Senin, 27 Mei 2013

Sundaland asal NENEK MOYANG BANGSA ASIA DAN EROPA

NUSANTARA HISTORICAL DISCOVERY
SIAPAKAH NENEK MOYANG BANGSA ASIA DAN EROPA: “KUMARI KANDAM”
oleh Amlan Roychowdhury (a masters degree in anthropology from Kolkata University India)



"Studi sejarah tentang SUNDALAND ­LEMURIA/KUMARI KANDAM sangatlah penting, saya tegaskan bahwa tidak ada yang dikenal sebagai bangsa ARYA dan DRAVIDA di India kuno. Mereka hanya simbol untuk menunjukan berbagai identitas suku. Tidak ada ras Arya tetapi yang ada persaudaraan karena bahasa leluhur mereka yang sama berasal dari Nagas yang berasal dari Sundaland alias Kumari Kandam alias Lemuria. Kini menjadi sangat terang, jika saya dapat menggunakan istilah NRI untuk menggambarkan bangsa Arya India kuno, dalam pengetahuan modern, saya tidak akan drastis menyalahkan pendapat modern. Mereka (yang menggunakan bahasa sansekerta Nagas) akan kembali keasalnya setelah tinggal lama di luar sub-benua India. Sama halnya Dravida, mereka adalah orang-orang yang tidak menggunakan bahasa Sansekerta.



Sekitar akhir zaman es berakhir, sekitar 11000 - 8000 SM, permukaan laut mulai naik dengan mencairnya gletser. Pada 8000 SM itu telah naik sebesar 400 meter sehingga menenggelamkan sebagian besar Sundaland. Hal ini memaksa orang-orang dari daerah tersebut pindah ke bagian Utara dan Barat bumi (dengan membawa bersama dengan Ilmu Pengetahuan “Weda” mereka, yang mereka telah dihasilkan dalam budaya mereka.



Ketika gletser mencair aliran air yang besar membentuk sungai (bermunculan sungai baru seperti Sungai Saraswati dan Sungai Sindhu). Para migran dari Sundaland bermukim di sepanjang tepi Sungai Saraswati, untuk memenuhi kebutuhan air mereka, termasuk sebagai jalur perdagangan, pertanian sangat penting), hal ini menyebabkan perkembangan peradaban bangsa-bangsa baru berkembang sepanjang aliran sungai.



Sepanjang Sungai Saraswati kota pemukiman utama didirikan sebagaimana dibuktikan oleh 75% permukiman yang dibangun disepanjang alirannya hingga hari ini. Keberadaan peradaban Lembah Indus kuno diyakini dari 2 penggalian awal kota yang terkubur di Mohanjodaro dan Harappa yang ditemukan di sepanjang Sungai Indus dan anak sungainya (Sungai Sutlej), dimana Sungai Sutlej dan Sungai Yamuna yang melalui kedua kota terpendam itu adalah anak sungai dari Sungai Saraswati.



Sungai yang kemudian disembah sebagai Dewi Pengetahuan dalam mitologi Hindu. Inilah alas an kenapa sebagian besar peradaban masyarakat India kuno (yang menjadi sumber ilmu Pengetahuan modern) tersebar di sepanjang sungai ini.



Migrasi orang Naga ini terus berlanjut menuju belahan Utara dan Barat (sejauh Suriah-Irak Turki Jerman Hungria Uzbekistan Kazakhstan hingga ke banyak negara lain di Balkan (Eropa) dan semua itu bersumber dari Sundaland.



Lalu pertanyaan muncul tentang kata LEMURIA, mengapa Lemuria sangat penting ketika membicarakan tentang Kumari Kandam? Wikipedia memberikan definisi atau beberapa ide tentang Lemuria; "" terletak di Samudra Hindia dan Pasifik. Pada abad ke-19 hipotetis Lemuria adalah sebuah "Tanah Yang Hilang” berupaya menjelaskan diskontinuitas dalam cerita peradaban manusia, namun konsep Lemuria telah dianggap usang oleh platform teori ilmu pengetahuan modern, meskipun secara nyata bukti keberadaan cekung benua tektonik memang ada, seperti Zealandia di Pasifik dan dataran tinggi Kerguelen di Samudra Hindia. Hipotesis Lemuria tidak lagi dianggap sebagai hipotesis ilmiah yang valid, tetapi ternyata Benua Lemuria disebut "Kumari Kandam" dalam literatur Tamil kuno, yang mencatat sejarah terus menerus selama lebih dari 2000 tahun.



Di India, kami memiliki sastra dalam teks Tamil kuno yang bercerita tentang benua yang hilang dengan nama "Kumari Kandam". Hal ini tersebut dalam risalah Tamil popular yang mendukung teori ini seperti; Silapathikaram dan Manimegalai, sebagian lagi disebutkan (walau tidak secara rinci disebutkan ciri geografisnya) dalam teks-teks lain Tamil kuno yaitu: Tholkappiyam, Purananuru, Kalithokai, Kurunthokai, Kamba Ramayana, Iraiyanar Akapporul , dan Thiruvachagam.



Teks-teks ini menceritakan tentang Raja Pandya “Nilan Tharu Thiruvil Pandyan II” yang memimpin umatnya menuju utara ketika benua Kumari Kandam yang terendam oleh laut. Literatur Tamil berbicara tentang tiga periode perkembang luhur budaya Tamil, tiga fase budaya tinggi Tamil disebut masa Sangam berada di Maturei Selatan, lalu kota inipun tenggal di dalam laut; kemudian raja Padya pada masa Madurai membangun ibukota di Kapadapuram, sekali lagi laut kembali menenggelamkann­ya dan masa ketiga (terakhir) Raja Madya beribukota di Tamilnadu Selatan. Dua kota yaitu Madurai dan Kapadapuram berada di tanah Kumari Kandam selatan kini daratan India Selatan. Informasi ini hasil kolaborasi referensi sastra lain dari tanah seperti teks Sinhala - Mahavamsa, Ramayana, Mahabharatha, peta Romawi dan Yunani - Ptolemy Pliny Periplus, dan bukti pengamatan geologi dari Al-Biruni.



Admin NHD:


Menurut pendapat saya; penyebutan nama Sundaland sebagai Kumari Kandam tidak relevan digunakan mengingat berdasarkan rekonstruksi reruntuhan sisa peradaban yang kini berada di dasar Samudra Hindia sebagai awal peradaban Tamil tidak bersinggungan dengan kawasan yang kini berdiri Republik Indonesia. Saya pribadi lebih setuju bila SUNDALAND dikatakan sebagai bekas ATLANTIS. Penemuan lonceng Tamil di Selandai Baru dan jenis satwa mempertegas hipotesa bila daratan Selandia-Austar­alia-Madagaskar­-Srilanka-India­ pernah bersatu. Walawualam.






CANDI SUKUH disinyalir merupakan sebuah portal energi pararel

facebook

NUSANTARA HISTORICAL DISCOVERY
CANDI SUKUH disinyalir merupakan sebuah portal energi pararel

Sebuah portal langit (Vortex gate) dipercaya tersimpan jauh di dalam perut Gunung Lawu, salah satu titik mistis paling dahsyat di seluruh pulau Jawa. Dalam salah satu frase pembuka di dalam novel "The Lost Symbol", yang ditulis Dan Brown menyebutkan itu. Adalah fakta jika tahun 1995, NASA menjejak sebuah sinar putih misterius uang memancar dari daerah ini hingga jauh ke luar angkasa. Koordinat portal kuno ini diperebutkan dan diyakini akan membuka kebohongan-kebohongan sejarah Nusantara. Walawualam.

Minggu, 12 Mei 2013

Tanpa Pelaut Nusantara, Tidak Ada Mummy Fir’aun & Piramida Mesir

Tanpa Pelaut Nusantara, Tidak Ada Mummy Fir’aun & Piramida Mesir

Jasad Fir’aun, Raja Mesir Kuno, dapat tetap awet berkat bahan pengawet yang di datangkan dari Nusantara, yaitu kapur barus (Dryobalanops aromatic).

 

Alexandria-Egypt, POL

BERDASARKAN temuan kamper atau kapur barus sebagai bahan pengawet pada mummy Fir’aun, Raja Mesir Kuno, Prof.Mohammad Yamin memperkirakan bahwa kamper sudah diperdagangkan sejak 6000 tahun lalu. Ada tiga daerah utama penghasil kapur barus, yaitu Sumatera, Semenanjung Melayu, dan Borneo (Kalimantan).

 

Daerah di Sumatera yang sering disebut-sebut dalam berbagai sumber tertulis – manuskrip catatan tertua yang ditulis oleh Ptolemeus, seorang filsuf Alexandria pada abad I Masehi – adalah Barus, suatu kota kuno di pantai barat Sumatera, yang terletak antara Sibolga dan Singkel, yang sekarang masuk wilayah Sumatera Utara.

 Selain kapur barus, barang hasil bumi berharga dari Nusantara yang ditemukan di wilayah Timur Tengah adalah cengkih. Ketika menggali situs rumah seorang pedagang yang berasal dari tahun 1700 Sebelum Masehi (3700 tahun lalu) di Terga, Efrat Tengah, Iraq, Arkeolog Dr.Giorgio Buccellati terkagum-kagum dan seolah tak percaya pada penglihatannya sendiri, ketika menemukan wadah berisi benda seperti cengkih

 

“Sisa-sisa tanaman yang kami sebut cengkih itu sekilas tidak seperti cengkih yang sesungguhnya, dan kesan yang sama juga dikemukakan oleh Prof.Kathleen Galvin, ahli paleobotani (Tanaman Purbakala) kami ketika itu. Tetapi , bagaimana jika hasil uji benda itu benar-benar cengkih? Mengapa hal tersebut luar biasa? Hal ini terjadi karena di muka bumi hanya ada satu tempat di mana cengkih dapat tumbuh kala itu, yaitu kepulauan Maluku, sebuah kepulauan kecil yang berada di Nusantara.” Ujar Dr.Giorgio Buccellati dalam E-mail kepada Robert Dick-Read pada 11 April 2002. Dimuat dalam buku Robert Dick-Read,Penjelajah Bahari, penerjemah Edrijani Azwaldi, (Bandung: Mizan, 2008), halaman 38.

 

Bila di kawasan Timur Tengah ditemukan barang-barang dari Nusantara, ternyata di Pulau Timor ditemukan benda-benda dari Timur Tengah. Arkeolog Inggris, Dr.Julian Reade menemukan sisa-sisa fosil biri-biri di situs bekas pemukiman sekitar tahun 1500 SM, yang berjarak beberapa ratus mil sebelah selatan Kepulauan Maluku.

Kemudian muncul pertanyaan : Mengapa benda-benda tersebut bisa berada di Pulau Timor (Nusantara) dan di Timur Tengah pada masa itu? Saling bertukar tempat, satu dengan lainnya.

 

 Robert Dick-Read menggambarkan hipotesis Moh.Yamin: “Ada kemungkinan perdagangan lewat laut kemudian diteruskan lewat darat, antara Mediterania dan Nusantara yang sudah cukup mapan selama ribuan tahun. Hal ini terjadi, jauh dari aliran kegiatan antara Indus dan Babilonia, barang-barang dari Mesir secara pasti mencapai Efrat Tengah sejak 1700 SM, bahkan mungkin jauh lebih awal.”

 

Robert Dick-Read menolak teori bahwa bangsa Persia, Arab, dan India adalah pelaku perdagangan kuno kala itu, bahkan hingga masa Romawi abad I Masehi. Menurutnya bangsa Persia dan Arab masih berada di pantai-pantai dengan perahu kecil mereka, begitu pula tak ada kapal-kapal India yang pernah mengirim barang-barang menyeberangi lautan lepas samudera menuju Laut Merah dalam pelayaran menuju Romawi. Robert menambahkan, mereka bukan pelaut dari China, sebab bangsa China baru berlayar ke Asia Tenggara sekitar abad ke-7.  Mengutip hipotesis “Polinesia” Hornell, Robert Dick-Read menyebut mereka sebagai pelaut misterius Austronesia.

Menurut ahli genetika dari Universitas Oxford, Stephen Oppenheimer, asal pelaut Austronesia adalah dari Nusantara. Robert pada riset terbarunya, akhirnya menyebut hanya pelaut dari Nusantara yang mampu belayar di samudera luas, dengan kapal-kapal bercadik mereka yang kuat, karena terbuat dari kayu trembesi dan kayu jati, membatalkan teori lamanya yang dikenal Teori Hipotesis Out of Taiwan.

Pendapat ini diakui pula oleh arkeolog Universitas Indonesia, Prof.Agus Aris Munandar melalui penelitian Situs Pasemah, Lembah Bada, dan Goa Made. Berdasarkan kronologi secara akurat, topeng perunggu yang ditemukan di Goa Made telah dibuat pada tahun 3000 SM (5000 tahun lalu), lebih tua dari kebudayaan perunggu Dong-son di Vietnam.

 

Temuan arkeologi telah memecahkan hipotesis tentang bangsa Austronesia yang melakukan pelayaran dengan wilayah Timur Tengah. Mereka diidenfikasi berasal dari dua wilayah, yaitu Jawa dan Sumatera. Berdasarkan fakta ini, boleh disimpulkan bahwa: Tanpa pelaut Nusantara, tidak ada mummy Fir’aun dan Piramida Mesir. Kenapa demikian? Sebab jasad Fir’aun, Raja Mesir Kuno, dapat tetap awet berkat bahan pengawet yang di datangkan dari Nusantara, berupa kapur barus. Lalu apa gunanya Piramida Mesir tanpa adanya mummy raja-raja Mesir Kuno?


Kuno?

http://nusantara.pelitaonline.com/news/2012/10/31/tanpa-pelaut-nusantara-tidak-ada-mummy-fir%E2%80%99aun-piramida-mesir#.UJIb-xK3mSp

https://www.facebook.com/notes/sang-penjelajah/tanpa-pelaut-nusantara-tidak-ada-mummy-firaun-piramida-mesir/10151065597736207

Jepang secara resmi mengakui asal mula bangsa Jepang berasal dari Jawa

Jepang secara resmi mengakui asal mula bangsa Jepang berasal dari Jomon (=Jowo=Jawa)







Japan: Jepang secara resmi mengakui asal mula bangsa Jepang berasal dari Jomon (=Jowo=Jawa) yang bermigrasi 50.000 tahun yang menyebar melalui jalur Okinawa – Hokaido dan sebagian berasal dari gelombang migrasi dari Hanoi (Vietnam) melalui jalur Okinawa. Riset ini diumumkan dalam laporan khusus kantor berita nasional Jepang NHK yang bekerjasama University of Tokyo University Museum Prefectural Museum of Art, Museum, National Museum of Nature and Science, berdasarkan penelitian terhadap kerangka manusia dan DNA serta bukti-bukti temuan perkakas kehidupan pra-sejarah Jepang.



http://frontiers-of-anthropology.blogspot.com/2012/02/early-japan-and-sundaland.html