duniawi, dan sifat itu kemudian menjadi pengendali. Karena itu mereka tidak mampu lagi menanggung kekayaan yang mereka miliki. Mereka mulai berperilaku tidak sepantasnya dan mata mereka menjadi rabun karena mereka telah kehilangan harta mereka yang paling berharga." (Critias)

"Zeus, raja para dewa yang memerintah berdasarkan hukum dan mampu melihat perbuatan-perbuatan jahat yang mereka lakukan mulai mencanangkan hukuman bagi ras yang terhormat itu supaya mereka dapat disadarkan dan dimurnikan. Lalu ia mulai mengumpulkan para dewa dari tempat kediaman masing-masing. Setelah mereka semua berkumpul, Zeus berkata : ....." (Critias)

Sedangkan menurut Profesor Santos yang ahli Fisika Nuklir ini menyatakan bahwa Atlantis tidak pernah ditemukan karena dicari di tempat yang salah. Lokasi yang benar secara menyakinkan adalah Indonesia, katanya..Menurut Santos, ukuran waktu yang diberikan Plato 11.600 tahun BP (Before Present), secara tepat bersamaan dengan berakhirnya Zaman Es Pleistocene, yang juga menimbulkan bencana banjir dan gempa yang sangat hebat.

Pada Zaman Es itu, Atlantis adalah surga tropis dengan padang-padang yang indah, gunung, batu-batu mulia, metal berbagai jenis, parfum, sungai, danau, saluran irigasi, pertanian yang sangat produktif, istana emas dengan dinding-dinding perak, gajah, dan bermacam hewan liar lainnya serta bermandikan sinar matahari sehingga hujan dapat hadir sepanjang tahun. Menurut Santos, hanya Indonesialah yang sekaya ini (!). Ketika bencana yang diceritakan diatas terjadi, dimana air laut naik setinggi kira-kira 130 meter, penduduk Atlantis yang selamat terpaksa keluar dan pindah ke India, Asia Tenggara, China, Polynesia, dan Amerika.

Bila saya tilik dari 24 syarat tersebut

1. Metropolis Atlantis harus terletak di suatu tempat yang tanahnya pernah ada atau sebagian masih ada. "Paparan sunda dulu pernah ada sekarang tenggelam di dasar lautan"

2. Metropolis Atlantis harus mempunyai morfologi yang jelas berupa selang-seling daratan dan perairan yang berbentuk cincin memusat. "Bila kita tilik gambaran jaman es, tetap indonesia terdiri dari selang-seling daratan dan perairan berbentuk cincin memusat"

3. Atlantis harus berada di luar Pilar-pilar Hercules."Yang di maksud dengan pilar-pilar hercules mungkin jejeran pegunungan dengan gunung api, klo menyangkut itu tidak perlu di bantah lagi. dari aceh hingga maluku tersebar jejeran pegunungan yg menyambung menjadi ring of fire"

4. Metropolis Atlantis lebih besar dari Libya dan Anatolia, dan Timur Tengah dan Sinai (gabungan)."Menurut Proff Santos, besar paparan sunda bila di di jumlahkan luas'nya sebesar area tersebut"

5. Atlantis harus pernah dihuni oleh masyarakat maju/beradab/cerdas (literate population) dengan ketrampilan dalam bidang metalurgi dan navigasi."Buku “Penjelajah Bahari, Pengaruh Peradaban Nusantara di Afrika”, karya Robert Dick-Read, terbitan Mizan, Juni 2008, membawa angin segar terhadap bukti-bukti arkeologis tentang peranan pelaut Indonesia kuno dalam memajukan perdagangan dunia. 4000 tahun lalu, jejak pelaut Indonesia terekam di kerajaan Mesir, Fir’aun dinasti ke-12, Sesoteris III. Lewat data arkeolog mengenai transaksi Mesir dalam mengimpor dupa, kayu eboni, kemenyan, gading, dari daratan misterius tempat “Punt” berasal. Meski dukungan arkeologis sangat kurang, negeri “Punt” dapat diidentifikasi setelah Giorgio Buccellati menemukan wadah yang berisi benda seperti cengkih di Efrat tengah. Pada masa 1.700 SM itu, cengkih hanya terdapat di kepulauan Maluku, Indonesia. Dengan ditemukannya sisa-sisa kambing di situs pemukiman Pulau Timor, menjadi bukti perdagangan pelaut Austronesia dengan Timur tengah dan kemungkinan kuat menggunakan kano atau perahu untuk pengangkutannya. Dimana pelaut-pelaut nusantara telah lama mengarungi lautan dan menemukan pulau-pulau eksotis, seperti Kilwa, Lamu, dan Zanzibar, madagaskar, tanjung harapan jauh sebelum bangsa Arab ataupun Shirazi. bahkan orang jawa terkenal dengan kapal besar / bahtera berbobot 1000 ton ( sebesar kapal induk jaman modern ) yg dipanggil jung (jenis kapal ini punah stelah Belanda memonopoli perdagangan dan melakukan penjajahan)

6. Metropolis Atlantis harus secara rutin dapat dicapai melalui laut dari Athena."Pelaut Indonesia juga berhubungan erat dengan kerajaan Romawi dan Yunani Kuno. Dengan sebuah pertanyaan ganjil, mengapa rempah-rempah berupa kayu manis (cassia) atau Cinnamun dan lada bisa sampai ke mediterania setelah pemindahan muatan di Horn of Africa? Robert Dick-Read menulis dalam buku'nya"

7. Pada waktu itu, Atlantis harus berada dalam situasi perang dengan Athena."Mungkin saja catatan itu tenggelam bersama negeri atlantis"

8. Metropolis Atlantis harus mengalami penderitaan dan kehancuran fisik parah yang tidak terperikan (unprecedented proportions)."Catatan mengenai letusan Krakatau Purba yang diambil dari sebuah teks Jawa Kuno yang berjudul Pustaka Raja Parwa : Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula.... Ketika air menenggelamkannya, pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan pulau Sumatera ( Letusan Gunung Krakatoa Purba )...patut di ingat letusan gunung krakatau berulang tidak hanya sekali, saat ini dia sedang tidur"

9. Metropolis Atlantis harus tenggelam seluruhnya atau sebagian di bawah air."Paparan sunda yg tenggelam"

10. Waktu kehancuran Metropolis Atlantis adalah 9000 tahun Mesir, sebelum abad ke-6 SM."Akhir jaman es sekitar 6 SM"

11. Bagian dari Atlantis berada sejauh 50 stadia (7,5 km) dari kota."Saat ini kota itu tenggelam didasar laut"

12. Atlantis padat penduduk yang cukup untuk mendukung suatu pasukan besar (10.000 kereta perang, 1.200 kapal, 1.200.000 pasukan) "Klo indonesia, India, China masalah populasi penduduk, jelas besar'nya"

13. Ciri agama penduduk Atlantis adalah mengurbankan banteng-banteng."Di daerah ujung kulon selain terdapat badak juga terdapat banteng liar"

14. Kehancuran Atlantis dibarengi oleh adanya gempa bumi."Apabila gunung meletus pasti diiringi dengan gempa, dan daratan Nusantara dalam sebulan bisa terjadi 30 s/d 40 kali dari yg berskala richter kecil hingga besar"

15. Setelah kehancuran Atlantis, jalur pelayaran tertutup."Pasti'nya secara otomatis tertutup apabila sebuah komunitas terhancurkan dan tidak dihuni"

16. Gajah-gajah hidup di Atlantis."Di Sumatera dan Jawa hidup spesies gajah asia"

17. Tidak mungkin terjadi proses-proses selain proses-proses fisik atau geologis yang menyebabkan kehancuran Atlantis."Indonesia terkenal dengan negeri bencana fisik, dari gempa bumi, letusan gunung berapi, hingga tsunami"

18. Banyak mata air panas dan dingin, dengan kandungan endapan mineral, terdapat di Atlantis."Hampir di seluruh penjuru negeri memiliki sumber air panas dan air dingin serta batuan mineral dari pegunungan "

19. Atlantis terletak di dataran pantai berukuran 2000 X 3000 stadia, dikelilingi oleh pegunungan yang langsung berbatasan dengan laut. "Klo di tilik jejeran ring of fire berada di pinggiran paparan sunda berbatasan dengan laut HINDIA"

20. Atlantis menguasai negara-negara lain pada zamannya."Majapahit saja mengusai sampai thailand and Filipina, maka Atlantis bisa lebih dari itu"

21. Angin di Atlantis berhembus dari arah utara (hanya terjadi di belahan bumi utara)"Klo yg ini diambil dari catatan Plato yg mana ??????"

22. Batuan Atlantis terdiri dari bermacam warna: hitam, putih, dan merah."Dari Tanah liat,Batu keramik,batu gunung, batu kali semua warna batu ada di nusantara ini"

23. Banyak saluran-saluran irigasi dibuat di Atlantis."Pada masa kerajaan tarumanegara abad ke 5 M saja mampu membuat sebuah kanal / sungai yg menjadi nama kota bekasi, pasti'nya tehnologi ini di pelajari dari generasi sebelum'nya"

24. Setiap 5 dan 6 tahun sekali, penduduk Atlantis berkurban banteng."Itu hanya penduduk atlantis yg tau, menyangkut kepercayaan"

Dari 24 syarat tersebut para peneliti tidak mencantumkan yaitu :

1. "Tanah itu juga mendapatkan keuntungan dari curah hujan tahunan, memiliki persediaan yang melimpah di semua tempat." (Critias), "Tanah Atlantis adalah tanah yang terbaik di dunia dan karenanya mampu menampung pasukan dalam jumlah besar." (Critias).."Daerah dengan curah hujan tahunan hanya terdapat di daerah beriklim tropis, dengan iklim'nya tersebut maka tanah-tanah'nya adalah tanah yg subur dan itulah Nusantara"

2. "Orichalcum ( kuningan dan tembaga ) bisa digali di banyak wilayah di pulau itu. Pada masa itu Orichalcum lebih berharga dibanding benda berharga apapun, kecuali emas. Di pulau itu juga banyak terdapat kayu untuk pekerjaan para tukang kayu dan cukup banyak persediaan untuk hewan-hewan ternak ataupun hewan liar, yang hidup di sungai ataupun darat, yang hidup di gunung ataupun dataran. Bahkan di pulau itu juga terdapat banyak gajah" (Critias)..."Daerah yg terkenal jumlah kayu'nya adalah Hutan Hujan Tropis, itu hanya terdapat di amerika selatan dan asia tenggara. Dan Nusantara adalah penghasil Tembaga ke 3 di dunia"

Dari catatan Plato ada yang perlu di cermati :

1.Dihadapan selat Mainstay Haigelisi, ada sebuah pulau yang sangat besar, dari sana kalian dapat pergi ke pulau lainnya,di depan pulau-pulau itu adalah seluruhnya daratan yang dikelilingi laut samudera, itu adalah kerajaan Atlantis. Pulau itu lebih luas dibandingkan dengan gabungan Libya dan Asia dan pilar-pilar ini juga merupakan pintu masuk ke pulau-pulau lain di sekitarnya, dan dari pulau-pulau itu engkau dapat sampai ke seluruh benua yang menjadi pembatas laut Atlantik. Laut yang ada di dalam pilar-pilar Herkules hanyalah seperti sebuah pelabuhan yang memiliki pintu masuk sempit. Namun laut yang di luarnya adalah laut yang sesungguhnya, dan benua yang mengelilinginya dapat disebut benua tanpa batas. Di wilayah Atlantis ini, ada sebuah kerajaan besar yang memerintah keseluruhan pulau dan pulau lain disekitarnya serta sebagian wilayah di benua lainnya (Timaeus)"Dari catatan tersebut Kekuasaan dari Negeri Atlantis terdiri daratan sebagian dari benua yang terletak berbatasan langsung dengan samudra. Di sekitar Negeri Atlantis terdapat beberapa pulau dan salah satu'nya pulau besar yg memiliki selat. Seperti'nya Pusat dari negeri Atlantis terletak paada sebuah pulau besar yang menguasai pulau-pulau di sekitar'nya dan sebagian dari benua.

2.Banyak air bah yang telah terjadi selama 9.000 tahun, yaitu jumlah tahun yang telah terjadi ketika aku berbicara. Dan selama waktu itu juga telah terjadi banyak perubahan. Tidak pernah terjadi dalam sejarah begitu banyak akumulasi tanah yang jatuh dari pegunungan di satu wilayah. Namun tanah telah berjatuhan dan menimbun wilayah Atlantis dan menutupinya dari pandangan mata." (Critias)..."Tenggelam'nya daratan Atlantis tidak seketika apabila kita menilik dari kata selama 9000 tahun mesir, berarti ada perjalanan waktu menuju daratan itu tenggelam sepenuh'nya. Hal ini mungkin timbul karena naik'nya air laut secara bertahap akibat berakhir'nya jaman es.

3."Karena hanya dalam semalam, hujan yang luar biasa lebat menyapu bumi dan pada saat yang bersamaan terjadi gempa bumi. Lalu muncul air bah yang menggenang seluruh wilayah." (Critias)...."Namun sesudah itu, muncul gempa bumi dan banjir yang dashyat. Dan dalam satu hari satu malam, semua penduduknya tenggelam ke dalam perut bumi dan pulau Atlantis lenyap ke dalam samudera luas. Dan karena alasan inilah, bagian samudera disana menjadi tidak dapat dilewati dan dijelajahi karena ada tumpukan lumpur yang diakibatkan oleh kehancuran pulau tesebut." (Timaeus)

"Terdapat 2 bencana yg sama dari kedua catatan ( Critias dan Timaeus ), Gempa bumi dengan air bah mungkin yg di maksud Gempa Bumi yang menimbulkan Tsunami tetapi sebelum'nya telah terjadi hujan lebat. Bencana yg ini mungkin dari satu waktu seperti halnya Gempa Aceh atau gempa letusan gunung krakatau yg meluluhlantahkan seisi kota dengan menenggelamkan kota-kota di Sumatra dan perairan selat sunda untuk beberapa saat dan kemudian meninggalkan lumpur/kotoran dasar laut. Dengan banyak'nya lumpur di bekas area yg di terjang tsunami sehingga membuat transportasi ke area tersebut terputus, seperti hal'nya kejadian tsunami aceh.

4.Kekuatan ini datang dari samudera Atlantik...."Pada saat itu opini masyarakat yang berkembang bahwa bumi itu datar, sehingga hanya ada satu samudra dalam pemikiran masyarakat pada jaman tersebut termasuk di dalam'nya Plato"

Atlantis mungkin saja berada di INDONESIA mungkin juga bukan, Yang perlu kita lihat adalah masa depan bukan masa lalu tetapi masa lalu itu perlu di kenang untuk sebuah pelajaran.

Benarkah Benua Atlantis Yang Hilang Berada di Indonesia?

Tak perlu terlalu serius membaca tulisan ini, anggaplah sebagai suatu fiksi kalau anda tidak suka. Tapi, kalau anda mau serius dan sedikit membuka pikiran terhadap berbagai kemungkinan, ya, silahkan saja.”

Setelah berkonsultasi dengan “pakar” soal Atlantis dari Indonesia, saya dapat jawaban sebagai berikut: “Ada banyak versi tentang Atlantis, E. Cayce bilang bahwa Lemuria itu nama benuanya, dan Atlantis itu nama negaranya (diperkirakan eksis 24.000 – 10.000 SM.)

“Negara Atlantis itu terbagi dalam beberapa daerah atau pulau atau kalau sekarang istilahnya mungkin provinsi atau negara bagian. Daerah kekuasaan Atlantis terbentang dari sebelah barat Amerika sekarang sampai ke Indonesia. Atlantis menurut para ahli terkena bencana alam besar paling sedikit 3 kali sehingga menenggelamkan negara itu.

“Jadi, kemungkinan besar Atlantis itu tenggelam tidak sekaligus, tetapi perlahan-lahan, dan terakhir yang meluluh lantakkan negara itu terjadi sekitar tahun 12.000 – 10.000 SM. Pada masa itu es di kutub mencair dan menenggelamkan negara itu. Terjadi banjir besar yang dahsyat, dan penduduk Atlantis pun mengungsi ke dataran-dataran yang lebih tinggi yang tidak tenggelam oleh bencana tersebut. Itulah sebabnya di beberapa kebudayaan mulai dari timur sampai barat, terdapat mitos-mitos yang sejenis dengan kisah perahu Nabi Nuh. Kenapa bisa ada berbagai mitos sejenis dengan kisah perahu Nabi Nuh pada berbagai peradaban di dunia pada masa lalu? Kemungkinan besar karena memang mitos itu berasal satu “kejadian yang sama” dari satu kebudayaan dan tempat yang sama.

“Setelah negeri Atlantis tenggelam, maka penduduk Atlantis itu pun mengungsi ke daerah yang lebih tinggi yang sekarang kita kenal dengan Amerika, India, Eropa, Australia, Cina, dan Timur Tengah. Mereka membawa ilmu pengetahuan-teknologi dan kebudayaan Atlantis ke daerah yang baru.”

Di kalangan para Spiritualis, termasuk Madame Blavitszki — pendiri Teosofi — yang mengklaim bahwa ajarannya berasal dari seorang “bijak” dari benua Lemuria di India. Di dalam kebudayaan Lemuria, spiritualitasnya didasari oleh sifat feminin, atau mereka lebih memuja para dewi sebagai simbol energi feminin, ketimbang memuja para dewa sebagai simbol energi maskulin.

Hal ini cocok dengan spiritualitas di Indonesia yang pada dasarnya memuja dewi atau energi feminin, seperti Dwi Sri dan Nyi Roro Kidul (di Jawa) atau Bunda Kanduang (di Sumatera Barat, Bunda Kanduang dianggap sebagai simbol dari nilai-nilai moral dan Ketuhanan). Bahkan di Aceh pada masa lalu yang dikenal sebagai Serambi Mekkah pernah dipimpin 5 kali oleh Sultana (raja perempuan) sebelum masuk pengaruh kebudayaan dari Arab yang sangat maskulin. Sebelum itu di kerajaan Kalingga, di daerah Jawa Barat/Jawa Tengah sekarang, pernah dipimpin oleh Ratu Sima yang terkenal sangat bijak dan adil. Di dalam kebudayaan lain, kita sangat jarang mendengar bahwa penguasa tertinggi (baik spiritual atau politik adalah perempuan), kecuali di daerah yang sekarang disebut sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Setelah masa Atlantis (Lemuria) ada 5 ras yang berkuasa, yaitu: kulit kuning, merah, coklat, hitam, dan pucat. Pada masa itu kebudayaan yang menonjol adalah kulit merah, jadi kemungkinan besar kebudayaan Indian/Aztec/Maya juga berasal dari Atlantis. Tetapi, kemudian kebudayaan itu mengalami kemunduran dan selanjutnya kebudayaan kulit hitam/coklat di India yang mulai menguasai dunia. Inilah kemungkinan besar jaman kejayaan yang kemudian dikenal menjadi Epos Ramayana (7000 tahun lalu) dan Epos Mahabarata (5000 tahun lalu). Tetapi, kemudian kebudayaan ini pun hancur setelah terjadi perang Baratayuda yang amat dahsyat itu, kemungkinan perang itu menggunakan teknologi laser dan nuklir (sisa radiasi nuklir di daerah yang diduga sebagai padang Kurusetra sampai saat ini masih bisa dideteksi cukup kuat).

Selanjutnya, kebudayaan itu mulai menyebar ke Mesir, Mesopotamia (Timur Tengah), Cina, hingga ke masa sekarang. Kemungkinan besar setelah perang Baratayuda yang meluluhlantakkan peradaban dunia waktu itu, ilmu pengetahuan dan teknologi (baik spiritual maupun material) tak lagi disebarkan secara luas, tetapi tersimpan hanya pada sebagian kecil kelompok esoteris yang ada di Mesir, India Selatan, Tibet, Cina, Indonesia (khususnya Jawa) dan Timur Tengah. Ilmu Rahasia ini sering disebut sebagai “Alkimia”, yaitu ilmu yang bisa mengubah tembaga menjadi emas (ini hanyalah simbol yang hendak mengungkapkan betapa berharganya ilmu ini, namun juga sangat berbahaya jika manusia tidak mengimbanginya dengan kebijakan spiritual)

Kelompok-kelompok esoteris ini mulai menyadari bahwa mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi saja, tanpa mengembangkan kebajikan spiritual, akan sangat berbahaya bagi peradaban dunia. Itulah sebabnya kelompok-kelompok esoteris ini memulai kerjanya dengan mengembangkan ilmu spiritual seperti tantra, yoga, dan meditasi (tentu saja dengan berbagai versi) untuk meningkatkan Kesadaran dan menumbuhkan Kasih dalam diri manusia. Ajaran-ajaran spiritual inilah yang kemudian menjadi dasar dari berbagai agama di dunia. Sedangkan ilmu pengetahuan dan teknologi disimpan dahulu dan hanya diajarkan kepada orang-orang yang dianggap telah mampu mengembangkan Kesadaran dan Kasih dalam dirinya.

Tetapi, manusia memang mahluk paling ironik dari berbagai spesies yang ada di bumi. Berabad kemudian, ilmu spiritual ini justru berkembang menjadi agama formal yang bahkan menjadi kekuatan politik. Agama justru berkembang menjadi pusat konflik dan pertikaian di mana-mana. Sungguh ironik, ilmu yang tadinya dimaksudkan untuk mencegah konflik, justru menjadi pusat konflik selama berabad-abad. Tetapi, itu bukan salah agama, melainkan para pengikut ajaran agama itulah yang tidak siap memasuki inti agama: spiritualitas.

Pada abad pertengahan di Eropa, masa Aufklarung dan Renaissance, kelompok-kelompok esoteris ini mulai bergerak lagi. Kali ini mereka mulai menggunakan media yang satunya lagi — ilmu pengetahuan dan teknologi — untuk mengantisipasi perkembangan agama yang sudah cenderung menjadi alat politis dan sumber konflik antar bangsa dan peradaban. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang selama ini disimpan mulai diajarkan secara lebih luas. Kita mengenal tokoh-tokoh seperti Leonardo Da Vinci, Dante Alegheri, Copernicus, Galelio Galilae, Bruno, Leibniz, Honore de Balzac, Descartes, Charles Darwin bahkan sampai ke Albert Einstein, T.S. Elliot, dan Carl Gustave Jung adalah tokoh-tokoh ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni modern yang berhubungan — kalau tidak bisa dikatakan dididik — oleh kelompok-kelompok esoteris ini.

Tetapi, sejarah ironik kembali berkembang, kebudayaan dunia saat ini menjadi sangat materialistis. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang seharusnya digunakan untuk “menyamankan” kehidupan sehari-hari manusia, sehingga manusia punya lebih banyak waktu untuk mengembangkan potensi spiritualitas di dalam dirinya, justru menjadi sumber pertikaian dan alat politik. Konflik terjadi di mana-mana. Ribuan senjata nuklir yang kekuatannya 10 – 100 kali lebih kuat dari bom yang dijatuhkan di Hirosima dan Nagasaki pada tahun 1945, kini ada di bumi, dan dalam hitungan detik siap meluluhlantakkan spesies di bumi.

Belum lagi eksploitasi secara membabi buta terhadap alam yang menyebabkan kerusakan lingkungan dan pemanasan global di mana-mana. Menurut para ahli, hutan di bumi saat ini dalam jangka seratus tahun telah berkurang secara drastis tinggal 15%. Ini punya dampak pada peningkatan efek rumah kaca yang menimbulkan pemanasan global, diperkirakan kalau manusia tidak secara bijak bertindak mengatasi kerusakan lingkungan ini, maka 30 sampai 50 tahun lagi, sebagian besar kota-kota di dunia akan tenggelam, termasuk New York City, Tokyo, Rio De Jenero, dan Jakarta. Dan sejarah tenggelamnya negeri Atlantis akan terulang kembali.

Jaman ini adalah jaman penentuan bagi kebudayaan “Lemuria” atau “Atlantis” yang ada di bumi. Pada saat ini dua akar konflik, yaitu “agama” dan “materialisme” telah bersekutu dan saling memanfaatkan satu sama lain serta menyebarkan konflik di muka bumi. Agama menjadi cenderung dogmatik, formalistik, fanatik, dan anti-human persis seperti perkembangan agama di Eropa dan timur tengah sebelum masa Aufklarung. Esensi agama, yaitu spiritualitas yang bertujuan untuk mengembangkan Kesadaran dan Kasih dalam diri manusia, malah dihujat sebagai ajaran sesat, bid’ah, syirik, dll. Agama justru bersekutu kembali dengan pusat-pusat kekuasaan politik, terbukti pada saat ini begitu banyak “partai-partai agama” yang berkuasa di berbagai negara, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Di sisi lain perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlandaskan pada paham materialisme juga sudah terlanjur menguasai dunia. Persekutuan antara kaum agama dan materialisme, atau “agama-materialistik” ini mulai menggejala di mana-mana, berwujud dalam bentuk-bentuk teror yang mengancam dunia.

Sudah saatnya, para spiritualis di “Lemuria” mulai bersatu kembali. Segala pertikaian remeh-temeh tentang materialisme-spiritualistik atau spiritualisme-materialistik harus diselesaikan sekarang. Tugas yang sangat penting tengah menanti, bukan tugas profetik, tetapi tugas yang benar-benar menyangkut keberlangsungan eksistensi seluruh spesies di “Lemuria”, di bumi yang amat indah ini. Tugas ini tidak bisa dikerjakan oleh satu dua orang Buddha atau Nabi atau Wali atau Resi atau Avatar seperti pada masa lalu. Tetapi, seluruh “manusia-biasa” juga harus terlibat di dalam tugas ini.

Jika hipotesis Prof. Santos*) memang benar, bahwa Atlantis pada masa lalu itu berada di Indonesia, maka hal itu berarti kita yang tinggal di sini punya tugas yang penting. Ini bukan suatu kebetulan. Kita yang tinggal di Indonesia harus bangkit kembali, bangkit Kesadarannya, bangkit Kasihnya, bangkit sains dan teknologinya untuk mengubah jalannya sejarah Lemuria yang selama ini sudah salah arah.

Kejayaan masa lalu bukan hanya untuk dikenang, atau dibanggakan, tetapi harus menjadi “energi-penggerak” kita untuk mengambil tanggung jawab dan tugas demi kejayaan Indonesia dan keberlanjutan peradaban Lemuria beserta seluruh spesies yang ada di bumi ini. Seperti kata Bapak Anand Krishna, dalam bukunya yang bertajuk Indonesia Jaya, “Masa depanmu jauh lebih indah dan jaya daripada masa lalumu, wahai putra-putri Indonesia!”

Indonesia Jaya!
ahmad yulden erwin

sumber